Bagian 22

57.4K 3K 162
                                    

Author POV

Berada di taman hiburan di malam hari adalah salah satu keinginan terbesar Nayra di malam itu. Matanya berseri-seri indah begitu melihat ada banyaknya orang yang datang bersama keluarga kecil mereka ataupun muda-mudi yang tengah berpacaran.

Malam ini Nayra memakai pakaian yang simpel. Sebuah terusan panjang sampai lutut, kardigan rajutan yang tebal dan sepasang flat shoes yang dibelikan Adinata bulan lalu. Dia semangat sekali mengajak suaminya berkeliling melihat ke sana dan kemari sembari mencoba beberapa wahana kecil.

"Mas, beliin permen kapas itu dong. Yang bentuknya bulat-bulat itu," pintanya. Dia bergelayut di lengan sang suami, mengajaknya mendekati penjual permen kapas yang terlihat enak.

"Boleh, mau satu atau dua permen kapasnya?"

"Satu aja, mas."

Adinata lekas membelikan satu makanan manis yang diinginkan Nayra. Walaupun sangat sederhana sekali, tapi Nayra kelihatan bahagia sekali. Adinata bersyukur istrinya selalu merasa cukup dengan hal-hal seperti ini. Namun tetap saja, Adinata juga ingin memberikan sesuatu yang mahal kepada Nayra. Mungkin nanti dia bisa pakai sedikit dari tabungannya untuk membelikan Nayra perhiasan.

"Duduk di situ aja ya, Nay? Mas capek nih keliling," ajaknya. Nayra mengangguk saja, dia sudah fokus menikmati permen kapas di tangannya. Dari tadi dia mengidam ingin makan ini, untungnya sekarang dia mendapatkannya.

Adinata melirik istrinya yang sibuk makan permen kapas. Wajah Nayra yang kelihatan sangat bahagia karena permen kapas benar-benar membuat Adinata bersyukur karena telah dipertemukan dengan wanita seperti ini. Selama ini Adinata tidak pernah berharap mempunyai keluarga, tapi sekarang dia mengubah mimpinya. Semua karena Nayra, Adinata jadi memiliki tujuan yang lebih baik dalam hidupnya.

"Nayra, makasih ya. Selama ini sikap kamu sama mas sangatlah luar biasa. Kamu juga mudah sekali bahagia karena hal sederhana, terkadang mas sendiri yang merasa masih kurang membahagiakan kamu," ungkapnya tiba-tiba. Nayra terkejut mendengar itu, dia tidak tahu kenapa suaminya tiba-tiba saja menjadi sedikit dramatis, tapi tak ayal membuat Nayra terharu. Selama ini pun dia mencoba untuk menjadi istri yang baik. Menjadi seseorang yang selalu bersyukur akan setiap keadaan. Sama seperti Adinata, terkadang Nayra pun masih beranggapan kalau dirinya belum bisa menjadi pasangan yang sempurna.

"Mas, itu sudah tugas Nayra sebagai istri. Nayra juga selalu berterima kasih karena Mas Adi udah ngebelain buat lepas dari pekerjaan lama mas dan mencari pekerjaan baru. Mas Adi udah begitu berjasa di hidup Nayra," balasnya. Keduanya saling melempar senyum, sama-sama tidak menyangka karena pernikahan ini membawa kedamaian dalam hidup mereka. Entah apa jadinya jika waktu itu Adinata tidak datang, mungkin sekarang Nayra sudah teramat sengsara di dalam genggaman Kaffa.

Setelah puas berkeliling, mereka pun akhirnya memutuskan untuk pulang. Memang mengasyikkan bisa kencan seperti ini, tapi Nayra juga tidak boleh lupa kalau dia sedang mengandung. Sebisa mungkin dia tidak boleh terlalu lelah karena itu bisa membahayakan janin di rahimnya.

...

Beberapa bulan kemudian

Selasa siang Nayra pulang dari jadwal perkuliahan yang agak padat di hari itu. Dia duduk di bangku yang berada tepat di bawah pohon rindang, sedikit mengistirahatkan kakinya yang pegal.

Sekarang sudah memasuki awal bulan Mei, artinya hari-hari sibuk untuk ujian akhir semester juga tepat di depan mata. Dia mengusap kandungannya yang hampir memasuki bulan kelima, semakin besar kandungan maka semakin sering pula Nayra merasa letih jika harus berjalan-jalan. Apalagi kelasnya terkadang berada di lantai dua atau tiga, dia sering terlambat masuk kelas karena kelelahan.

Terjebak Bersamamu [TAMAT] REPOSTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang