A W A L P E R M A I N A N

36 25 14
                                    

Gadis cantik berambut sebahu berjalan memasuki sekolah barunya dengan bersenandung kecil, langkah kaki nya terhenti ketika dia melihat seseorang yang berdiri menghadapnya.

"Alin..." teriak orang itu pada Alin. Queensha Alin Laluna singkatnya Alin.

"Lara?." beo Alin, dia tidak mendekat karna dia takut jika salah orang, dia sedang berusaha mengingat ingat terlebih dahulu.

"Lo lupa sama gue Al?." tanya orang itu.

"Lara ya?." Alin memberanikan diri untuk bertanya.

"Ya ampun, udah gue duga lo bakal lupa sama gue." orang itu mendengus kesal.

"Gue itu Maya... Maya Lidia yang paling cantik jelita." orang itu mencubit pipi Alin karna gemas. Dia adalah Maya Lidia teman SMP Alin, Alin, Maya dan Lara adalah circle waktu masih SMP.

"Hehe maaf aku lupa May." Alin tersenyum tipis pada Maya.

"Hem... ya udah gapapa, kesana yok ada Lara lagi nunggu." Maya menggandeng tangan Alin menuju taman yang ada disekolah.

"Hai Alin." sapa Lara.

"Lama gue nggak ketemu lo?." tanya Lara, Alin kini duduk di kursi bersama Maya dan Lara.

"Iya, aku ikut ibu pindah ke badung dulu, terus aku balik ke sini lagi." jawab Alin.

Maya dan Lara beroh ria mendengar jawaban Alin jujur mereka sudah lama sekali tidak bertemu, pasalnya setelah lulus SMP Alin pindah ke Bandung selama enam bulan setelah itu dia pulang lagi, dia ingin melanjutkan penyelidikan kasus kematian Bintang.

"Sayang banget ya Al, kita nggak satu kelas karna gue masuk IPA3 sedangkan lo IPA1." ujar Lara.

"Nggak papa kok, yang penting kita masih bisa barengan." Alin tersenyum pada keduanya.

"Ya udah ayo, gue ada tugas kelompok." Lara dan Maya merangkul pundak Alin.

°°°
Alin berjalan jalan mengelilingi sekolah sendiri karna kedua sahabatnya sedang ada tugas kelompok. Sedangkan bel sekolah belum berbunyi.

Langkah Alin berhenti tepat di depan ruang perpustakaan, dia mendengar dua cowok yang sedang berbincang dengan menyebut nama Bintang. Pikiran Alin melayang, apakah yang mereka bicarakan adalah Bintang yang dulu pernah menjadi kekasihnya.

"Si Bintang udah sadar?." tanya cowok berambut ikal.

"Belum ada perkembangan." jawab cowok dengan jaket biru.

"Semoga cepet sadar tu bocah."

"Aminn."

Perhatian kedua cowok itu teralihkan pada pintu perpustakaan yang tiba tiba terbuka dan terlihat seorang gadis disana. Alin yang niatnya ingin menguping akhirnya ketahuan karna pintunya tidak sengaja terdorong oleh tubuh Alin.

"Lo nguping?." tegur cowok dengan jaket biru.

"E-eng-enggak." jawab Alin dengan gugup.

"Yang sopan!!, jangan nguping membicaraan orang." sahut cowok berambut ikal itu.

"Ma-maaf." Alin masih mendunduk ketakutan.

"Pergi lo." ketus cowok berjaket biru.

Alin pergi meninggalkan mereka berdua, dia bergegas menemui kedua sahabatnya.

Di sisi lain kedua cowok yang di perpustakaan itu menghela nafas lega, karna Alin tidak mendengar semua pembicaraan mereka.

"Nu, apa dia dengar semua pembicaraan kita?." tanya cowok berjaket biru pada temanya DANU ABIMANYA cowok berambut ikal.

Jarak Dan LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang