Jeff menatap jalanan sepi itu yang kini sudah di tutup oleh garis polisi. Ia masuk ke dalam sana dengan perlahan. Ia mengedarkan matanya, menatap tempat ini. Pria itu menghampiri sebuah ayunan tua yang berada di bawah pohon.
Ia mendaratkan bokongnya di ayunan tersebut, menatap lurus ke depan. Tangannya menyentuh sesuatu bertekstur di ayunan tersebut. Itu adalah sebuah ukiran. Mata nya menatap ukiran itu dengan tatapan kosong.
Jari jemari nya terus mengelus ukiran itu lembut. Sesuatu mengalir dari ujung kedua matanya. Ia menangis.
"Efo, Becca, July 1." Lirih Jeff.
Pria itu mengusap air mata nya lalu kembali menatap lurus ke depan. Tak lama ia tersenyum simpul. Mata berlinang air mata itu hanya terus menatap lurus ke depan.
"Siapa yang menyangka bahwa disini lah tempat pertama dan yang terakhir aku menatap manik mata cantik mu itu. Bahkan tanggal pertama aku menemukan mu dan terakhir kali aku melihat mu sama. July 1."
Jeff meneguk saliva nya, senyum nya hilang. Dada nya sangat sakit, bahkan sakit nya seperti menjalar ke seluruh bagian tubuhnya. Jeff meremas kaos yang ia kenakan, ia memejamkan matanya dan menangis.
"Ini bukan mimpi rupanya. Kau sudah tidak ada, Al. Bukankah kau berjanji untuk tidak akan pernah meninggalkan aku sendiri?"
Jeff terus berbicara sendiri. Air mata nya bahkan tidak bisa ia hentikan. Tidak pernah ada di pikirannya bahwa Alice harus benar-benar meninggalkan nya sendiri di dunia ini. Gadis yang membawa cahaya dan keceriaan dalam hidupnya. Cinta pertama nya yang kembali ia temukan setelah dua belas tahun lamanya menghilang.
Pertemuan mereka yang kedua adalah saat fanmeeting. Pertemuan yang sama sekali tidak di sangka-sangka membuat keduanya bahkan semakin terikat satu sama lain. Sampai pada akhirnya wanita itu meninggalkan Jeff untuk selamanya. Tidak akan pernah kembali.
"Siapa yang akan ku lihat saat aku bangun nanti, hm? Aku ingin kau ada di sisiku, Alice. Please come back to me, sweetheart. I miss you."
Masih dengan tatapan nya yang kosong itu, Jeff menekan dada nya. Sungguh, ini sangat sakit. Sakit yang mungkin akan terus ia rasakan sepanjang hidup nya. Tangannya bergerak mengambil sesuatu dari kantong celana nya. Sebuah surat.
Jeff membuka surat itu perlahan dan membaca nya.
Hi Efo. Ya, aku adalah Alice sekaligus Rebecca. Mungkin saat kau membaca surat ini, kau sudah mengetahui siapa aku sebenarnya. Sejujurnya, aku tidak ingin kau sampai membuka surat ini. Tapi jika itu sampai terjadi, aku minta maaf. Benar-benar minta maaf karena sudah meninggalkan mu sendiri di dunia ini. Aku tahu ini sulit untuk mu tapi tolong ikhlaskan kepergian ku, okay?
Aku baik-baik saja di atas sini. Berhenti menangis dan tetap jaga kesehatan mu. Maaf juga aku sudah menyembunyikan penyakit ku selama ini. Aku hanya tidak ingin membebani hidup mu.Kumohon, tetap jalani kehidupan mu seperti biasa. Aku tidak mau kau terus menerus sedih apalagi sampai menyalahkan dirimu sendiri atas kematian ku.
Ini bukan salah siapa-siapa. Jika memang operasi yang ku jalani tidak berhasil, kumohon jangan lukai dokter Ezra. Pria itu sudah merawat ku sejak masih kecil, jadi tolong hargai dokter Ezra, hm? Aku ingat kencan pertama kita. Saat itu aku merasakan hari terbahagia ku bersama mu, Jeff.
No, mungkin pertemuan kita di Beijing dua belas tahun yang lalu. Itu hari terbahagia ku. Terima kasih sudah datang dan menjemput ku. Terima kasih sudah hadir kembali dalam hidup ku. Maaf jika aku tidak bisa menepati janji ku padamu. Maafkan aku karena sudah meninggalkan dirimu. Tapi sejujurnya, aku masih bisa melihat mu dari atas sini. Jadi, jangan berbuat macam-macam! Jika kau merindukan diriku, cukup katakan. Aku akan segera mendatangi mu lewat mimpi.
Dan aku sama sekali tidak tahu apa yang akan terjadi padaku jika kau tidak datang padaku saat itu. Mungkin aku akan membunuh diriku sendiri. Karena itu, aku benar-benar ber-terima kasih padamu. You're my first love, Jeff. I hope you know that. Jaga kesehatan mu, jalani kehidupan mu, tetap jadi sosok Jeff yang ku kenal. Baik dan penyayang.
I love you unconditionally, Jefford Xalvador. My lovely boyfriend and husband (soon)?
Jeff menutup mulutnya, ia menangis terisak-isak. Kepala nya menggeleng, ia tidak sanggup menerima semua luka ini. Wanita pertama yang masuk ke dalam hati nya itu ternyata benar-benar sudah tidak ada di dunia ini.
"Seharusnya aku tahu bahwa kau memiliki penyakit itu, Alice. Seharusnya aku tidak meninggalkan mu saat itu, seharusnya aku mendengarkan penjelasan dari dirimu, seharusnya aku tidak membahayakan dirimu dalam masalah ku, maka semua ini tidak akan pernah terjadi."
Jeff meremas rambut nya frustasi. Jeff berteriak sangat kencang. Ia berdiri dari ayunan itu dan dengan tangan yang terkepal kuat, ia memukul batang pohon berkali-kali sampai membuat tangannya luka parah dan mengeluarkan darah banyak sekali.
"I'm so sorry. Kumohon, kembali padaku, Alice!"
Tubuh Jeff melemah, ia terduduk di atas rerumputan itu. Jeff menangis dan sesekali berteriak meneriaki nama Alice. Meminta wanita itu untuk kembali padanya.
"I love you so much, Alice Dwyne Hamilton. Please come to me. I need you in my entire life. Please..."
Jeff membuang nafasnya kasar, ia berdiri dan berjalan dengan perlahan, keluar dari tempat ini. Sebelum ia berjalan lebih jauh, tubuhnya berbalik dan menatap ayunan itu serta sekelilingnya. Jeff mengusap air matanya.
"I love you, Alice."
###
Jeff membuka matanya. Terik matahari masuk ke dalam ruangan kamarnya melalui jendela. Beijing sangat panas hari ini. Ia mengerang lalu membalikkan tubuhnya. Mata sayup nya menangkap ada orang lain yang berbaring di samping nya.
Jeff mengucek kedua matanya bergantian, ia melihat siapa yang sebenarnya tidur satu ranjang dengannya.
Mata nya membulat melihat siapa itu, "Al-Alice?!"
Merasa nama nya di panggil, Alice membuka matanya perlahan. Ia menutup matanya dengan telapak tangannya karena silau matahari. Jeff masih belum bergerak sedikitpun, terlihat wajahnya sangat terkejut.
"Are you okay, baby?"
Suara lembut itu. Jeff menatap Alice tidak menyangka, bagaimana bisa ini terjadi? Alice? Apakah dia sungguh Alice? Jeff segera menarik tubuh mungil itu dan memeluk nya erat. Alice hanya terkekeh lalu membalas pelukan pria yang ia cintai.
"Jangan tinggalkan aku lagi, Al. Aku benar-benar tersiksa karena mengira bahwa kau sudah meninggalkan diriku untuk selamanya."
Alice melepas pelukannya, ia menangkup wajah Jeff yang sudah basah karena air mata. Jari jemari nya perlahan mengusap air mata itu.
"Stop crying, Jeff. Itu membuat ku sakit, hati ku sakit melihat mu menangis seperti ini. Bukankah kau pria kuat? Kau tidak boleh lemah seperti ini hanya karena diriku."
Jeff menurunkan kedua tangan Alice lalu menggenggam nya erat.
"Please, stay here. With me."
Alice tersenyum, ia mengecup bibir Jeff pelan.
"I love you, Efo. But i'm sorry i gotta go now."
Jeff membuka matanya, ia langsung terduduk di atas ranjang nya. Ia menatap keadaan luar sana, ternyata masih malam. Matanya melihat ke arah jam, ternyata masih jam tiga pagi. Ia kembali membaringkan tubunya. Ternyata itu tadi adalah mimpi.
Jeff menghela nafasnya, ia menahan agar air mata nya tidak kembali keluar. Ia memiringkan tubuhnya, matanya menangkap sebuah foto dalam bingkai di atas nakas. Di ambilnya bingkai foto itu lalu ia tersenyum.
"I miss you."
###
•24 Februari 2022•
KAMU SEDANG MEMBACA
Scandal [END]
RomanceAnnouncement! [⚠️MATURE CONTENT! VIOLENCE, SEXUALITY, BLOOD SCENES⚠️] Sequel dari "The Incident". Diharapkan untuk membaca cerita "The Incident" terlebih dahulu sebelum membaca cerita ini. UPDATE SETIAP HARI KAMIS! - 🚫DON'T COPY PASTE MY STORY🚫 Al...