"Ada apa?" Tanya Justin.
"Tidak apa-apa, aku hanya ingin menjenguk kesini saja. Apa itu salah?"
"Ya, salah. Karena kau langsung asal masuk tanpa meminta izin, kau pikir ini sedang di kerajaan mu sendiri?" Sinis Justin pada Victoria. Wanita itu langsung cemberut, "dulu aku sering masuk ke kamar mu tanpa izin, kau biasa saja, kenapa sekarang malah marah?"
"Itu karena dulu kita masih kecil, Victoria. Sekarang sudah berbeda jauh, tanpa aku beritahu kau pasti sudah tahu apa alasannya."
Victoria terdiam, memikirkan tentang alasan yang Justin maksud. "Apa benar kau telah menemukan wanita lain selain aku, Justin?" Tanya Victoria pelan.
"Ya, itu benar. Kenapa?" Balas Justin dingin.
"Apa usaha ku selama ini sia-sia untuk membuat mu jatuh cinta pada ku?" Tanya Victoria kembali. "Semua hal yang selama ini coba kau perjuangkan itu sia-sia, Tori. Kau tidak akan pernah mendapatkannya, termasuk mendapatkan hati ku." Jawab Justin.
Victoria tersenyum kecut sambil meremat gaun merah mudanya, "tapi aku tidak ingin menyerah, Justin. Akan ku buktikan jika semua yang ku perjuangkan, akan ku dapatkan saat itu juga. Terlebih lagi, tak ada gunanya kau mencintai wanita lain, karena pada akhirnya kau akan jadi milikku."
***
Isabela dibawa ke sebuah ruangan kecil gelap dengan penerangan temaram, dia heran kenapa Panglima Cleovanno ingin menemuinya. Apa jangan-jangan Panglima itu ingin Isabela mengakui dirinya sebagai penculik dan di hukum mati setelahnya agar masalah ini selesai.
Isabela menggelengkan kepalanya cepat, "tidak, tidak. Dia pasti ingin aku melakukan hal itu, dan tentunya aku hanya harus menjawab tidak."
Wanita itu menghela nafas pasrah, jujur dia benar-benar menyesali segala hal yang telah terjadi di hidupnya. Tak lama kemudian, terdengar suara langkah kaki seseorang. Isabela mendongakkan kepalanya untuk melihat siapa orang yang duduk dihadapannya.
"Kita bertemu lagi," ucap Isabela pelan dengan tatapan yang menajam.
Orang itu yang tak lain adalah Panglima Cleovanno tersenyum miring, "aku senang karena kita bisa bertemu lagi, walau dalam keadaan kau sebagai seorang kriminal."
"Aku bukan kriminal, dan seharusnya kau tahu itu. Kau yang membawa ku kesini, kan?" Geram Isabela. Sang Panglima tertawa kecil, "apa kau akhirnya memakai sihir mu lagi setelah sekian lama, Isa? Kau bahkan tahu jika aku yang membawa mu kesini."
Isabela mengepalkan tangannya kuat, "kau ini, sudah kelewatan karena telah membunuh Helena, dan sekarang menuduh ku menculik Si Justin. Sebenarnya kau ada masalah pribadi apa dengan ku? Apa jangan-jangan kau ini dendam pada ku?"
"Tentu tidak, aku tidak mungkin dendam pada gadis lugu seperti Nona Isabela Margaretta Reneeth. Perlu kau tahu jika aku membutuhkan seseorang untuk dikambing hitamkan agar masalah ini cepat selesai. Dan itu adalah kau, Isa."
"Dasar pria brengsek! Karena kau, Helena mati dan hutan itu sekarang harus kehilangan aura magisnya."
"Kau tahu, Isa? Aku tidak pernah peduli dengan peramal tua dan hutan magis itu, karena tujuan ku adalah membawa Pangeran Justin kembali dan mencari Nona manis ku."
Kening Isabela mengerut, "bagaimana bisa kau tahu jika Pangeran Justin ada di hutan itu?" Tanya wanita itu.
"Dia menghilang, dan itu bisa saja karena dia sudah mati. Tapi aku tak pernah menemukan mayatnya di seluruh penjuru hutan, dan saat itu lah aku sadar jika dia masuk ke hutan magis itu." Jawab Cleovanno.
"Dan itu sebabnya, aku ingin kau mengaku sebagai penculik Pangeran Justin, karena aku tak mungkin mengatakan soal hutan magis itu pada Yang Mulia Raja, bukan?" Lanjut Sang Panglima.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Antagonist
FanfictionPertemuan keduanya yang sudah direncanakan entah oleh siapa, mengundang banyaknya kematian orang-orang. *** Jika saja Justin tidak kabur dari kerajaan, mungkin saja dia tak akan bertemu dengan gadis misterius seperti Isabela yang nyatanya malah memb...