15 - TEMAN DI JOGJA

15 9 0
                                    

Gadis itu berbalik, angin Jogja melambai-lambaikan rambut hitamnya ke sana kemari.

Laras yang dipanggil berhenti, lalu menoleh. Yah, Dania benar, dia memanggil orang yang tepat.

"Dania?" tanya Laras.

"Ras, Lo di Jogja?" bukan membalas pertanyaan Laras, ia malah bertanya balik.

"Iya, Gue asli sini." jawabnya, Dania manggut-manggut, "lo ada disini juga, Nia?" lanjutnya bertanya.

Dania kembali manggut-manggut, kali ini dengan senyuman.

"Gue liburan. Yah, liburan." jawabnya, ada nada kegugupan disana. Laras ber-oh ria. Dapat dilihat kedua tangannya menenteng dua kantong plastik besar berwarna hitam yang kelihatannya berat sekali menurut Dania.

"Rumah Lo deket sini?" tanya Dania.

Laras mengangguk beberapa kali, sebagai jawaban "Iya."

"Mau gue boncengan nggak, pak sepeda. Kayaknya berat banget bawaan Lo." tawar Dania, Laras meringis dan mengatakan tidak perlu pada Dania.

"Nggak apa-apa ayo! Sekalian gue juga mau liat rumah Lo," bujuk Dania. Laras yang tidak bisa menolak permintaan seorang Dewi Asnara akhirnya mengiyakan saja.

Dania berbalik, mengambil sepedanya yang terparkir beberapa meter di belakang mereka. Laras menunggunya di tempat sebelumnya.

"Ayo!" ajaknya lagi pada saat sudah berada tepat di samping Laras. Laras menurut dan langsung menaiki sepeda Dania, kedua kantong plastiknya ia letakkan di pangkuannya.

"Rumah Lo jauh, Ras?" tanya Dania lebih keras supaya Laras bisa mendengarnya.

"Lumayan deket kok, Ni." jawab Laras, setelah itu kembali hening.

Yang berikutnya adalah, Laras yang menunjukkan arah ke rumahnya tanpa dijawab oleh Dania.

"Ke kiri, Ni." suruhnya, Dania membelokkan setir sepeda ke arah kiri, melewati gang yang cukup sempit.

Sebuah rumah panggung berbahan kayu terlihat setelah gang tersebut berakhir. Dania memandang takjub rumah itu. Ia sedikit banyak teringat tentang rumah panggung di serial kartun kesukaannya semasa kecil (sampai sekarang, sih)

"Ini rumah Lo, Ras?" tanya Dania memastikan, barangkali ia salah.

"Iya, nggak bagus ya?"

Dania menggeleng dengan cepat, seakan pertanyaan Laras adalah pertanyaan yang harus dimusnahkan di bumi.

"Bagus gini gila! Aesthetic!" ucapnya sedikit berteriak.

Laras tertawa mendengarnya, agak tersipu juga.

"Ayo masuk!" ajak Laras. Dania memarkirkan sepedanya dan mengikuti Laras yang sudah menaiki tangga rumah lebih dahulu.

Di dalam rumahnya, banyak sekali foto-foto Laras. Tapi anehnya, tidak ada foto kedua orang tuanya.

"Lo dirumah sendirian, Ras?" tanya Dania, 'semoga sopan' pertanyaanya dalam hati begitu.

"Sama Bokap," jawab Laras sambil menaruh dua kantong kresek besar itu di sebuah meja panjang di depan televisi tabung yang sangat Antik.

"Dania berjalan menuju ke salah satu foto. Di dalam fotonya, ada seorang gadis cilik tengah memegang sebuah piala yang tidak jelas tulisannya apa.

"Ini Lo, Ras?" tanya Dania, sambil menunjukkan foto itu oada Laras.

"Iya, waktu gue masih SD kelas satu."

"Menang apa Lo?"

"Waktu dulu ada olimpiade gitu lah di sekolah, Gue yang wakilin."

DUNIA DAN(D)IA : A Story begins here (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang