Bab 3: Ramalan

108 54 5
                                    

—Menangkap ikan itu mudah, sama seperti menangkap hati Anda—

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

—Menangkap ikan itu mudah, sama seperti menangkap hati Anda—



***




"Anda tidak apa-apa tidur disana, Tuan?" Tanya Isabela.

"Tentu saja, memangnya aku ingin tidur dimana lagi?"

"Anda bisa menggunakan kamar di samping saya, Tuan." Jawab Isabela.

"Yang disamping kandang ayam itu?" Isabela mengangguk. Justin berdecak, "tidak mau! Bisa saja tengah malam nanti, ayam-ayam itu akan bersuara keras dan mengganggu tidur ku. Lebih baik aku tidur disini saja." 

Isabela menghela nafas. "Ya sudah, tapi jika ada apa-apa silahkan langsung ketuk pintu kamar saya saja."

Justin mengangguk. Setelah Isabela masuk ke dalam kamar, Justin menghela nafasnya berat. "Benar-benar sangat terbalik jauh dengan kehidupan ku di Istana. Disini bahkan tidak ada satu kasur empuk pun." 

Justin mendumel soal bagaimana susah dan kesalnya dia dengan kehidupannya sekarang ini. Dulu jika ia minta sesuatu akan langsung dikabulkan, ingin makan langsung disajikan, ingin mandi juga langsung disiapkan airnya.

Tapi disini berbeda, jika ia ingin makan, maka ia harus mencari buruan hewan atau memancing ikan misalnya. Jika ingin mandi, harus menimba air dari sumur terlebih dahulu, itu pun memakan waktu hampir satu jam.

"Aku rindu kehidupan ku yang serba ada, tapi aku tak ingin kembali ke Istana."

Justin pun terbangun duduk dan menatap ke arah jendela yang langsung menghadap ke arah langit. "Setidaknya aku punya teman disini. Isabela membantu ku, jika dia tidak ada, mungkin aku sudah mati dari kemarin karena buta alam."

Sang Pangeran pun terdiam sebentar. "Tapi aku penasaran, sudah berapa lama dia tinggal disini."

.

Sementara Isabela, di kamarnya yang sedari tadi sibuk menguping segala omongan Justin tentangnya pun tersenyum. Dia membuka sebuah buku lusuh yang mana di dalamnya terdapat lukisan seorang bocah kecil.

"Kau tumbuh dengan baik, Justin. Tapi sayangnya aku masih tidak tahu takdir mana yang akan menghampiri diri mu nantinya. Dan aku menyesal akan hal itu."

***

"Apa kau ada sesuatu yang bisa dimakan, Nona?" Tanya Justin.

"Satu-satunya hal yang bisa Anda makan adalah buah yang ada di meja makan itu, Tuan."

Justin menghela nafas, "aku sudah menghabiskan 3 mangga dan 2 apel tadi pagi. Dan aku harus makan buah lagi untuk makan siang?"

Isabela tertawa kecil. "Kalau begitu makan lah sedikit buah pir itu, Tuan. Setelah itu kita pergi keluar mencari makanan."

Justin langsung terbangun dari duduknya. "Baiklah! Kalau begitu kita berangkat sekarang saja, aku sudah lapar." Sang Pangeran langsung mencomot buah pir di meja dan menarik Isabela yang baru saja ingin mengambil keranjang.

The AntagonistTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang