Lumayan | 09 |

1.2K 71 2
                                    

-selamat membaca-

kaki Alsa menginjak masuk kewilayah sekolah, ya. Ini sudah dua hari setelah ia diskors, dan setelah kejadian itu juga seharian Alsa tak melihat Zeon.

Ada rasa rindu saat tak melihat mata cowok itu.

lalu soal pekerjaanya, sekarang lebih buruk lagi. Alsa hanya bisa bekerja di toko kecil yg berjualan bumbu masak.

Memang hanya disitu yg mau menerima Alsa.

Dengan gajinya yg hanya ia dapat dalam sehari adalah uang selembar dua puluh ribu.

Dari pada tak makan kan?.

Alsa sejenak berhenti saat berfokus pada objek yg tidak jauh didekatnya.

Zeon.

lelaki yg kemarin sudah membuatnya menjadi sangat ingin berhenti mengejarnya sekarang.

Namun apa? Baru saja ia merasa sakit hati tapi kakinya ingin sekali berlari girang kearah cowok itu sambil menebar senyuman.

saat tak lama menatap cowok itu, bola mata kedua sejoli itu berpas-pasan membuat acara bertatapan terjadi.

sekian perdetik juga Alsa langsung membuanh wajah lalu melangkah begitu saja melewati Zeon.

Dengan mata Zeon yg masih setia menatap punggung Alsa sampai tak terlihat.

Kenapa dirinya merasa bahwa ada yg tak biasa dihari ini? Kenapa Alsa tak mengejarnya? Biasanya mau disakiti apapun Alsa, pasti cewek itu akan langsung berlari kehadapanya.

"kenapa lo? Ngerasa kosong yaa??"sindir Fio saat melihat apa yg dilihat sahabatnya itu.

Lalu dengan rasa jengkel Zeon membuang wajah kearah lain sambil berdecak.

"apaan sih malah bagus dia ga ngejar gue"

Fio yg mendapati jawaban itu hanya ber oh ria.

.
.
.

"Oke anak anak ibu akhiri pelajaran hari ini, selamat siang"

"Siang buu" setelah itu guru yg tadi mengajarkan pelajaran kedua keluar dari kelas dan bertepatan dengan bunyinya nyari bel istirahat.

Semua siswa tentu langsung berbondong bondongan kekantin, tidak dengan Alsa yg masih diam dibangkunya sendiri.

Menatap awan yg sudah mendung kembali, sudah ia duga memang masih akan tetap berlanjut musim hujan itu.

kali ini ia hanya mencoba untuk beristirahat dari jenuhnya mengejar Zeon, bukan berhenti.

"lah tumben noh sijalang kaga ngejar Zeon?"bisik teman cewek sekelas Alsa yg baru saja dari kantin bersama kedua sahabatnya.

"udah cape mungkin, mau gimana pun dia emang ga akan dapat emas sedangkan dia cuma arang"lalu tawa terdengar.

Alsa tetap tak memalingkan wajahnya, hanya tetap menatap awan yg semakin mendung dan semakin turun air dari awan itu.

Pendengaranya tak tuli, malah terngiang ngiang perbedaan kasta Zeon dan dirinya.

Tapi, disini Alsa tak pernah menatap kasta atau kekayaan. Dia hanya ingin benar benar dicintai orang yg sudah ia bisa tebak seharusnya tulus.

6 6 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang