1 - FIRST MEET

143 15 0
                                    

“Nona Asnara!” suara wanita berhasil menghentikan mobil hitam yang baru saja akan meluncur menjauh dari rumah paling besar dan paling mewah di daerah perumahan itu.

Kaca penumpang mulai diturunkan oleh seorang gadis berambut coklat panjang.

“Aduh bi, apa lagi?” tanyanya.

“Ini non, bekalnya ketinggalan.” Wanita yang disebut bibi itu mengulurkan sekotak bekal makanan kepada sang gadis.

“Aduh iya, makasih ya bi.” sang gadis menerima kotak makan itu dan langsung menyuruh laki-laki yang duduk di bangku pengemudi segera bergegas menuju ke sekolahnya.

Mobil mulai menjauh dengan iringan lambaian tangan dan senyuman dari wanita yang telah bekerja di keluarga sang gadis selama enam belas tahun tadi.

“Kebiasaan banget. Non-non.” Bibi kembali menuju dapur untuk melanjutkan pekerjaanya yang sempat tertunda.

****

Lima menit lagi gerbang sekolah ditutup. Mobil yang mengantar gadis tadi sampai. Sang gadis bergegas membuka pintu mobil dan segera berlari menuju gerbang.

“Pak!” laki-laki dengan seragam petugas keamanan membalikkan badan.

“Astaga! Lagi-lagi.”

Sang gadis hanya meringis menunjukkan deretan gigi-giginya.

“Nona muda Asnara!”  

Tubuh sang gadis menegang mendengar seruan dari wanita dengan rambut yang digelung ketat dan tangan yang memegang beberapa buku peraturan tentang sekolah Cassina.

“I- iya bu.” perlahan ia membalikkan badannya menghadap sang pemilik suara menggelegar tadi.

“Kamu ini udah satu minggu telat. Kenapa?”

“Ehm, itu bu. Anu...”

“Anu apa? Kamu ini ya, coba mulai kurangi hobi telat kamu ini. Hobi kok telat.”

“Ya maaf bu.”

“Yasudah, sana masuk. Terus satu lagi. Peraturan di sekolah ini kaus kaki di hari senin itu putih polos, kamu malah pake kaus kaki modelan kulit macam!”

“Lupa ditaruh dimana bu, udah ya bu. Permisi.” Gadis itu langsung melesat pergi menuju lift ke ruang kelasnya yang berada di lantai tiga.

****

Di lantai kedua lift berhenti sementara dan pintu lift terbuka. Seorang laki-laki bertubuh jangkung memasuki lift. Tangan sang laki-laki menekan tombol lima yang berarti lantai ruang kepala sekolah. Gadis itu menatapnya dari bawah sampai atas, seragam yang dikenakannya berbeda dengan seragam yang tengah dipakai oleh sang gadis.

Tatapan laki-laki itu tajam bak menusuk membuat si gadis berhenti memandangnya.

Ia menurunkan pandangan menuju ke jam tangan berwarna putih tulang yang terpasang apik di tangan kanannya.

“Udah jam tujuh lewat lagi. Aduh Dania Asnaradewi! Kenapa sih harus telat mulu sih!” Yah, nama si gadis adalah Dania, Nona muda asnara, keturunan kedua keluarga Asnara, sang pemeran utama.

Gerutuan sang gadis berhasil mengusik laki-laki yang sedari tadi di sampingnya. Ia melirik Dania dengan tatapan dingin.

Dania yang dilirik seperti itu berhenti menggerutu.

“Nggak usah lirik-lirik. Nanti suka.” Suara dania menyadarkan si laki-laki. Ia menormalkan mimik wajah dan kembali menatap kedepan.

DUNIA DAN(D)IA : A Story begins here (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang