=
Ceryl nampak mundar-mandir di depan ruang persalinan. Sedangkan Giana dan Willie duduk di kursi tunggu sembari membaca doa agar kakak dan keponakan mereka baik-baik saja.
Di sana juga ada keluarga Jeffie ikut menunggu. Dan Jeffie ada di dalam menemani Leandra.
Suara jeritan sampai terdengar keluar. Ceryl khawatir. Sentuhan dari Irena pada pundaknya membuat ibu tiga anak itu menoleh, Irena mengangguk meyakinkan Ceryl kalau Leandra dan cucu mereka baik-baik saja.
Keadaan di dalam ruangan sangat berbeda dengan di luar. Leandra menggenggam tangan Jeffie kuat-kuat. Walaupun sakit tapi Jeffie tidak mempersalahkan itu.
Pasti lebih sakit Leandra.
Jeffie menatap Leandra cemas, pemuda itu mengusap keringat yang membasahi wajah cantik Leandra dan leher gadis itu.
Leandra mengejan sekuat mungkin. Sungguh, rasanya sangat sakit sekali. Leandra ingin menyerah, tapi dia tidak boleh. Leandra mengejan lebih kuat. Sampai dimana suara tangisan bayi terdengar. Leandra berusaha mengatur nafasnya, ia tersenyum saat melihat anaknya.
Jeffie juga bisa bernafas lega saat anaknya sudah lahir. Ia tersenyum. Jeffie menatap Leandra, mengusap pucuk kepala gadis itu.
"Selamat ya pak, bu. Anaknya laki-laki. Ganteng banget kayak ayahnya."
Jeffie tidak bisa melunturkan senyumnya. Ia sangat bahagia sekali. Pemuda itu mempersilahkan dokter dan suster untuk membersihkan bayinya.
Jeffie menoleh pada Leandra, pemuda itu mengerutkan keningnya saat Leandra memejamkan kedua matanya.
Lalu ia menatap alat monitor detak jantung, bisa-bisanya dia baru menyadari kalau alat itu berbunyi. Bunyi yang menandakan kalau... detak jantung seseorang tidak terdeteksi.
Jeffie membulatkan kedua matanya.
Ia menghampiri Leandra, mengusap-usap pucuk kepala gadis itu.
"Lean, Lean. Kamu denger aku kan?"
Tidak ada jawaban.
"Lean."
"LEAN!"
"DOKTER, DOKTER!"
"Ada apa pak Jeff?" tanya dokter itu, lalu ia melirik alat monitor detak jantung. Dokter itu segera melakukan tindakan.
Jeffie tak kuasa menahan air matanya.
"Lean bangun Lean! LEAN! Lean jangan tinggalin aku. Ayo kita besarin anak kita sama-sama. Lean bangun! Anak kita butuh kamu! Lean!"
"Maaf pak, Jeff. Bu Lean—"
"SHUT THE FUCK UP! LEAN MASIH HIDUP, DIA PASTI MASIH HIDUP, DOKTER!"
"Pak Jeff... bu Leandra sudah tiada."
Jeffie berteriak frustasi. Ia menggenggam tangan Leandra dan menangis tersedu-sedu. Jeffie menatap wajah pucat Leandra. Dia memang membenci Leandra, tapi, masih ada rasa sayang dan cinta untuk Leandra.
"Lean... maaf..."
=
"Kenapa kamu ninggalin mami, Lean? Padahal kita udah ada rencana mau ke kebun binatang... liat monyet yang kata kamu mirip bapak."
Giana dan Willie berusaha menenangkan Ceryl yang menangis. Mereka juga sedih tapi berusaha untuk tidak menangis. Itu akan semakin membuat Ceryl sedih nantinya.
"Lean... maafin kita ya. Maaf kalau kita suka bikin lo pusing gegara tingkah kita." ucap Rosie yang tak bisa berhenti menangis.
"Tenang di sana ya, bestie." ucap Jennifer.
"Lo anak baik. Kita semua sayang lo." ucap Jisa. Lalu mereka berpelukan saling menguatkan.
Jeffie hanya diam memperhatikan foto Leandra. Dengan Jendra di gendongannya. Jeffie masih tidak menyangka atas kepergian Leandra. Jeffie sudah lelah menangis, air mata tidak bisa membuat Leandra kembali kan?
"Sabar ya sayang..." ucap Irena sembari mengelus pundak anak sulungnya.
"Aku sayang sama Leandra, mom."
"Iya sayang, mommy tau. Kita semua sayang sama Leandra."
"Tapi Leandra ga sayang aku ya? Dia ga sayang Jendra? Anak aku sama dia." Irena menggeleng, ia mengelus punggung Jeffie memenangkannya.
"Itu ga bener, dia sayang kok sama kamu sama Jendra juga." ucap Irena.
"Terus? Kenapa dia ninggalin aku sama Jendra?"
"Sayang... mommy yakin Leandra udah berusaha untuk bertahan. Tapi Tuhan berkehendak lain. Kita harus bisa ikhlas. Dan memohon pada Tuhan, agar Leandra tenang dan bahagia di sana."
Jeffie menghela nafasnya, ia menyerahkan Jendra pada Irena. Jeffie berjongkok lalu mengelus foto Leandra. Dan ia menaruh bunga daisy di samping foto Leandra. Jeffie menoleh pada makam Kalara, makam Leandra dan Kalara bersebalahan omong-omong.
"Kalara, maafin Leandra ya?" gumam Jeffie.
Jeffie kembali menatap foto Leandra. Berat rasanya untuk pergi dari sana. Tapi tidak mungkin juga kan dia terus-menerus di sana.
"Lean, aku udah maafin kamu. Dan aku harap kamu mau maafin aku. Makasih ya untuk segalanya, kamu sangat berharga dalam hidup aku. Aku ga akan lupain kenangan-kenangan kita, semuanya akan selalu aku ingat. Aku bakalan ceritain kenangan manis kita ke Jendra nanti. Oh ya, aku namain anak kita Jendra. Singkatan dari Jeffie dan Leandra. Bagus kan? Atau aneh? Tapi aku suka, semoga kamu juga suka. Aku janji bakalan jagain Jendra, aku janji bakalan jadi daddy yang baik buat Jendra, aku janji bakalan bahagiain Jendra." Jeffie menghela nafasnya sejenak, "Yang tenang di sana. I love you, Lean."
=
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] ERROR
FanfictionLeandra memang bodoh, dia lari dari masalahnya. Seharusnya Leandra bertanggungjawab atas kesalahannya, dia tidak bisa berpikir jernih malam itu. Dan saat kejadian itu terungkap, saat semua sudah mengetahui kalau Leandra lah pelaku tabrak lari itu. D...