Chapter 1

1.1K 65 0
                                    

Mujin (pov)

"Ahh, uhuk uhuk, skkk." Rintih Mujin.

Sial, posisiku sangat tidak menguntungkan. Aku harus segera pergi dari sini, tempat ini terlalu terbuka dan sangat rentan bagi keselamatanku. Tapi ahhh.. fuck.. Aku sudah tidak kuat membawa diriku sendiri, pikirnya.

...

Tap, tap, tap..

Shit! Ada siapa disana- fuck! Darahku masih saja tidak berhenti mengalir keluar.

Apakah itu Taeju? 

Tapi, silhouette itu.. Tidak terlihat seperti silhouette seorang pria. Apakah itu seorang wanita? Tunggu, bukankah itu seorang gadis?

"Apa yang dilakukan seorang gadis berkeliaran di malam hari? Dasar gadis bodoh!" Gumam Choi Mujin pelan.

"Tuan, anda terluka! Tempat tinggalku ada di dekat sini apakah anda bisa berjalan?" Tanya gadis itu.

Aku beralih menatap wajah gadis itu. Gadis yang manis, pikirku.

Mataku pun tertuju pada mata gadis itu. Mata yang sangat indah, hitam lekat seperti langit pada malam hari ini. Tapi kenapa gadis ini menatapku seperti itu? Apakah aku terlihat sangat menyedihkan? Apa yang sedang dia pikirkan? Kenapa gadis ini tidak panik saat melihatku yang dalam kondisi seperti ini. Tunggu! bagaimana jika dia sudah menghubungi polisi setelah melihatku tadi? Batinku.

"Aku tidak akan meminta bantuan ke polisi, kau bisa percaya padaku tuan." Gadis itu menjawab pikiranku.

What a good little girl.. Pikirku. Benar-benar gadis yang sangat pintar.

Tangan kiri gadis itu beralih menggenggam tangan kiri ku, dan mengarahkan agar lenganku dapat melingkar di leher jenjang miliknya. Sementara tangan kanannya yang mungil melingkar dengan pas di pinggangku.

Aku berusaha berdiri dengan sedikit bantuan gadis ini, memudahkannya agar dia bisa membawanya pergi dari sini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku berusaha berdiri dengan sedikit bantuan gadis ini, memudahkannya agar dia bisa membawanya pergi dari sini. Badanku bersandar dengan berat, condong ke arah gadis tersebut. Sungguh detik ini juga, aku tidak peduli gadis ini mau mebawaku kemana. Asalkan aku bisa selalu bersama gadis ini.

Aman.

Itulah perasaanku sekarang ini. Aku merasa sangat aman di pelukannya. Pertama kalinya seseorang benar-benar memberikan seseorang sepertiku pelukan yang tulus dan hangat. 

This girl.. My savior.. 

Taukah kau? Detik ini juga nyawaku adalah milikmu. Fuck.. I think I'm all yours little girl.

Val (pov)

Aku membuka pintu rumahku dengan satu tangan, sementara tanganku yang lain masih dengan setia memegangi pinggang pria itu. Untung saja aku memiliki badan yang bisa dibilang cukup atletis, kurasa memilih boxing sebagai hobby tidak terbuang dengan sia-sia.

Setelah berhasil membuka pintu, aku segera membawa pria itu ke sofa yang berada di ruang tamu tempat tinggalku. Berat sekali tubuhnya, kurasa pria ini akan segera kehilangan kesadaran, sial semoga saja pria ini tidak mati di tanganku. Pikirku sambil membaringkan tubuh pria itu.

Dengan tangan yang pasti, aku membuka kemeja miliknya agar bisa menginspeksi luka-luka yang menghiasi tubuh pria itu.

Satu tusukan di bagian perut. Tidak terlalu dalam. Tapi sepertinya pisau yang menusuknya sedikit bergerigi, sehingga darah yang dikeluarkan sangatlah banyak.

Aku mengambil alkohol untuk membersihkan lukanya, dan mulai menjahit luka pria itu dengan teliti agar tidak terlalu membekas saat sembuh nanti. Setelah selesai menjahit luka pria itu aku mulai membalut perutnya dengan perban agar jahitan yang ku berikan tidak mudah lepas.

Sebenarnya.. ini pertama kalinya aku menjahit luka seseorang, aku hanya pernah melihatnya dari crime show yang tayang di televisi. But hey! Pria ini tidak perlu tau itu. Aku juga pintar so.. yeah basically pria ini tidak punya pilihan lain- 

"Oh.. Tuan ini sudah tidak sadarkan diri." Gumamku pelan sambil meringis bersalah.

Aku lupa memberikannya obat penghilang rasa sakit.

"Hft.. Maafkan aku, semoga tidurmu nyenyak dan akan merasa baikan saat bangun nanti.. Itu pun kalau tuan masih berada disini saat aku bangun." Ucapku sambil mengobati luka kecil di sekujur tubuh dan wajahnya, sambil meletakkan kompres di bagian tubuh pria itu yang mulai bermunculan memar disekitarnya.

Aku menuju kamarku untuk mengambil oversize t-shirt ku, dan berjalan kembali ke ruang tamu untuk memakaikannya pada pria yang saat ini berbaring di sofa miliknya, setelah menyeka dengan lembut dan bersih tubuh pria itu.

"Tattoo yang indah." Gumamku saat melihat tattoo bergambar ular yang menghiasi dada bidang pria itu.

" Gumamku saat melihat tattoo bergambar ular yang menghiasi dada bidang pria itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ini pertama kalinya ada seseorang yang menginap di rumahku. Walaupun aku memiliki teman yang lumayan banyak, tidak ada satu-pun dari mereka yang benar-benar mengenalku dengan baik. Terlalu banyak dinding yang aku bangun agar tidak bergantung kepada siapapun selain diriku sendiri, sehingga teman-teman disekitarku sudah memaklumi dan hanya bergaul untuk bersenang-senang saja. 

"Sofa yang luas untukku itu, terlihat sangat mungil jika tuan berbaring disitu." Ucapku dengan senyum kecil.

Setelah membersihkan diri, perlahan aku melangkahkan kaki menuju kamarku agar tidak mengganggu istirahat pria itu. Detik kepalaku bertemu dengan bantal, aku pun tertidur dengan lelap. Untuk pertama kalinya aku tidur tanpa mimpi buruk, atau perasaan kesal karena harus menjalani hari esok. Untuk pertama kalinya aku tidur tanpa ada alkohol dalam tubuhku. Dan untuk pertama kalinya aku tertidur, sambil berharap kepada Tuhan yang ada di atas sana agar senantiasa menjaga pria itu di sepanjang jalannya yang berbahaya itu.

He's Mine (Choi Mujin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang