9. Respect Zikri

5 3 0
                                    

"Tuh kan, lo sendiri aja malas. Pake acara nyuruh gue segala lagi," omelnya.

Disepanjang perjalanan mereka hanya bertengkar saja. Sampai akhirnya, pandangan Lena jatuh disebuah gerobak berwarna biru, yang ada bertulisan tahu gejrot. Lena langsung menyuruh Zikri menghentikan motornya.

"Zik itu ada." Lena menunjuk ke arah sebrang sana. Zikri mengikuti arah telunjuk Lena.

"Akhirnya ketemu juga. Pas banget dihalte, jadi bisa sekalian neduh di sana, soalnya udah rintik-rintik nih."

Zikri mengarahkan kendaraannya menuju gerobak itu berada.

"Bang sehat?" begitulah sikap Zikri kesemua orang, ramah, tapi lebih dominan nyebelinnya.

"Alhamdulillah sehat," balas Bapak itu.

"Pak tahu ngejrotnya 2 yang pedas ya Pak," pinta Zikri. Sang penjual langsung melayani. Sedangkan Zikri dan Lena sudah duduk dikursi halte. Menunggu pesanan mereka.

"Abis ini kita kemana?" tanya Zikri disela diamnya Lena.

"Kemana aja, kita jajan yang banyak ya," inilah definisi orang yang dijajanin gak tanggung-tanggung. Gak hanya satu, tapi lebih. Mumpung geratis jadi sabilah ya.

"Dompet lo tebel, domopet gue yang tipis," gerutu Zikri.

"Gak ikhlas nih?"

"Ha? Ikhlas kok ikhlas, lo mau jajan apa lagi?"

Dalam hati meronta-ronta. Kalau saja bukan sepupu tersayang, mana mau Zikri kayak gini. Keliling di saat mendung, malah udah gerimis.

"Gue gak mau apa-apa lagi, yang gue mau, lo jangan berubah ya, gue takut."

Lena lagi mode manja, terkadang dia memang suka ngusir-ngusir Zikri. Tapi di saat laki-laki itu tidak berada disampingnya, ia selalu kehilangan, merasa kesepian. Separuh hidup Lena ada di Zikri. Mereka memamg bukan kembar, tapi seperti anak kembar. Jika Zikri sakit, Lena juga. Wajar saja, dari kecil mereka selalu bareng, gak pernah pisah.

"Gue gak akan berubah Lena, mau berubah gimana coba? Kalau lo orang yang bisa bikin gue berubah."

"Siapa tau kan, kita gak tau nantinya. Mungkin lo berubah setelah nikah, udah gak sayang sama gue lagi."

"Sampai kapanpun lo tetap orang yang paling gue sayang Na, karna gue gak mungkin dapatin cewek kayak lo. Lo yang bisa ngertiin gue, lo juga enak diaturnya."

Saat mereka sedang asik bicara, pesanan mereka datang. Lena langsung menyantapnya, menikmati makanan itu. Meskipun sederhana, tapi rasanya luar biasa.

Jika Lena makan dengan diam dan tenang, tapi tidak dengan Zikri, anak itu cosply jadi wartawan.

"Bapak udah lama dagang kayak gini?"

"Udah lama dek, sekitar 5 tahunan lah, yah alhamdulillah rezekinya ada aja. Cukup buat hidupin keluarga," balas Bapak itu.

"Bapak udah nikah ya?" pertanyaan Zikri unfaedah sekali. Apa dia gak liat Bapaknya saja sudah berumur, ya kali belum nikah.

"Udah."

"Saya kira belum Pak, soalnya masih keliatan muda," kekehnya.

"Ah, adek ini bisa aja, saya udah punya anak 3 yang duanya udah berumah tangga. Saya hanya menangung yang satunya, masih sekolah," ujar Bapak itu.

"Oh sekolah, kelas berapa Pak?" mirip banget sama wartawan, nanya sampe keakarnya. Cuman bedanya, Zikri jadi wartawan dadakan.

"Masih SMA kelas 10, alhamdulillah dia masuk disekolah favoritnya. Dan alhamdulillah dia dapat beasiswa."

"Wah, anak Bapak pintar dong, selamat ya Pak." Zikri menjabatkan tanggannya kepada Bapak itu.

"Terima kasih ya," balas Bapak itu.

"Omong-omong anak Bapak sekolah dimana?"

"SMA Garuda."

Zikri kalau nanya gak tanggung-tanggung, dia udah kayak interview orang lamaran.

"Atas nama siapa Pak? Siapa tau saya kenal sama anak Bapak, kebetulan saya sama sepupu saya sekolah di sana, iya kan Na?" Zikri menepuk pundak Lena pelan. Gadis itu langsung tersedak.

"Astagfirullah Zikri, kalau gue tiba-tiba mati gimana? Lo kalau mukul kira-kira dong, kan gue lagi makan," omel Lena.

"Ya maaf, gue kan gak tau Na," balas Zikri dengan muka tanpa dosa.

"Maaf-maaf, gak ada kata maaf sebelum lo jajanin gue seblak," pintanya.

"Meres aja terus, gue bakal jadi kaya kalau lo peras terus," sindir Zikri.

"Oh, peras itu yang warna orange dan bisa diminum bukan?"

"Itu jeruk peras ogeb, kalau peras yang lo maksud itu, lo minta jajan terus ke gue," terang Zikri.

"Oh itu, gue kira yang bisa dimunum itu."

Kirain Lena bakal mikir dengan kalimat terakhir yang Zikri lontarkan, eh nyatanya enggak. Gadis itu melanjutkan makannya.

"Dasar cewek aneh, nyebelin, kalau aja lo bukan sepupu gue. Udah gue tinggalin lo ditengah jalan," gerutu Zikri. Tapi Lena tidak menghiraukannya, melainkan menikmati makanannya.

"Ehm, Pak saya mau 2 dibungkus ya, yang pedas pak," pinta Lena. Bapak itu langsung berjalan, tapi dicegah oleh Zikri. Karna hujan semakin deras, sedangkan gerobak Bapak itu berada dibawah sana.

"Nanti aja Pak, ini lagi ujan. Entar Bapaknya sakit. Lagian Bapak belum jawab pertanyaan saya," ujar Zikri. Ada benarnya apa yang Zikri omongin. Tapi endingnya tetap saja tidak enak.

"Oh iya, Bapak lupa. Nama anak Bapak, Ardian Baron."

"Jurusan apa dia Pak?" tanya Zikri kepo. Pas si Bapak mau jawab, Lena tiba-tiba menyeletuk. Ini memang tidak sopan, tapi orang yang kayak Zikri kebanyakan nanya memang harus diginiin.

"Jurusan mencintai yang tidak pasti. Please Zikri. Bapaknya mau tenang loh, Dia mau dagang. Kalau lo kebanyakan nanya, gak konsentrasi nanti Bapaknya," apa yang Lena katakan benar.

"Kan cuman nanya Lena. Lagian Bapaknya gak keganggu kan Pak?" sang empu hanya menganggukan kepalanya. "Tuh, Bapaknya aja gak papa, kenapa lo yang sewot?" dasar cowok gak pekaan. Seseorang mengatakan tidak papa itu bukan berarti dia baik-baik saja atau tidak terganggu, mereka hanya tidak enak untuk bicaranya.

"Gak sopan banget sih lo!" kesal Lena. Gadis itu menarik tangan Zikri mendekat ke arahnya. Dengan tidak siap, mau tak mau Zikri terbawa oleh tarikan Lena.

"Apa sih Na?" Zikri melepaskan tangannya dari gengaman Lena.

"Yang sopan dikit napa? Gue tau lo orangnya rescpet banget kesemua orang. Tapi tau jangkauan dong Zik, lo gak boleh nanya-nanya kayak gitu. Itu urusan mereka, bukan urusan lo!" tekan Lena.

Gadis itu turun ke bawah. Mengambil pesanannya, ia jadi ketagihan saat pertama kali menyicipi tahu gejrot buatan Bapak itu. Menurut Lena, lebih segar daripada seblak.

"Udah siap pesanan sayanya pak?"

"Udah neng, 2 kan? Yang satu pedas banget kan neng?"

"Iya Pak, berapa semuanya Pak?"

"20 ribu aja neng," pinta Bapak itu.

"Ohwalah."

Lena memgambil uang berwarna biru. Meskipun nominalnya tidak terlalu banyak tapi jika kita niat untuk berbagi, Inysa Allah, yang sedikit akan banyak, cukup, dan bermanfaat.

Selamat membaca (♡˙︶˙♡)

Date, 02.02.2022.

Grilfriend OR Not? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang