Bab 7: Roosevelt

99 46 8
                                    


Isabela membuka matanya perlahan, sebuah cahaya remang-remang mulai memasuki retina matanya. Wanita itu melihat ke sekelilingnya, dia berada di sebuah ruangan gelap dengan penerangan yang cukup minim.

Dimana ini sebenarnya?

Wanita itu baru saja ingin berdiri namun dibuat terkejut melihat belenggu di kaki dan tangannya. Dia tertangkap? Sungguh?

"Kau sudah bangun rupanya," ucap seorang prajurit, kemudian masuk ke dalam ruangan tersebut dan melepas belenggu di kaki Isabela. "Yang Mulia Raja ingin bertemu dengan Anda," lanjut prajurit itu lalu menarik Isabela keluar.

Bersamaan dengan itu, beberapa prajurit juga mengikuti dari belakang. Mati lah hidup Isabela sekarang, Ya Tuhan.

***

"Kau ini lebih baik cepat bangun, sialan. Aku lelah menunggu mu terus." Ucap seorang pria yang tengah duduk disamping kasur Justin.

Sang Pangeran dengan cepat membuka matanya. "Aku sudah bangun daritadi, bodoh!"

"Kalau begitu kenapa tidak beritahu aku, sialan?! Aku pikir kau belum bangun!"

"Aku malas, terlebih lagi tadi ada Xyon, dia pasti akan sangat heboh."

"Ya itu tadi, dan sekarang dia sudah pergi. Omong-omong apa kau merasakan sesuatu? Sakit misalnya, kalau iya akan ku panggilkan tabib."

"Tidak, aku baik-baik saja, walau agak sedikit nyeri dibagian kaki." Justin menjeda kalimatnya dan menghela nafas kasar. "Bagaimana bisa aku kembali lagi kesini?"

"Menurut mu saja, Justin. Kau ini kalau sudah tahu akan ditemukan, kenapa masih nekat ingin kabur? Sangat tidak belajar dengan pengalaman." Ucap orang itu.

"Aku pikir kali ini akan berbeda karena ada Is—OH SIALAN! ISABELA!"

Kening orang itu mengerut. "Siapa itu Isabela? Apa dia yang membantu mu kabur dari Istana?"

"Tidak, tentu saja tidak! Dia wanita yang sempat ku temui di hutan magis, Ethan!" Seru Justin. Ethan semakin bingung dengan apa yang diucapkan oleh saudaranya. Isabela? Hutan magis? Sebenarnya Justin ini kabur kemana?

"Apa yang kau maksud itu wanita yang telah menculik mu?" Celetuk seseorang dari pintu kamar Justin.

"Menculik ku?" Beo Justin bingung. Sejak kapan Isabela menculiknya?!

Si empu mengangguk, "ku dengar dia akan di bawa ke aula terbuka kerajaan nanti. Dan aku akan ikut kesana."

"Bagaimana bisa Isabela dituduh menculik ku?!" Tanya Justin dengan suara yang lantang.

"Aku tidak tahu, tapi Panglima Cleovanno bilang jika dia yang membantu mu kabur dari Istana."

Tangan Justin terkepal kuat, wajah Sang Pangeran sudah sangat kelihatan menahan amarah. "Si Panglima sialan itu! Aku ingin bertemu dengannya!"

"Whoa, whoa, whoa! Tenang dulu, Justin! Kau tidak diperbolehkan beranjak dari kasur sampai kaki mu benar-benar sembuh!" Seru Ethan panik.

"Aku harus bertemu dengannya! Jika tidak, Isabela mungkin akan dijatuhi hukuman karena tuduhan penculikan konyol itu!"

"Hey! Tenang lah! Dia hanya seorang wanita biasa saja yang terkena tuduhan, Justin. Kenapa kau jadi sangat marah seperti ini? Lagipula pasti hukumannya tak akan berat." Ucap Ethan berusaha menenangkan Justin.

The AntagonistTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang