17 - BUKU LUSUH EYANG

16 11 0
                                    

Seorang pria duduk disamping kanan seorang wanita yang tengah menangis tersedu-sedu, pikirannya masih berkecamuk tentang darah dagingnya yang jauh dari pandangan dan dekapannnya. Seharian ia ingin sekali mengontak putrinya, namun ia urungkan karena belum ada perintah dari Sang Ibunda.

"Gimana Adek, Mas?" rengek wanita itu. Tangisannya semakin deras ketika sang suami tidak menjawab apa-apa.

KriinggKriingg

Dengan sigap Tuan Asnara langsung mengangkat telephone yang berdering itu.

"Aman." ucap suara di seberang sana. Lalu langsung menutup.

Tuan Asnara langsung meletakkannya kembali dan menghampiri sang istri yang masih menangis karena khawatir dengan kondisi sang putri tercinta.

"Dania baik-baik saja," ucapnya, Madam Asnara menghembuskan napasnya pelan, akhirnya ia bisa bernafas lega kembali.

****

Mobil sudah melaju dengan kecepatan normal kembali, Pak Faisal memang sangat handal dalam menjalankan mobilnya, beberapa mobil di belakang yang mengejarnya sudah tidak terlihat lagi. Dania, Laras dan Mbok Rani memeluk Eyang putri dengan sangat erat, mereka bahkan masih syok dengan kejadian tadi.

"Itu siapa?" tanya Laras, napasnya masih tersengal-sengal.

Tidak ada yang menjawab, mereka hanya saling berpandangan satu sama lain.

"Ni?" tanya Laras lagi, kali ini menatap Dania.

Bukan penjelasan yang Laras dapatkan melainkan gelengan keras. Dan itu menandakan bahwa Dania juga tidak tahu menahu soal ini.

"Mereka ngejar siapa?"

"Dewi," jawab Eyang. Semua yang ada di mobil itu menoleh, bahkan Pak Faisal melihat spion depannya.

Jantung Dania berdegup kencang, mereka mengejarnya? Memangnya apa salah Dania?

"Aku Eyang?" Dania menunjuk dirinya sendiri, Eyang putri hanya mengangguk. Setelahnya, hanya deruman mobil yang terdengar, Laras pun tidak berani untuk bertanya lebih dalam lagi. Karena pasti bersifat sensitif.

****

"Kenapa sih Lo, Bim?" Devon menyodorkan segelas air pada Bima yang tengah melamun entah memikirkan apa.

"Semenjak Lo kesini, bawaannya melamun terus! Lo mikirin siapa?" tanya Devon lagi, masih tidak ada jawaban. Bima memutuskan untuk pergi ke Kotanya yang dulu untuk berlibur, sekalian ia juga merasa rindu dengan kawan-kawan lamanya disini, hubunganya yang tidak baik dengan Birawa juga berhasil menjadi faktor pendukung mengapa ia ingin kemari.

"Ah sudahlah kalo Lo-"

"Kayanya keluarga Gue nyembunyiin sesuatu dari Gue."

Devon langsung menoleh, menilik wajah Bima yang sepertinya sedang dalam mode serius.

"Nyembunyiin sesuatu dari Lo, mana mungkin Bim," sanggah Devon. Bima meletakkan gelas airnya dan melihat pada Devon.

"Gue yakin Dev, semenjak Kakek Gue ke rumah, semuanya seakan berubah, mereka pasti nutup-nutupin sesuatu dari Gue," ucapnya, Devon hanya menggeleng tidak percaya.

"Bim, dengerin Gue ya..." kata Devon. Bima dengan baik menyimaknya.

"Lo itu satu-satunya keturunan Kanigara, pewaris keluarga, penerus tunggal, nggak mungkin mereka semua nutupin sesu-"

"Nah itu, makanya itu Dev, mereka pasti nutupin sesuatu karena Gue adalah keturunan mereka satu-satunya," potong Bima.

"Nggak berarti gitu juga, Bim. Ah udahlah mending kita ke Gym. Ayo!"

DUNIA DAN(D)IA : A Story begins here (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang