7. ─> MENGUSIR GABUT

520 81 4
                                    

Asya guling-guling di kasurnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Asya guling-guling di kasurnya. Dia udah salting kurang lebih 6 jam gara-gara Hersa. Tapi aneh, baru ketemu langsung bilang suka.

"Asya, sadar! Dia itu cuma pengen temenan!" Dirinya bangkit dari tempat tidur, mondar-mandir di depan cermin.

Asya berhenti, lalu menatap cermin. "Lo gak boleh kepedean."

Saking capek nya, Asya bengong di samping tempat tidur. Tadi dia udah ibadah, berdoa, tidur dikit, tapi masih kepikiran mulu.

Tok! Tok!!

Asya berdiri, menghampiri suara ketukan yang terdengar dari balkon. Sore-sore gini bukan maling kan, pikirnya.

"Woi, anjrit Hita! Lo ngapain?"

Hita menarik gagang pel yang tadi dia gunakan untuk mengetuk jendela balkon setelah Asya keluar.

"Akhirnya lo keluar juga. Kenapa lo diem aja tadi gua chat?" Tanya Hita sembari menghempaskan gagang pel.

"Kenapa emang nya? Gak perlu tau." Asya berbalik, mengecek kondisi kaca jendelanya.

"Nyolot lo. Kalo ada apa-apa bilang!"

Hita menopang dagu di pagar balkonnya. Sebenernya tadi dia iseng aja ngetokin jendela Asya.

"Gue bingung, hit. Sumpah bingung banget, cuma perkara satu laki aja sampe pusing gini."

Sesi curhat pun dimulai.

"Ketauan lo udah jomblo dari masih orok. Kayak gue dong, tiap bulan ganti!" Sombongnya sambil mengangkat dagu.

"Belagu banget, tapi kok lo masih ngejar-ngejar Yuna?" Asya memutar bola mata malas.

"Siapa yang ngejar-ngejar? Lo gak tau ya cara kerja buaya tuh begini?" Ujar Hita melentangkan tangannya.

Asya mau muntah dengernya. Secara nggak langsung Hita ngaku kalo dia buaya. Pantesan Asya sempet kecantol,

"Ck, gue jadi gak mau lagi deket-deket sama lo. Asal lo tau ya, cewek-cewek yang pernah lo deketin semuanya neror gue!" Raut wajah Asya jadi kesel, nginget nomernya kesebar di mantan-mantan Hita.

Hita menyilangkan lengannya. "Dih dari awal kan lo yang deketin gue!"

"Heh setan, lo duluan! Gue ini salah satu korban lo," Asya tiba-tiba berdiri dari duduknya.

Hita mengerutkan alis aneh. Perasaan dia gak pernah nyuri atau nge-fitnah Asya, korban apaan. Oh Hita tau,

"Kegantengan gue emang merenggut beberapa korban. Baru tau gue lo pernah kepincut." Dengan percaya diri, Hita merapikan rambutnya.

"Narsis! Sekarang enggak lagi. Muka lo kayak kuda,"

Hita kejungkal dari kursinya. Dia dikatain kuda, segitu parah muka dia di mata Asya?

FRIENDZONE [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang