"Serem banget deh, La! Lo udah baca belum?"
Aku menoleh ke arah Zahra yang kini sedang bergidik ngeri. "Apa?" tanyaku karena memang tidak tau apa yang di bicarakannya.
"Nih!" Jawabnya sembari mengarahkan layar ponselnya di hadapanku.
"Eh, ini serius?" aku merebut ponsel dari tangan Zahra dan menggulirkan layarnya ke bawah. Mencoba mencaritahu lebih banyak tentang apa yang terjadi dengan salah satu tempat wisata yang pernah aku kunjungi saat liburan SMA dulu.
Sebuah danau yang menjadi objek wisata air yang berlokasi di Desa Labuan Kelambu, Kecamatan Biduk-biduk, Kabupaten Berau, Kalimantan Timur.
"Rame banget tuh, nyampe viral!" Jawabnya sembari merebahkan tubuhnya di atas kasur.
"Serem banget ya..." Komentarku setelah selesai membaca salah satu artikel di kanal berita yang tadi di tunjukkan olehnya.
Zahra menoleh ke arahku dan menerima uluran ponsel dari tanganku. "Iya, setuju banget."
"Tapi gue tadi pertama baca beritanya di twitter, La. And guest, gue malah jadi ngakak sendiri gara-gara baca rep orang-orang." Lanjutnya lagi.
Aku menautkan kedua alis. "Kenapa emang?"
Tanpa menjawab pertanyaanku lebih dulu, Zahra justru terlihat mengetikkan sesuatu di hp nya.
"Bentar, La. Gue cari dulu."
"Nih!" Lanjutnya kemudian.
"Thanks!" Ucapku sembari menerima — lagi ponsel darinya.
Bukannya me-reply soal pembahasan buaya di Labuan Cermin, ada saja kelakuan aneh-aneh dari warga twitter yang justru membahas 'buaya' yang diartikan kebanyakan orang bukan sebagai hewan yang ada di dunia nyata. Buaya yang imajiner dan kerapkali meresahkan para orang-orang, khususnya para wanita.
"Asli deh, Ra. Ini kenapa pembahasannya malah gini," aku setuju dengan pendapatnya sebelum ini setelah membaca beberapa rep yang memang sudah berbeda konteks dengan di awal.
"Sini, La." Dia merebut ponsel dari tanganku.
"Gue tadi nemu yang related banget sama apa yang lo alamin!" Lanjutnya yang membuatku heran.
Memang aku berhubungan dengan buaya semacam itu? pikirku sembari menunggu apa yang akan di perbuatnya.
"Apa?"
"Ini."
"Sialan lo, Ra!" Aku melemparinya dengan bantal setelah membaca salah satu komentar yang seolah sedang meledekku. Aku langsung tau apa yang sebenarnya ingin dikatakannya. Zahra pasti sedang meledekku yang di ghosting, karena Bang Aryan yang belakangan ini tidak lagi muncul setelah kejadian lari pagi di lapangan kampus itu.
Benar-benar ya wanita ini! Batinku gemas.
"Hahaha!" Tawanya yang langsung membuatku mendelik ke arahnya.
"Sama banget kan ama yang lo alamin sama Bang Aryan sekarang?" tanyanya yang ku yakin bukan karena rasa ingin tahu, tetapi lebih untuk meledekku yang dari kemaren memang sedikit sensitif.
Aku menghela napas. Memarahinya atas ledakannya juga tidak ada gunanya, sedangkan memikirkan orang yang dimaksudkannya juga tidak ada faedahnya sama sekali.
"Gila lo!" Aku mencoba mengelak dari tuduhannya.
"Ngaku aja kali, Ra!" Responnya sembari menyenggol pelan bahuku.
Jujurly aku benar-benar tidak tahu harus bagaimana sekarang. Setelah mengajakku joging, mentraktir makan, dan mengantarku pulang Bang Aryan memang benar-benar seperti menghilang dari peradaban. Dia tidak lagi menganggu, tidak lagi mengirimiku pesan seperti sebelumnya, dan bahkan juga tidak muncul lagi saat aku sedang ada di kampus.
KAMU SEDANG MEMBACA
Senior
Подростковая литература"I have crush on you, La!" Aku mengernyit heran. "Maksudnya?" Bukannya tidak faham dengan arti kalimat yang barusan di dilontarkannya, melainkan aku menolak untuk percaya jika apa yang dikatakannya barusan berarti sama dengan arti kalimat yang di ut...