26 - BABAK BARU

7 3 0
                                    

Yang rusak sudah kembali baik, yang lama sudah diganti baru, yang hilang sudah datang kembali, yang meredup sudah bersinar. Itulah yang dirasakan oleh Dania Asnaradewi saat ini, senyum kembali terbit di wajah cantiknya, tidak ada lagi murung, sedih, dan ketidakbahagiaan. Dania yang ceria sudah kembali lagi.

"Gimana, Ni?" tanya Laras ketika Dania sampai di Koridor Lantai 3, dan hendak menuju ke Kelas.

"Semuanya kembali sempurna," ucap Dania sambil tersenyum sangat amat tulus.

"Syukur deh," jawab Gadis berdarah Jogja itu.

****

Hari Rabu, anggota OSIS mengumumkan akan diadakannya camp seperti yang Aldo bilang di Acara pesta Siska.

Dania ingin mengikuti acara itu, tapi seperti biasa, ia harus melalui permintaan izin kepada Ayahnya terlebih dahulu, ini yang sulit.

Namun, dengan kekuatan tekad dan hati, Dania harus berani untuk meminta izin, hanya dua hari, Dania pasti akan diizinkan.

****

"Nggak!" tolak Tuan Asnara ketika mendengar permintaan Putrinya untuk mengikuti salah satu Acara di Sekolahnya.

"Tapi Yah, cuma dua hari..." rengek Dania.
Dania duduk di Karpet di bawah, sementara Tuan Asnara duduk di Sofa abu-abu.

Madam Asnara juga ikut duduk berdampingan dengan Suaminya.

"Nggak! Ayah nggak setuju!" tolak Tuan Asnara lagi.

Air mata Dania sudah menggenang, ia menatap Ayahnya dengan sendu.

"Ini pertama kalinya Adek ikut acara sekolah keluar, Ayah nggak pernah ngizini Adek untuk pergi kemana-mana," bujuk Dania. Sambil menunduk di depan Tuan Asnara.

"Kalo Ayah bilang enggak ya enggak, Adek!" gertak Tuan Asnara. Madam Asnara berjengit kaget, ia belum pernah melihat suaminya berbicara seperti ini kepada Putri mereka.

"Mas..." Madam Asnara mulai menenangkan Tuan Asnara yang kini sepertinya sudah sangat marah sambil menatap Dania.

"Kamu mau bela Dia? Kamu tahu 'kan bahaya apa yang sedang mencintainya?" tanya Tuan Asnara. Dania mendongak, menatap Ayah dan Bundanya bergantian.

"Apa yang Ayah bicarain? Siapa yang sedang dalam bahaya?" Tuan Asnara menatap Putrinya. Mata mereka beradu.

"Ini sebabnya semua yang Adek lakuin selalu dibatasi?" lanjut Dania.

"Dari dulu, Adek ingin sekali seperti anak-anak yang lain, Adek suka Kalian selalu memperhatikan Adek, tapi yang tidak Adek mengerti adalah Kalian terlalu berlebihan," ucap Dania sambil beranjak meninggalkan Tuan dan Madam Asnara yang terpaku, membatu di tempat duduk mereka.

"Aku salah ucap, Nad." kata Tuan Asnara ketika suara hentakan pintu dari arah Kamar Dania berbunyi.

"Kita biarkan Adek mengikuti apa yang Dia mau untuk kali ini, Mas," saran Madam Asnara, sambil terus mengusap pundak Suaminya.

"Tapi, Nad-"

"Selama yang Kita tahu, tidak terjadi apa-apa pada Adek," sanggahnya.

Tuan Asnara menghela napas dalam, apakah kali ini ia harus melepas Putrinya untuk melakukan sesuatu yang dia inginkan?
"Bagaimana jika terjadi sesuatu, Dania adalah incaran mereka, Nadia, Mas takut itu," Tuan Asnara menunduk dalam, ia meremas-remas tangannya sendiri hingga hampir kemerahan.

****

Dania terbaring di atas Tempat tidurnya sambil memeluk sebuah boneka berbentuk kucing pemberian Ayahnya saat ia masih kecil. Matanya menatap langit-langit kamar, air mata mengalir di pipinya.

DUNIA DAN(D)IA : A Story begins here (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang