Bab 1: Our Prince

241 63 2
                                    

"Sudah kubilang aku menolak keras perjodohan itu!" Teriak sang Pangeran dengan suara lantangnya.

"Tuan, tolong jangan bercanda. Raja akan sangat marah jika dia tahu Anda menolak perjodohan ini," ucap salah satu penasihat Istana.

Sang Pangeran berdecih, "kau pikir aku peduli? Beliau memang selalu marah dengan segala hal yang aku lakukan, dia bahkan tak pernah sekali pun menganggap ku sebagai anak. Jadi kenapa aku harus menuruti perintahnya? Memangnya selama ini dia sudah memenuhi kewajibannya sebagai seorang Ayah?"

"Beliau menyayangi Anda, Pangeran. Hanya saja, dia tidak tahu bagaimana cara menyampaikan-

"Omong kosong! Kalau benar dia menyayangi ku kenapa dia malah menjodohkan ku? Seharusnya dia membiarkan ku mencari pasangan hidup ku sendiri!"

Brak!

Pintu kamar sang Pangeran terbuka keras, menampilkan sosok Raja dengan wajah tegas nan angkuhnya. "Kau pikir aku akan membiarkan mu menikah dengan seseorang yang mungkin saja adalah rakyat jelata atau mungkin kriminal? Seorang anggota kerajaan harus menikahi seorang bangsawan lainnya untuk menjaga keturunan asli kita."

Sang Pangeran tertawa sarkas, "menjaga keturunan asli kata mu? Lalu bagaimana dengan pelayan selingkuhan mu itu sialan?!!" Teriaknya tepat di depan wajah sang Raja.

"Tahu apa kau tentang masalah itu? Itu bukan urusan mu, berhenti mencampuri urusan hidup ku, yang aku mau sekarang adalah kau bersiap untuk menyambut anggota kerajaan Fallon."

"Aku tidak mau! Kau bilang tadi pada ku untuk berhenti mencampuri urusan mu, kan? Kalau begitu sama saja! Berhenti mencampuri urusan ku Tua Bangka!" Balas Sang Pangeran lalu mendorong Sang Raja dan Penasihat Kerajaan keluar dari kamarnya.

"JUSTIN LEONARD ROOSEVELT!"

***

"Sial, bukankah lebih baik aku kabur dari dulu? Ini hanya akan membuat semuanya rumit jika aku tetap di Istana." Ucap Justin saat melihat rombongan dari kerajaan Fallon sudah sampai di Istana. "Aku tahu aku banyak melakukan kesalahan di hidup ku, tapi tolong izinkan aku kabur dari Istana ini." Lanjutnya sambil menggenggam kedua tangannya.

Sang Pangeran menarik nafas panjang, "baiklah Justin, kau bisa melakukannya!" Serunya pelan lalu mengambil tas berisi senjata, uang koin dan beberapa pakaian.

Justin kabur lewat jendela kamarnya yang sejujurnya sangat jauh letaknya dari gerbang utama Istana. Tapi dia bisa keluar melewati terowongan rahasia yang berada di belakang taman Istana. Saat dia sudah sampai di taman Istana, hampir saja dia ketahuan oleh beberapa prajurit yang sedang berpatroli.

Sial, hampir saja.

Sang Pangeran pun langsung masuk ke terowongan gelap tersebut, jauh lebih gelap dari yang ia bayangkan. Beruntung dia membawa lentera yang setidaknya bisa menerangi jalannya agar tidak salah berpijak nantinya.

Di dalam hati sudah berkomat-kamit takut dan meminta pengampunan pada ibunya yang pasti khawatir saat tahu dia kabur dari Istana. Ini bukan pertama kalinya Justin kabur dari Istana. Pertama saat dia masih berumur 17 tahun, namun kembali tertangkap karena seorang penjual susu melapor pada prajurit Istana.

Kedua, saat dia berumur 20 tahun, namun kembali tertangkap karena ibunya yang melihatnya keluar lewat gerbang rahasia yang ada di dekat ruang dapur kerajaan.

Ketiga, sekarang, di usianya yang hampir menginjak 24 tahun pun dia kembali kabur lagi. Semoga saja tak tertangkap kembali seperti dahulu. Justin berharap dia menemukan sebuah nasib atau mungkin sebuah takdir baru di perjalanannya ini.

Saat dia sudah keluar dari terowongan yang ternyata membawanya ke sebuah hutan belantara, Justin dibingungkan oleh tiga jalan setapak di depannya. Dia ragu ingin memilih jalan yang mana, bisa saja jika dia salah memilih jalan, akan bertemu dengan hewan buas yang siap menerkamnya kapan saja.

The AntagonistTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang