Prolog

56 16 24
                                    

Kesabarannya sudah habis, selama ini ia selalu sabar saat dirinya dicaci maki. Dibilang cewek murahanlah, kegatelanlah, kini ia tak bisa diam lagi. Jika terlalu lama di diamkan, mereka akan tambah menjadi, untuk menginjak-injak harga dirinya.

"Selama ini gue diam ya, kenapa lo selalu ikut campur urusan gue ha?! Apa untungnya buat lo? Gak ada kan? Jadi mulai detik ini, lo lebih baik diam, daripada kebanyakan bacot!" Tegas gadis berambut lurus kecoklatan yang dibiarkan tergerai olehnya, hembusan angin membuat rambutnya menari-nari.

"Udah ngerasa hebat lo ngatur gue?" songong gadis berbadan tinggi itu. Ia hanya menang dibadan jika ditanya soal nyali, mungkin tidak. Ia selalu membawa kedua temannya di belakangnya.

"Gak hebat sih, tapi gue lebih kesadar diri aja sih. Udah tau Dia gak suka, masih aja dikejar. Nih ya, gue kasih tau ke lo. Dia bukan tukang es yang kalau lo mau bisa lo kejar, udah itu lo dapatin. Lebih tepatnya Dia itu kayak pemain bola, semakin banyak yang mengejar, semakin menjauh dan sulit untuk di dapatkan."

"Lo benar-benar ngelunjak ya sama gue, heh! Lo itu sendiri, udah itu badan lo aja kecil gini. Lo gak akan menang lawan gue, jadi mending lo pergi dari sini, sebelum terjadi apa-apa sama lo!"

Tapi ia tak pergi juga, ia seperti menantang. Dia memang pendek dan kecil, jika dilihat tinggi badannya 158 cm. Tapi jangan salah, nyalinya lebih tinggi daripada badannya. Saat lawan bicaranya mengancamnya, ia justru tertawa. Padahal tidak ada yang lucu di sana.

"Haha, heran gue sama orang kayak lo. Udah beraninya keroyokan, udah itu sok keras lagi. Ehem, nih ya gue kasih tau ke lo semua. Yang bakal kenapa-napa itu gue, atau kalian?" ucap gadis itu sambil menunjukan senyuman mematikan.

Ketiga gadis itu pun terdiam, seperti habis tersambar petir. Ada rasa takut dan gelisah. Mereka salah sasaran penembakan, yang mereka bidik dengan panah itu justru lebih tajam daripada panah mereka. Melihat raut wajah ketiga gadis di hadapannya. Ia memilih pergi dari situ, karena dirinya merasa kasihan pada mereka yang tertekan.

Saat gadis itu menjauh, salah satu dari mereka berteriak, "awas aja lo, liat pembalasan gue!!" ancamnya. Ancaman itu tidak berlaku baginya, ia sudah banyak mendapatkan ancaman seperti itu, tapi ia tak pernah mendapatkan peringatan dari amcaman itu satu pun.

"Ya, ya, ya, seterah lo mau ngelakuin apapun, yang penting diri lo senang. Soalnya gue Kasian sama lo, selalu tertekan sama diri sendiri," balasnya.

"Liat aja lo Na!" kesalnya.

"Nih, liatin gue." gadis itu berbalik badan, ia pun melanjutkan ucapannya, "belum puas liat guenya?"

"Ih, nyebelin banget, awas aja lo!" ketiga gadis itu pergi begitu saja. Sedangkan gadis berambut kecoklatan itu tertawa melihat aksi yang dilihatkan mereka.

Saat ia tertawa, ada seseorang yang menepuk pundaknya. "Woi, ngapain lo di sini?" tawa gadis itu hilang sekejap saja.

"Suka-suka gue, orang gue punya kaki buat jalan, ngapain lo nanya-nanya," ketusnya.

"Ya elah, gitu aja masih marah. Kan gue udah minta maaf sama lo Na," ucapnya.

"Bodo amat."

Ia langsung pergi dari hadapan laki-laki itu. Laki-laki itu hanya bisa diam dan menatapi kepergian gadisnya. Ada senyuman kejahilan dari bibirnya.

"Lo lucu kalau lagi ngambek, ini yang buat gue gak tahan buat jahilin lo terus, karena gue suka liat lo ngambek gini," ucapnya.

Selamat membaca (♡˙︶˙♡)

Date, 02.01.2022.

Grilfriend OR Not? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang