5. Kembali Hadir

12 6 6
                                    

"Baik mas, minumnnya mau apa mas?" tanya sang pelayan.

"Jus apel aja deh, kalau gak anggur," balas Zikri.

"Seenak jidat ya lo kalau mesan. Lo sangka ini coffe punya bapak lo apa? Mbak, saya pesan seblak yang pedas, terus minumnnya es jeruk segar, dia kasih jus apel aja Mbak," ujar Lena. Sang pelayan coffe langsung beranjak dari tempatnya. Untuk menyediakan pesanan yang dipesan oleh Lena dan Zikri. Setelah sang pelayan pergi, Zikri menatap Lena begitu lekat. Sampai suaranya kembali terdengar.

"Lena, lo ngapain ngajak gue ke sini? Apa yang mau lo omongin?" mendengar pertanyaan itu Lena langsung menghadap Zikri. Gadis itu bimbang, apakah ia harus bercerita kepada Zikri, tapi ia juga tidak ingin memendamnnya seorang diri. Karna hal ini menyangkut persahabatan Zikri dan teman-temannya.

"Lo bisa jaga rahasia kan? Dan gue minta lo jangan emosi!" ujar Lena memastikan. Sebelum merespon Lena, Zikri menatap Lena lagi. Lalu mengangukan kepalanya.

"Lo gak usah takut, mulut gue gak ember kok. Emangnya kenapa sih?" Zikri dibuat penasaran dengan sepupunya itu.

Lena mengambil napas, membuangnya secara perlahan. Berat untuknya mengucapkan hal seperti ini, tapi ia harus mengatakan ini, karna ia tak ingin merasakan lukanya seorang diri.

"Ardito balik lagi," balasnya spontan. Nama itu sudah lama tidak Zikri dengar, sekali memdengarnya, rahang Zikri mengeras. Seperti ada emosi dalam dirinya.

"Lo tau dari mana?" tidak ingin memperlihatkan amarahnya, Zikri mencoba merespon Lena seperti biasanya.

"Dari teman lo, emang mereka gak bilang ke lo?" Zikri hanya mengelengkan kepalanya, sebagai jawabannya. Itu sudah menjelaskan bahwa dirinya tidak mengetahui hal ini. Saat Zikri ingin beranjak dari duduknya, Lena langsung menarik pergelangan tangannya. Menyuruh cowok itu duduk kembali.

"Lo mau nyamperin mereka kan?" tebakan Lena tak meleset, Lena sangat hafal dengan sepupunya itu. Setiap kali marah pasti akan mencari pelampiasan.

"Kenapa mereka gak bilang ke gue? Kenapa harus ke lo?" yang awalnya bercanda, kini suaranya terdengar serius. Zikri sangat jarang seperti ini.

"Lo tenang dulu, rileks aja, gak usah terlalu dipikirin. Santai, dengan cara lo emosi kayak gini gak akan bisa nyelesain masalah Zik, lo pikir lagi deh. Dulu lo nyerang karna kebawa emosi kan? Apa yang lo dapetin? Gak ada, lo justru kehilangan seseorang dalam hidup lo," terang Lena.

Zikri menghelai napasnya dengan kasar. Mencerna apa yang telah Lena katakan barusan. Sejenak Zikri memejamkan matanya. Tiba-tiba sang pelayan datang, membawakan pesanan mereka berdua.

"Silahkan dinikmati," ucap sang pelayan.

"Terima kasih banyak Mbak," balas Lena.

"Mikirnya nanti lagi, sekarang isi perut lo!"

Tak menolak, Zikri langsung mengambil makanannya. Menyuapkannya ke dalam mulutnya, Lena mengamati Zikri, melihat Zikri seperti itu Lena merasa bersalah.

Seharusnya gue gak usah bilang dulu, tunggu selesai makan, ah gue bego banget sih, batin Lena.

"Zik, abis ini kita mau ketongkrongan dulu atau mau langsung pulang?"

"Pulang aja deh," ini bukan Zikri yang sebenarnya. Yang biasanya ceria, nyebelin. Kini hanya ada Zikri yang diam dengan seribu kata yang disembunyikan.

"Oke deh."

Lena tak mau banyak tanya lagi, Lena menikmati makanannya. Setelah selesai Zikri pergi keluar duluan, memberikan dompet miliknya kepada Lena. Untuk membayar semua makanan yang mereka pesan tadi.

"Lo bayar, gue tunggu di depan ya," ucapnya. Lena menurut, dan membiarkan Zikri pergi. Mungkin dia butuh waktu untuk menenangkan diri.

Sudah menyelesaikan pembayaran, Lena segera menghampiri Zikri. Kini Zikri benar-benar jadi pendiam. Lena bicara pun diresponnya tidak seperti biasa, hanya sepatah dua patah yang terlontar dari mulutnya.

Tibanya di rumah, Zikri masih dengan diamnya, Lena mencoba membuka suara. Seharusnya ia tak perlu memberitahu Zikri, karna cowok itu sangat sensitif saat mendengar nama Ardito.

"Zik, lo kok diam sih dari tadi?"

"Gak papa, lo masuk duluan gih, gue mau ke tempat Faren bentar."

Lena menatap Zikri, mencari kebenaran dari mata laki-laki itu. Tapi tak ia temukan juga, Lena membiarkan Zikri pergi, tapi ia juga mengikutinya dari belakang. Alih-alih masuk ke dalam rumah hanya alasannya, agar Zikri tidak curiga. Lena berlari kegarasi rumah, mengambil motor metic.

"Neng Lena, mau kemana atuh?" tanya Pak Danang.

"Ada urusan bentar pak, kalau Mamah nanya, bilang Lena tadi udah pulang. Cuman pergi lagi ada yang ketinggalan," ujar Lena. Lena sangat pintar dalam mencari alasan.

"Siap neng, hati-hati ya neng, bawanya jangan kebut-kebutan!" peringat pak Danang.

"Siap pak, ya udah Lena berangkat dulu ya pak, assalamualaikum."

"Wa'alaikumsalam."

***

Dengan jarak 3 meter, Lena mengamati kemana perginya motor Zikri. Ia tak berani dekat dengan motor Zikri, takut penyamarannya akan ketahuan.

"Mau kemana sih tuh anak?" gumam Lena.

Masih dengan mengejar Zikri. Saat melihat motor itu berhenti tepat di depan rumah sedahan, yang Lena tahu, itu tempat biasa mereka berkumpul.

"Ih aneh banget sih Zikri, katanya gak mau ke sini. Mau langsung pulang, ini malah ke sini coba," sedari tadi Lena hanyan mengomel, tapi tidak ada lawan bicaranya. Hanya motor yang bersamanya yang mendengarkan segala celotehannya.

"Faren, Aldi, keluar kalian!" suara Zikri meninggi. Lena masih memantaunya, ia akan keluar jika terjadi sesuatu dengan mereka bertiga.

Tak lama Zikri berteriak, suara pintu terbuka terdengar. Sosok laki-laki tinggi dan yang satu putih, keluar dari rumah itu.

"Kenapa sih Zik, teriak-teriak?" tanya Faren.
Zikri menarik kerah baju Faren, Aldi mencoba melerainya. "Lo apa-apaan sih Zik, datang-datang kayak gini?!"

"Kalian yang apa-apaan, kalian ngasih tau ke Lena tentang kedatangan Ardito, tapi kalian gak kasih tau gue!" pekiknya.

"Bukan gak mau ngasih tau lo, tapi pas gue sama Aldi bahas tentang Ardito, Lena gak sengaja dengar, ya udah sekalian kita kasih tau," jelas Faren.

"Lo gak usah bohong!" Zikri masih terbawa emosinya. Melihat tindakan itu, Lena langsung keluar dari persembunyiannya.

"Zikri, mereka gak salah," terang Lena. Ketiganya langsung mengarah kesumber suara, ekspresi yang mereka berikan sudah menjadi tanda tanya bagi Lena.

"Lo ngapain di sini?" tanya Zikri.

"Gue ngikutin lo, soalnya gue gak percaya kalau lo pergi sebentar, dalam keadaan emosi gini, lo bakal lakuin apapun Zik. Jadi gue ikutin lo," jelas Lena.

"Pake apa lo?"

"Pake pesawat, ya pake motorlah Zikri. Kalau gak pake motor, mana bisa gue ngejer lo."

"Guys, masuk aja yuk, ngobrolnya di dalam aja biar enak. Gak enak ribut-ribut di depan kayak gini," ajak Aldi.

Selamat membaca (♡˙︶˙♡)

Date, 20.10.2022.

Grilfriend OR Not? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang