-HAPPY READING-
Bruk....
Suara runtuhan gedung itu menggema ke seluruh arah, orang orang yang disekitarnya hanya bisa melihat begitu juga dengan gadis cantik yang terjatuh dijalan.
"Nak kamu nggak papa?." tanya seorang wanita paruh baya pada gadis itu.
"Ayo bangun dulu." wanita itu membantu gadis itu berdiri. Dia adalah Queensha Alin Laluna.
"Bintang...." Alin mulai tersadar dari kejadian itu, dia berusaha berdiri tapi kakinya seakan mati rasa, tak berdaya untuk apa apa.
"Untung kamu nggak kenapa-kenapa, tuhan masih memberikan kamu kesempatan buat lihat dunia lagi, walaupun harus mengorbankan cinta sejati mu nak." wanita paruh baya itu mengelus punggung Alin.
Alin mematung ditempat menyaksikan tubuh Bintang tertimpa reruntuhan itu, air matanya mulai mengalir. "Hiks... hiks.. Bin."
"BINTANG..." Alin berteriak berlari ke arah reruntuhan itu. Polisi yang menyadarinya langsung menghentikan Alin.
"Tenang... dimohon adiknya tenang, kami akan evakuasi korban."
"Bintang... jangan tinggalin aku." Alin diseret polisi itu untuk mundur. Alin terus menangisi Bintang. Bintang adalah cinta sejati Alin, orang yang selalu menguatkan Alin.
Tiba tiba tubuh Alin ambruk, polisi langsung menghubungi ambulan untuk membawa Alin ke rumah sakit.
°°°
Bulu mata lentik itu mengerjap beberapa kali, gadis itu mulai membuka matanya. Dan menggerakan organ tubuhnya yang terasa sakit."Alin." panggil wanita paruh baya yang duduk di sebelah brankar tempat tidur Alin.
"Bintang...." lirih Alin.
"Sayang kamu nggak papa?." tanya Dita pada Alin.
"Bintang mana bu?."
"Bintang di mana?."
"Alin mau ketemu Bintang." Alin ingin bangkit dari brankar dan langsung di cekal Dita.
"Sayang.. yang sabar ya." mata Dita mulai berkaca kaca.
"Bintang... Alin mau ketemu Bintang."
"Bintang nggak kenapa kenapa kan?."
"Bintang... hiks.." Alin mulai menangis.
"Ikhlasin Bintang ya sayang." Dita mengelus punggung Alin.
"Nggak bu! Nggak!!." Alin memberontak ingin turun.
"Ikhlas ya nak Bintang udah pergi duluan, nanti Bintang tunggu kamu kok di surga." Dita terus mencoba menenangkan Alin.
"Semua ini salah Alin bu... hiks..."
"Nggak kok, nggak salah kamu."
Alin terus menangis di pelukan Dita. Dia tidak pernah membayangkan jika kisahnya dan Bintang akan sesingkat ini, tapi dia akan mencoba mengikhlaskan.
°°°
Enam bulan sudah Bintang meninggalkan Alin, kini Alin sudah memulai menjalani hidupnya seperti dahulu, walaupun kenangan Bintang masih melekat pada pikirannya.Saat ini Alin sedang duduk diteras memandangi langit malam yang dihiasi bintang dan bulan. Alin menatap salah satu bintang yang terlihat sangat cerah daripada yang lain. "Bintang? Apa itu kamu.. hiks.. nggak kerasa udah Enam bulan kamu ninggalin aku, katanya kamu mau lulus bareng aku? Tapi kenapa kamu malah pergi duluan Bin?."
"Enam bulan lagi aku lulus Bintang, kamu ingkar janji Bin. Sampai disaat hari kelulusan kamu nggak dateng aku akan nyerah sama takdir." Alin mengusap air mata yang jatuh pada pipinya.
°°°
Hari kelulusan pun tiba, Alin tidak semangat dengan hari ini, dia masih teringat akan cinta sejatinya yaitu Bintang, namun apa daya Bintang telah berpulang kepangkuan sang kuasa sebelum hari kelulusan itu tiba.
Semakin lama Alin semakin bertekat untuk menyelidiki kasus kecelakaan Bintang, karna dia mendapatkan hal yang janggal.
"Alin..." panggil seseorang dari belakang.
"Kenapa?."
"Kenapa lo lemes banget?." tanya orang itu.
"Nggak papa, ayo kesana aja Ra." ajak Alin pada orang itu. Lara Agnesya, adalah teman sekaligus sahabat Alin.
"Lo masih inget Bintang ya?." Lara mencekal tangan Alin yang akan menyeretnya pergi.
"Jujur aku kecewa banget sama Bintang, dia ingkar janji sama aku Ra." ucap Alin sendu.
"Al... lo jangan kaya gitu, lo jangan nyalahin Bintang pergi, semua udah takdir Al, lo jangan ngerasa bersalah." Lara menegang bahu Alin, seperti ingin menyalurkan kekuatan padanya.
"Tapi Bintang pergi karna nolongin aku Ra." mata Alin mulai berkaca kaca.
"Nggak lo jangan ngerasa bersalah Al, lo nggak boleh kaya gitu, Bintang pasti sedih lihat lo sedih."
"Lo harus kuat ya Al!?." Lara mencoba menguatkan Alin.
"Lo jangan patah semangat buat cari tau tentang kecelakaan itu, gue bakal bantu sebisa mungkin." ucapan Lara berhasil membuat Alin mengembangkan sedikit bibirnya.
"Ayok kesana, jangan sedih lagi." Lara menarik tangan Alin menuju lapangan. Alin berusaha menikmati hari kelulusan ini, tanpa kehadiran seorang Bintang.
TBC.
Gimana ceritanya?
Ini baru prolog, jadi maaf kalo sedikit😭Kepo kisah selanjutnya?
Tetap tunggu cerita Jarak dan Luka ya...Komen dulu dong!!
Vote juga jangan lupa☆~see you next part~
Mbak cendol sayang kalian❤
KAMU SEDANG MEMBACA
Jarak Dan Luka
General Fiction-Jarak Dan Luka- Ini tentang Alin seorang gadis cantik yang kehilangan Bintang, cinta sejatinya dalam sebuah tragedi kecelakaan. Dia berusaha mencari tentang kecelakaan itu namun hasilnya nihil, dia putus asa hingga pada suatu ketika dia bertemu lak...