Di depan ruangan yang tidak terlalu besar, tapi mampu memberikan kenyamanan, keempatnya berkumpul. Saling menatap satu sama lain. Sampai akhirnya suara Lena memecahkan keheningan.
"Tegang banget muka kalian, ini gak lagi ujian loh. Apalagi kepergok bolos sama Pak Bani," ujar Lena.
"Na, ini bukan waktunya bercanda," tegur Aldi. Sikap Aldi bisa dibilang sangat dingin diantara mereka, dan hanya Aldi yang mampu memecahkan semua permasalahan yang mereka alami.
"Al, gue gak lagi bercanda kok, gue cuman ngomong. Abisnya kalian diam-diaman gini sih."
"Lena, bisa diam bentar gak! Gue mau ngomong sama mereka," ucap Zikri. Ini benar-benar bukan Zikri, laki-laki itu tidak pernah seperti ini sebelumnya. Sikap seperti ini terakhir kali Lena lihat, ketika Zikri kehilangan orang yang ia sayang untuk selamanya. Sakit jika kejadian itu diingat kembali.
Mendengar suara Zikri yang serius, Lena langsung terdiam. Gadis itu beranjak dari duduknya, ia tak ingin banyak tahu tentang permasalahan yang mereka bahas, meskipun Lena adalah sepupu Zikri. Bukan berarti Lena boleh mengetahui apa yang terjadi pada mereka bertiga.
"Guys, gue kedapur ya. Kalian mau makan apa?" tawar Lena.
"Gue mau mie aja deh Na," balas Faren.
"Gue samain aja, soalnya emang cuman ada mie sama telur di kulkas," ucap Aldi.
"Lo Zik, mau apa?"
"Seterah," balasnya cuek.
Meskipun Lena kesal mendengar jawaban itu, tapi ia sangat paham bagaimana perasaan Zikri saat ini. Perasaan gelisah yang ia rasakan, antara tenang dan tidak.
"Ya udah kalau seterah, gue masakin dulu ya," pamit Lena. Gadis itu berjalan menuju dapur.
Di sisi lain, Zikri berbicara dengan kedua temannya. Tidak seperti biasa saat mereka berkumpul, yang selalu dipenuhi canda tawa, si Zikri yang suka membuat Aldi kesal. Kali ini tidak ada kata canda tawa itu, yang ada hanya Wajah-wajah yang serius.
"Gue mau nanya baik-baik ke kalian berdua, apa benar Ardito datang lagi?" Faren dan Aldi memgangukkan kepalanya. Faren menjelaskan bagaimana ia bisa tahu bahwa yang ia lihat kemarin adalah Ardito.
"Iya, pas gue sama Aldi mau keminimarket, gue gak sengaja liat orang yang mirip dengan Ardito, gue pikir itu bukan Dito. Karna gak mungkin kan dia keluar gitu aja, setelah apa yang udah dia lakuin ke Ririn."
Mendengar nama Ririn, wajah Zikri tambah menyeramkan daripada tadi. Rahangnya tambah mengeras, seperti ada emosi yang bergejola dalam dirinya. Itu membuatnya terlihat, bahwa dia belum bisa menerima kenyataan yang terjadi dalam hidupnya. Takdir telah membuktikan keberadaannya, bahwa Zikri harus kehilangan seseorang yang ia sayang dan ia jaga selama ini.
"Gak usah nyebut nama dia lagi bisa gak?"
"Sory, gue gak bermaksud buat nyakitin hati lo. Atau buat lo ingat sama dia lagi."
"Hm."
Baru saja Aldi ingin membuka suaranya, tiba-tiba suara Lena menghentikan aktivitasnya itu.
"Gue-"
"Lama ya, maaf ya. Soalnya gue juga sekalain buatin minumannya," ujar Lena.
"Lo mau ngomong apa tadi Al?" tanya Faren.
"Gak jadi, makan aja yuk!" ajaknya.
Mereka pun mengikuti apa kata Aldi. Selesai mereka makan, suasana kembali sunyi, di saat makan pun hanya ada suara dentingan karpu dan sendok yang saling beraduan.
"Diam-diam bae, ngobrol nagapa ngobrol," ucap Lena. Gadis itu memang sulit diam, kecuali jika dirinya sedang kecewa. Tak jauh seperti sikap Zikri saat ini.
"Lo aja sana yang ngobrol sendirian, gak usah ngajak-ngajak kita," sewot Zikri.
"Ya Allah bang, lo sewot amat sama gue. Kalau gue ngomong sendiri disangka gila entar gue," celoteh Lena. Tumben hari ini Lena tak terpancing emosi dengan apa yang Zikri ucapkan. Ia malah meladeni kata-kata yang terlontar oleh Zikri dengan candaan.
"Abisnya lo berisik banget sih jadi orang," kesal Zikri. Tak lama Zikri bicara seperti itu, Lena terdiam. Tak lagi menyahuti ucapan Zikri, gadis itu beranjak dari duduknya. Berjalan keluar. Sebelum menjauh Zikri memanggilnya.
"Lena, lo mau kemana?"
"Mau cari udara segar, sekalian mau cuci mata juga. Kenapa? Lo mau ikut gue?"
"Cuci pake rinso Na, biar putih dan bersih," celetuk Faren.
Diantara keempatnya, hanya otak Aldi yang agak normal. Sisanya yah begitulah, mereka akan diam jika ada masalah saja, kalau Aldi ada masalah atau tidak tetap akan seperti itu sikapnya.
"Lo duluan deh Ren, entar gue nyusul," balas Lena.
Lena senyum-senyum sendiri, itu menjadi pertanyaan dari ketiganya. Saat ini yang ada dalam pikirannya, bagaiman mereka melepaskan tentang masalah Ardito yang kembali hadir diantara mereka.
"Guys, daripada kalian diam-diaman gak jelas kayak gini. Gimana kalau kita jalan-jalan aja!" ajak Lena.
"Jalan kamana?" tanya Zikri.
"Ke hati lo, ya kemana ajalah," ujar Lena.
"Gue gak mau punya cewek petakilan kayak lo, bisa setres gue nanti," sepertinya Zikri sedikit kembali seperti dirinya yang biasa. Tidak seperti tadi, diam, dan suaranya yang tegas.
"Yang mau sama lo siapa? Gue sih ogah, udah itu sok kegantengan lagi," omel Lena. Itu hanya tipuan Lena, Zikri itu ganteng, ditambah kalau dia senyum manis. Mana mungkin gak ada yang mau sama dia, Lena bisa berucap demikian karna ia dan Zikri saudara. Coba kalau tidak, sudah pasti dia terlena-lena.
"Gue emang ganteng dari lahir," jawab Zikri. Pedenya udah keluar yah gini, gak peduli banyak orang atau tidak.
"Suka-suka lo aja deh, yang penting lo bahagia."
Mendengar perdebatan antara kedua saudara itu Faren membuka suaranya, setelah sekian lama bungkam. "Udah debatnya? Kalau udah, ayo kita jalan! Tadi yang ngajak jalan siapa? Tapi malah asik debat," omel Faren. Faren kalau ngomel mirip sama emak-emak. Apalagi kalau soal penampilan, mirip banget sama emak-emak komplek, ribet banget.
"Jadi dong, ayo jalan!" Lena sudah jalan terlebih dahulu, menyisakan ketiga laki-laki itu dibelakangnya.
Sampainya di depan, Lena langsung mengidupkan mesin motornya. Tiba-tiba Zikri menghentikan aksi Lena.
"Lo mau bawa motor sendiri?"
"Iya, kenapa emangnya?"
"Gak papa."
Cowok itu emang susah ya nunjukin perhatiannya, sebenarnya Zikri khawatir saat Lena bawa motor sendiri. Tapi rasa khawatirnya ditepas oleh rasa egonya. Meskipun satu rumah, suka berantem, tetap saja Zikri masih malu mengungkapkan rasa khawatirnya kepada Lena.
Keempatnya keluar dari rumah sederhana itu, tentunya membawa kendaraan masing-masing. Disepanjang perjalanan Lena bersenandung di atas motor miliknya. Melihat Lena sebahagia itu, Zikri berucap demikian.
"Bahagia lo mudah banget ya Na," ujar Zikri. Seulas senyum terukir kembali di bibir Zikri.
Selamat membaca (♡˙︶˙♡)
Date, 23.01.2022.
KAMU SEDANG MEMBACA
Grilfriend OR Not?
Ficção AdolescenteBagaimana rasanya dekat dengan cowok yang super nyebelin? Pastinya naik darah terus, ini terjadi dengan seorang gadis bernama Lena Amalia. Yang harus marah-marah setiap harinya. Laki-laki itu sangat pandai membuatnya marah, apapun yang laki-laki it...