Bagian 18

42.6K 3.3K 205
                                    

Author POV

Tiga bulan kemudian

Nayra duduk di kursi ruang tamu sambil memegang kalender di tangannya. Bola matanya bergerak-gerak penasaran dengan raut wajah yang memucat gugup. Otaknya berhitung, sebisa mungkin tidak melewati satu pun hari di kalender sampai akhirnya Nayra terdiam bimbang.

"Aku beneran telat mens... Hmm, hamil gak ya ini berarti?"

Nayra meletakkan kalender ke tempatnya lagi, dia meraih ponselnya lalu mencari sebuah nama di dalam kontak. Satu-satunya yang bisa dia hubungi untuk mencari tahu ialah ibunya. Nayra harus memastikan semua tanda-tanda yang dia alami. Ibunya pasti tahu sesuatu.

"Halo, mama? Lagi di mana?"

"Mama lagi masak, Nay. Kenapa, sayang?"

"Ma... Nayra telat datang bulan. Apa Nayra hamil ya, ma?" tanyanya langsung. Nayra menggigiti kuku jarinya, gugup dan penasaran menjadi satu di dalam kepalanya.

"Udah cek pakek testpack dulu gak?"

"Belum coba, ma. Nayra gugup banget..."

"Ya udah, kamu beli dulu coba testpack di apotik gitu. Tes dulu nanti kasih tau mama. Kalo garisnya ada dua, berarti ada kemungkinan positif. Kabarin ya? Kita ke dokter berdua."

"Tapi kenapa nggak sama Mas Adi, ma?" tanyanya.

"Jangan dulu, kalo hasilnya positif baru kasih tau suami kamu biar dia gak kecewa. Nanti siang mama ke sana ya? Ini mau nyudahin masak dulu."

Nayra mengiyakan. Dia mematikan ponselnya lalu bergegas mencari kaos dan celana panjang. Nayra yakin jika dia hamil karena sejak tiga bulan yang lalu, dia dan suaminya mantap untuk memiliki bayi. Nayra tidak pernah meminum pil, Adinata juga tidak pernah lagi memakai kondom. Jadi dia yakin kemungkinannya sangat besar.

Dia sempat berkaca di cermin sambil memegangi perutnya. "Semoga kamu ada di perut Mama, sayang. Udah tiga bulan nungguin kamu di sini," ucapnya lembut.

Setelah memesan ojek online, Nayra pun meninggalkan rumah menuju apotik. Dia tidak punya kendaraan lain, jadi harus menaiki ojek jika ingin bepergian. Mobil yang diberikan oleh Jaya menjadi satu-satunya kendaraan yang mereka miliki dan itu digunakan suaminya untuk berangkat kerja.

Sesampainya di apotik, dia lekas membeli barang yang dicari. Tangan Nayra sedikit bergetar gugup, dia tidak tahu apakah alat ini akan menunjukkan dua garis atau satu. Ibunya bilang kalau positif barulah mereka akan melakukan pengecekan di rumah sakit, jadi Nayra berharap sekali hasilnya positif.

Nayra kembali pulang ke rumah, dia mengunci pintu dan memastikan keadaan rumah sudah aman. Wanita itu masuk ke kamar mandi, menurunkan celananya untuk mengambil sampel.

Lima menit Nayra menunggu cemas di depan pintu kamar mandi, dia tidak berani melirik benda kecil yang diletakkannya di atas wastafel. Telapak tangannya sangat dingin seperti es, tapi itu tidak membuat Nayra menyerah. Dia memberanikan diri untuk melihat hasilnya dan seketika Nayra merasa pasokan udara menipis di sekitarnya.

"Dua... Dua garis... Aku..."

Nayra berlari masuk ke kamar untuk mengambil ponselnya. Dia kembali menelepon ibunya untuk memberi kabar.

"Mama! Hasilnya positif! Mama, kayaknya Nayra hamil!" pekiknya. Dia sangat gembira sekali bahkan sampai ingin meloncat-loncat karena terlalu senang.

"Beneran? Kamu udah cek sesuai instruksi?"

"Iya, Nayra gak bohong. Mama bisa ke sini sekarang aja gak? Kalo nunggu siang nanti kelamaan," pintanya.

"Ya udah, mama siap-siap dulu. Kita ke dokter aja buat cek lagi takutnya gak akurat," balas Hanna di seberang sana. Nayra mematikan teleponnya, dia duduk diam di pinggir ranjang dengan jantung berdebar-debar kencang. Tangannya spontan mengusap-usap perut ratanya yang kemungkinan sedang mengandung janin.

Terjebak Bersamamu [TAMAT] REPOSTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang