"Ibu..." pekik Alin berlari memeluk orang itu.
"Ibu... Alin kangen sama ibu." ujar Alin.
"Ibu juga kangen nak." ujar wanita paruh baya dengan memeluk Alin.
"Ayok masuk dulu nak." wanita itu mengajak Alin memasuki toko bunga, pasti sudah bisa menebak jika wanita itu adalah Dita.
Alin dan Dita bergandengan masuk ke dalam toko bunga itu, mereka duduk di kursi yang di sediakan di dalam ruangan yang lumayan cukup besar.
"Kamu ke sini di antar siapa nak?." tanya Dita.
"A-alin diantar teman bu." jawabnya gugup.
"Eh bukanya itu pacar kamu yang namanya Bintang itu ya?."
"Ng-nggak bu." jawab Alin menunduk.
"Bi-bintang udah gak a-ada."
Deg
Dita lupa jika Bintang sudah tidak ada, tapi dia heran kenapa laki-laki itu sangat mirip dengan Bintang?.... ah paling hanya mirip saja, toh banyak orang yang mirip.
"Maafin ibu nak, ibu benar benar lupa." Dita mengangkat dagu Alin agar tidak menunduk.
"Nggak papa bu." Alin mencoba untuk kuat.
"Dia Agraxsa bu, dia temen sekolah Alin awalnya juga Alin mengira dia Bintang, tapi ternyata bukan, waktu Alin mendengar kalo dia bukan Bintang Alin gak terima, tapi mau gimana lagi semua orang bilang di itu Agraxsa jadi dengan ikhlas Alin menerima bu, Alin juga berpikir paling dia mirip dengan Bintang karna kadang manusia memiliki kemiripan walau tidak sedarah." jelas Alin dengan mencoba tersenyum.
Dita yang mendengar itu tersenyum haru, bagaimana bisa gadis itu setegar ini. "Ya tuhan jangan lah engkau berikan ujian berat kepada gadis ini, cukup kau ambil ibu dan kekasihnya, jangan kau berikan ujian lagi, aku tidak tega melihatnya." ucap Dita dalam hati.
"Emm ibu udah makan apa belum?." tanya Alin membuyarkan lamunan Dita.
"Ehh iya belum nak."
"Ya udah Alin cari makanan dulu ya di depan."
"Iya hati hati nak."
Alin berdiri dari duduknya dan melangkah keluar disusul Dita berdiri dan melihat Alin keluar dari toko. "Kau harus belajar menerima Alin, ini semua sudah takdir." gumam Dita menghadap kaca yang memperlihatkan Alin sedang membeli martabak di depan toko.
Ting tong.
Dita buru buru menoleh ketika mendengar suara bel berbunyi. Dita membukakan pintu untuk pelanggan. "Silahkan masuk, ada yang bisa saya bantu?." sapa Dita ramah kepada orang itu.
"Tolong buatkan rangkaian bunga warna ini dan ini." pelanggan itu menunjuk bunga mawar putih dan pink.
"Baik, apakah ada lagi?."
"Tidak, tolong nanti antarkan ke alamat ini." pelanggan itu menyerahkan kertas alamat yang langsung di terima oleh Dita, Dita membaca alamat itu sepertinya dia tau alamat ini tapi dia lupa.
Saat Dita hendak bertanya pelanggan itu langsung berpamitan pergi. "Saya permisi dulu." Dita menatap heran kenapa pelanggan itu berpakaian serba hitam? Dan rangkaian bunga ini? Kenapa bunga yang di tunjuknya adalah bunga kesukaan Dita? Apakah hanya kebetulan saja? Ahh sudah lah daripada memikirkan itu lebih baik Dita melanjutkan pekerjaannya.
Alin memasuki toko dengan menenteng dua kantung plastik hitam menghampiri Dita. "Bu ini makan dulu, pekerjaannya tunda dulu, nanti Alin bantu."
"Iya sayang." Dita menghentikan pekerjaannya lalu dia menghampiri Alin yang duduk manis di kursi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jarak Dan Luka
General Fiction-Jarak Dan Luka- Ini tentang Alin seorang gadis cantik yang kehilangan Bintang, cinta sejatinya dalam sebuah tragedi kecelakaan. Dia berusaha mencari tentang kecelakaan itu namun hasilnya nihil, dia putus asa hingga pada suatu ketika dia bertemu lak...