10. The feel

522 101 5
                                    

=

"Le, jujur sama gue ya."

"Apa?"

"Perasaan lo ke Jeffie itu gimana?"

Leandra mengalihkan perhatiannya dari ponsel ke Rosie. Perasaannya pada Jeffie ya? Leandra sebenarnya ragu, dia tidak tahu pasti bagaimana perasaannya pada pemuda itu.

"Gue... ga tau."

"Serius ih!"

"Gue bener-bener ga tau, gue ga ngerti."

"Ga ngerti sama apa yang lo rasain ke dia?"

Leandra mengangguk. Rosie menarik nafasnya lalu menghembuskannya, kalau bukan karena di sogok voucher makan gratis dia tidak mau bertanya pada Leandra. Karena biasanya Leandra akan jujur dengan sendirinya.

"Lo nyaman ga pas sama dia?"

"Nyaman."

"Lo suka deg-degan terus pernah ga ngerasa diperut lo tuh kek ada kupu-kupunya kalau lagi sama dia atau pas dia ngelakuin sesuatu yang bikin lo senyum ampe pipi lo panas?"

"Pernah semua."

"Kalau lo merem nih pernah ga langsung kebayang wajah dia?"

Leandra mengingat-ingat, "Pernah."

"Oke udah ini mah, lo berarti suka sama si Jeffie! Kalau misalkan, misalkan nih ya. Dia nembak lo ngajakin lo jadian, lo bakal terima ga?"

"Ga tau." jawab Leandra cepat.

"Kenapa ga tau? Kalian kan sama-sama suka!"

"Lo tau darimana Jeffie suka gue?"

"Siapa sih yang ga tau? Satu sekolah juga tau kali doi suka sama lo." jawab Rosie.

"Emang kalau saling suka harus pacaran?"

Rosie menggaruk pipinya, "Ya... ga harus juga sih. Tapi kan, cowok kayak Jeffie itu ga boleh disia-siakan bestie! Jeffie itu mendekati kata sempurna, ganteng iya, tajir iya, pinter iya, berbakat iya, baik iya, perhatian iya. Dia juga keliatan sayang banget sama lo, kurang apalagi tuh si Jeffie?" ucap Rosie.

Leandra mengangguk setuju. Jeffie memang hampir sempurna, lelaki seperti dia memang tidak boleh disia-siakan. Tapi Jeffie tidak pantas mendapatkan perempuan seperti dirinya.

Orang yang sudah membuat adik kesayangannya pergi untuk selamanya.

"Heh malah bengong! Jadi gimana?"

"Apanya?"

"Liat belakang lo deh."

Leandra mengerutkan keningnya, lalu dia membalikkan tubuhnya. Jeffie tersenyum manis sembari memegang sebucket bunga daisy. Di belakang pemuda itu ada teman-temannya yang menggoda mereka berdua.

Leandra yang tidak mengerti, menoleh pada Rosie. Tapi temannya hanya tersenyum dan menyuruhnya untuk maju ke depan.

Bahkan sekarang sudah banyak yang memperhatikan mereka. Fyi, mereka sedang ada di taman sekolah. Dari lantai satu sampai tiga banyak sekali orang yang melihat bahkan bersorak.

Leandra maju menghampiri Jeffie.

"Ini pada kenapa dah, Jeff?" tanya Leandra.

"Le, lo tau kalau gue suka sama lo. Gue sayang sama lo, rasa sayang gue besar banget. Sejak pertama kali kita ketemu, pertama kali kita kontak mata. Gue tertarik sama lo dan gue jatuh hati begitu cepat. Sebelumnya gue ga pernah jatuh hati secepat ini. Lo tau? Lo orang yang selalu ada di pikiran gue setiap harinya, semenjak kenal lo, hidup gue jadi lebih berwarna. Lo narik gue dari keterpurukan atas kepergiannya adik gue. Kita udah banyak lewatin waktu sama-sama, suka-duka kita lewatin bareng juga. Senyum lo, tawa lo, suara lo, everything in you, bikin gue semakin jatuh hati. Izinin gue untuk bikin lo bahagia, izinin gue untuk tempatin tempat di hati lo. Dan disini, di hati gue. Ada space yang besar cuma buat lo. Lo... mau kan jadi pacar gue?"

Leandra mengepalkan kedua tangannya, jujur dia terharu dengan kata-kata Jeffie. Dia tidak bisa berbohong lagi kalau dia juga punya rasa yang sama seperti Jeffie. Tapi dia bimbang! Dia ingin menerima Jeffie tapi disisi lain dia takut di saat masalahnya sudah terungkap, Jeffie akan membencinya. Itu akan sangat menyakitkan.

Tapi Jeffie lah yang akan lebih sakit hati jika tahu kebenarannya.

Dan itu lah ketakutan terbesar Leandra.

"TERIMA! TERIMA! TERIMA!" Leandra tersadar saat orang-orang berteriak heboh menyuruhnya untuk menerima Jeffie. Termasuk Rosie, Jisa juga Jennifer —yang entah sejak kapan mereka berdiri di samping Rosie— dan teman-teman Jeffie.

"Leandra?"

"Ya, Jeff?"

"Lo mau jadi pacar gue, ga?" Jeffie mengulang pertanyaannya. "Ambil bunga ini kalau lo mau." lanjut Jeffie sembari melihat bunganya sekilas.

Leandra memperhatikan Jeffie dan bunga itu secara bergantian. Ia menoleh pada teman-temannya. Mereka mengibaskan tangan bermaksud menyuruh Leandra mengambil bunga itu. Leandra mengulum bibirnya.

Gadis itu kembali menatap Jeffie. Lalu memperhatikan bunga itu, tangan kanannya terangkat dengan ragu.

Jeffie dan yang lain melihat itu pun tersenyum.

"Gue... mau." Leandra meraih bunga itu. Orang-orang yang memperhatikan mereka bersorak lebih heboh. Jeffie tersenyum senang, pemuda itu menarik Leandra ke dalam dekapannya.

"Makasih, Le!" ucapnya.

Leandra mengangguk sembari tersenyum tipis. Dia tahu kalau ini salah, tapi dia tidak mau munafik. Dia ingin bahagia juga walau hanya sementara. Karena Leandra tahu, tidak selamanya yang disembunyikan akan terus tersembunyi. Pasti akan terungkap cepat atau lambat, besok, lusa atau nanti.

=

[END] ERRORTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang