Setelah berjalan-jalan tadi, Zikri dan Lena memutuskan langsung pulang kerumah mereka. Mengingat ini sudah sore, pasti akan banyak pertanyaan nantinya, jika mereka pulang terlalu lama.
Sebelum berpisah dipertigaan, Lena masih sempat-sempatnya godian Aldi, "Al, lo tau gak bedanya lo sama modem?"
Aldi tampak berpikir, mencari jawaban atas pertanyaan Lena. Meskipun endingnya menyebalkan, tapi jika tidak dijawab gadis itu akan bertanya terus. Alhasil, mereka gak jadi pulang.
"Bedanya, modem buat aset internet gue buat aset sekolah."
"Salah, yang benar itu. Modem terhubung keinternet, kalau lo terhubung ke hati gue," Lena kalau ngombal, kayak buaya betina yang lepas dari kebun binatang. Tak bisa terkendalikan.
"Heh! Markonah, lo bisa gak, gak usah ngombalin temen gue!" sambung Zikri.
"Sewot aja lo ucup," respon Lena. Lena benar-benar cari gara-gara, iya dia berani melawan saat di depan teman-teman Zikri, tapi saat sudah dirumah. Lena akan menangis, bisa dibilang pundung ke Zikri.
"Entar gue balas nangis, dipujuk dulu baru diam. Lo gak usah cari gara-gara deh Na, sama gue!" peringat Zikri. Tapi respon yang Lena berikan menyebalkan.
"Coba aja kalau bisa, gue yakin sebelum lo nangisin gue, lo udah dimarahin duluan sama Ayah."
"Bisa, soalnya'kan hari ini Ayah lembur, pulangnya malam. Liat aja lo udah sampe rumah!" ancam Zikri. Seketika Lena menciut, tak cerewet seperti tadi.
Rasa takutnya tak ia tunjukan, Lena malah lanjut mengoda Aldi, yang digodain hanya diam. Senyum, tapi cuman sekilas.
"Aldi, perang-perang apa yang bakal bikin kita berdampingan?"
Aldi ingin menjawab, tapi Faren menyeletuk duluan. "Mana ada perang yang bisa bikin lo sama Aldi berdampingan, sejauh yang gue tau nih ya, perang itu bikin orang berantem," jelas Faren. Lena pun tak menyetujui apa yang diucapkan Faren.
"Enggak dong Faren, lo aja yang mainnya kurang jauh," balas Lena.
"Emang dari Jakarta ke Bandung kurang jauh ya Na, mainnya?"
"Bukan itu ogeb, maksud gue. Lo kurang paham aja sama apa yang gue omongin," terang Lena.
"Perang apa Lena?" tanya Aldi, yang sedari tadi hanya diam. Dan melihat pertengkaran Lena dan Faren.
"Perangkat alat salat di waktu ijab kabul."
Cewek itu aneh ya, dia yang ngegombal, dia juga yang baper.
"Aldi, lo jangan dengerin pentolan korek ini ya, dia emang gini. Tukang bucin, tapi jomblo," sambung Zikri.
"Sewot aja lo ini ulat sagu," kesal Lena. Tak lama kemudian, suara Aldi membuat Lena jadi tidak ingin pergi. Bagaimana iya bisa pergi, jika kata-kata yang Aldi lontarkan mampu membuat para cewek kelepek-kelepek.
"Mahar berapa?"
"Aw Aldi, lo jangan bikin gue jadi kek orang gila dong. Secara lo kan cowok yang susah deket sama cewek, eh udah nanya mahar aja ke gue," dia yang mancing, dia juga yang baper. Aneh, gak salah kalau Denish bilang Lena adalah cewek aneh.
"Tuh kan Aldi, gue udah bilang. Jangan diladenin pentolan korek ini, dia baper bisa berhari-hari loh."
"Zikri lo gak boleh iri sama gue, Faren ada tuh." Lena menunjuk ke arah Faren yang sedang asik makan cilok yang ia beli dijalan tadi.
"Amit-amit, gue masih normal kali Na. Lo kalau bercanda gak usah kelewatan, entar kelewat cantik kayak lo," jarang sekali Zikri menguji Lena.
"Aaa ... makasih loh Zik, udah dibilang cantik." Lena mengibaskan rambutnya. Melihat aksi Lena, Zikri langsung membubarkan mereka.
"Bubar, pulang! Udah mau magrib!" sontak Aldi dan Faren langsung menancapkan gas motor mereka masing-masing. Menyisakan Zikri dan Lena.
"Loh, kok disuruh bubar sih Zik?" protes Lena.
"Udah mau magrib, lo gak liat apa, awan aja udah mau mendung gitu?" Lena mengikuti arah telunjuk Zikri. Menatap awan di atas sana, benar, awan benar-benar mendung. Disitulah kesad grilan Lena memberonta.
"Gak papa awan yang mendung, asalkan jangan hatinya dia. Soalnya kalau hati dia udah mendung, gue bingung mau cari matahari kemana lagi."
"Bucin terus." Zikri menancapkan gas motornya. Meninggalkan Lena di belakangnya. Lena langsung mengejar Zikri, menjajarkan motor miliknya dan motor milik Zikri.
Disepanjang perjalanan hanya ada keheningan, tapi tidak diam seperti tadi. Saat tepat di depan pintu masuk komplek, Lena kembali berceloteh.
"Zik, kayaknya mau ujan deh, kita mampir di indomaret dulu yuk! Nanti pas ujan turun baru kita pulang," dipikir mau ngasih saran untuk berteduh. Eh malah ngajarin sesat.
"Mata lo, ketahuan Bunda ujan-ujanan mampus lo kena marah, apalagi Mamah. Kalau lo mau dimarahin sok atuh, gue gak mau ikut-ikutan," bukan karna tak mau. Zikri hanya tidak ingin Lena sakit. Lena itu kena hujan dikit langsung demam.
"Gak papa Zik, kan gak ada orang juga dirumah, nanti bajunya kita keringin di mesin cuci. Udah itu kita jemur di dalam kamar," sepupu macam apa Lena ini. Mengajari yang tidak-tidak pada sepupunya sendiri.
"Gak mau, udah lanjut jalan sana! Sebelum hujan turun!"
Zikri membiarkan Lena berjalan terlebih dahulu. Dan dirinya berada di belakang. Disepanjang jalannya Lena ngedumel terus, gadis itu kesal tidak mendapatkan apa yang dia inginkan kali ini.
"Rese banget sih ulat sagu. Padahal'kan jarang-jarang ujan. Eh, sekalinya ujan malah gak dibolehin ujan-ujanan. Padahal seru."
Meskipun berada di belakang, Zikri dapat mendengarkan ocehan itu. Ada rasa senang dan juga kasihan. Zikri senang saat melihat Lena menuruti apa katanya. Tapi kasihan melihat gadis itu tidak bisa bermain hujan.
"Lena," panggil Zikri. Lena pun menoleh, tapi tetap fokus ke arah depan. Daripada ketabrak pohon, mending nabrak hatinya dia aja.
"Apa," balas Lena ketus.
"Pundungan," balas Zikri.
"Bodo amat."
Cewek kalau udah pundung susah dipujuk ya. Tapi bukan Zikri namanya, kalau ia tak bisa memujuk Lena.
"Lena, lo mau ujanan ya?"
"Tapi 'kan gak boleh sama lo," masih dengan nada ketus Lena membalas ucapan Zikri.
"Boleh aja kalau lo mau ujanan, entar kita keliling pake motor. Tapi ada satu syarat," Zikri mengantung ucapannya. Membuat Lena jadi penasaran.
"Apa?"
"Ganti baju dulu, makan, udah itu baru kita jalan."
Lena pun langsung menyetujuinya. Gak papa harus pulang dulu dan ganti baju, yang penting hujan-hujanan keliling pakek motor. Lena sudah seperti anak kecil. Tapi itu hanya di saat bersama Zikri saja. Ketika didepan orang banyak, ia kembali seperti Lena semula. Yang cuek, suka ngomong ketus ke orang-orang. Tapi nyatanya, gadis itu sangat manja pada sepupunya sendiri.
Selamat membaca (♡˙︶˙♡)
Date, 25.01.2022.
KAMU SEDANG MEMBACA
Grilfriend OR Not?
Teen FictionBagaimana rasanya dekat dengan cowok yang super nyebelin? Pastinya naik darah terus, ini terjadi dengan seorang gadis bernama Lena Amalia. Yang harus marah-marah setiap harinya. Laki-laki itu sangat pandai membuatnya marah, apapun yang laki-laki it...