32 - TRAGEDI 1

5 1 0
                                    

Malam yang indah menemani jam-jam terakhir sebelum hari berganti, sebelum tanggal berubah, dan sebelum hari bahagia ini berakhir. Gadis cantik berambut coklelat panjang tengah membuka satu-persatu kotak kado yang ia terima dari kawan-kawan dan juga Keluarganya.

Senyum masih terpatri di wajahnya yang cantik campuran belanda dan jawa. Mata yang dapat menarik perhatian itu berbinar cerah.

"Sekarang kado dari Kak Aldo," Dania mengambil kotak merah yang berada di paling pinggir tempat tidur. Ia memandang kotak itu dengan penasaran dan menebak-nebak apa yang ada di dalamnya.

Perlahan, Dania membuka kotak itu. Lampu Kamar yang nerzinar terang benderang membuat isi yang ada di dalam kotak tersebut bersinar dengan indahnya. Mulut Dania menganga, ia melihat sebuah gelang emas putih dengan mata berlian yang terlihat sangat mewah.

Di tengah gelang itu, ada huruf-huruf yang terukir dengan sangat cantik dan terbaca "Dania".

"Ya ampun. Bagus banget!" girangnya. Ia mengangkat gelang itu sampai sejaajar dengan matanya.

"Wah! Ini pasti mahal banget! Kok Kak Aldo ngebeliin barang semewah ini?" gumamnya sambil terus memandangi gelang itu.

Dania mencobanya di tangan kanannya. Sangat indah, apalagi dengan tangannya yang sudah putih ditambah gelang emas putih itu, penampilan Dania semakin mempesona.

"Cantik!" ucapnya. Ia tak henti-hentinya memuja dan memuji gelang itu, siapapun, bukan hanya Dania. Pasti semua Gadis jika diberi sesuatu yang mewah dan indah seperti ini akan bahagia sekali.

****

"Kita sudah mengirim orang untuk memata-matai Dia. Sebentar lagi, akan ada perang!"

Semua orang yang berada di dalam ruang kedap suara itu menunduk patuh, Pria yang sedari tadi memantau perkembangan tersenyum sinis sambil mengangkat sudut bibirnya.

"Kita habisi Perempuan itu malam ini."

****

Hampir semua dari hadiah yang ia terima sudah Gadis itu buka satu-persatu. Dania memandang semuanya dengan jeli, tapi yang paling menarik minat dan perhatiannya adalah hadiah manusia salju dari Laki-laki yang selama ini berhasil membuat dirinya bimbang.

Tangan mungilnya mengambil manusia salju itu. Manusia salju yang diukir dengan senyum indah.

"Makasih banyak, Bim," ucapnya sambil tersenyum.

Pikirannya langsung terbesit dengan tempat yang sudah lama tidak ia datangi. Ia rindu dengan suasana itu, ia rindu dengan seseorang yang biasa menemaninya disana.

Dan sekarang, ia ingin sekaki untuk datang sekarang kesana. Untuk mengakhiri hari spesial ini di tempat yang spesial.

****

"Pak Ical, anterin Nia ke Gedung yang biasa Nia datangi," suruh Dania pada Pak Faisal yang tengah menyeruput kopinya ditemani suara radio yang tergeletak di sampingnya.

Pak Faisal mengernyitkan keningnya.

"Sekarang, Non?" tanya Pak Faisal memastikan.

"Nggak. Besok!"

"Oh yaudah," Pak Faisal kembali menyenderkan punggungnya ke tembok.

Nia berdecak kesal sambil menghentak-hentakkan kakinya ke Tanah.

"Sekarang, Pak!" gertaknya. Pak Faisal yang sedikit terkejut memandang Dania sambil tertawa. Ia menyeruput habis kopinya dan mengambil kunci mobil yang tergantung di tempat gantung pakaian.

DUNIA DAN(D)IA : A Story begins here (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang