B I N T A N G

32 25 18
                                        

Alin telah sampai di depan rumah, dia bergegas membayar ojek online lalu pergi masuk rumah.

Dia sedikit was was saat sampai dirumah, pasalnya dia takut bertemu dengan ayah tirinya, sebenarnya Alin tinggal bersama Ayah tiri dan Saudara tirinya. Ayah kandung Alin sudah pergi saat Alin berumur 4 tahun, sedangkan ibu Alin pergi saat Alin berumur 12 tahun.

Dan jika kalian bertanya siapa yang di panggil Alin ibu saat itu?. Dia adalah Dita penjaga toko bunga tempat Alin bekerja, Alin sudah bekerja dari umur 15 tahun.

Dita tidak tega melihat Alin yang dipukuli dan terus di siksa ayah tirinya. Jadi dia memutuskan untuk membantu Alin, ayah tiri Alin tidak peduli jika Alin pulang atau tidak, dia hanya mementingkan harta dari Ibu kandung Alin.

Saat ini Dita masih di Bandung, kemarin dia menyuruh Alin untuk pulang sendiri. Alasan Alin ikut dengan Dita ke Bandung adalah untuk menenangkan Alin dari kejadian yang telah menewaskan Bintang.

Ckelek....

Alin masuk kerumah secara perlahan, takut jika ayah tirinya akan memarahinya. Benar saja saat Alin ingin berjalan ke kamar sudah ada seseorang yang berkacak pinggang menghadangnya dengan tatapan garang.

Plak...

Sebuah tamparan mendarat mulus di pipi Alin hingga Alin menengok ke arah kanan. "Bagus banget ya kamu, baru pulang kemarin sekarang langsung keluyuran ya.." bentak orang itu pada Alin.

"Shh.." Alin memegangi pipinya yang terasa panas dan perih. "A-aku pu-pulang sekolah yah." Alin menunduk ketakutan.

"Sekolah? Sekolah pulang jam segini ha? Kamu lihat sekarang jam berapa?."

"Ta-tadi aku nu-nunggu oj-jek." Alin menggigit bibir bawahnya agar tidak mengeluarkan suara isakan.

"Halah banyak alasan kamu, apa wanita yang selalu membantu kamu sudah bosan dengan kelakuan kamu? Yang suka malas malasan seperti ini?." kini rambut Alin di tarik kencang oleh Ayah tirinya, Damar Narendra.

"S-sakit yah." Alin mulai mengeluarkan air mata, tanga Alin menahan tangan Damar yang semakin mengencangkan tarik-kan-nya.

"Jangan keluar sebelum matahari terbit." Damar membenturkan kepala Alin tepat di pintu kamar Alin, hingga kepala Alin mengeluarkan darah.

Alin di seret masuk, di hempas kan ke lantai begitu saja, Damar keluar dan langsung mengunci kamar Alin. Alin hanya bisa menunduk memeluk erat kakinya. "Hiks... sakit." Alin memegangi kepalanya yang mengeluarkan darah.

Dia mulai berjalan ke arah jendela kamar, melihat bintang yang menghiasi langit malam.

"Hiks... Bintang... kamu dimana Bin, aku disiksa sama ayah lagi, Bintang aku kangen hiks..., aku sekarang lemah, aku nggak bisa apa-apa tanpa kamu, kamu yang selalu menguatkan aku Bintang, kamu yang selalu ngelindungin aku, tapi kenapa kamu pergi tinggalin aku, kini hanya kenangan yang bisa aku lihat." air mata Alin semakin deras, hanya tersisa suara tangisan Alin yang menemani malam ini.

"Bintang... aku akan berusaha mencari tau tentang keclakaan yang udah buat kamu pergi, tolong kuatin aku ya." isak tangis Alin mulai reda, dia kembali mengamati langit malam, yang terlihat indah dengan hiasan bintang dan bulan.

Jarak Dan LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang