Bab 5: Friend

94 45 7
                                    

"Apa yang anda rasakan setelah hampir dua minggu tinggal di hutan ini, Tuan?" Tanya Isabela.

"Kesusahan," jawab Justin asal ceplos.

Dugh!

"Auw! Apa kau baru saja melempari kepalaku dengan apel?" Tanya Justin dengan raut wajahnya yang sangat kentara kesal.

"Menurut anda?" Isabela menghela nafas, "saya tahu anda banyak mengalami kesusahan tapi setidaknya anda bisa lebih bebas dan banyak belajar, bukan?"

"Ya begitu lah, aku bahkan belajar menimba air dari sumur dan menangkap ikan dari sung—

"Itu kemampuan dasar, Tuanku. Belajar yang saya maksud adalah belajar tentang alam." Potong Isabela.

Justin berdecak malas, "sama saja, Nona. Tapi aku suka tinggal disini, setidaknya aku tidak harus melakukan semuanya."

"Itu karena ada saya, Tuan. Bukankah seharusnya anda berterimakasih pada saya karena sudah mau memasak, mencuci baju, membersihkan rumah untuk anda. Saya merasa seperti seorang pembantu, padahal ini adalah rumah saya sendiri." Gerutu Isabela.

"Tapi aku juga membantumu menimba air dan membawakan barang-barang yang berat. Lagipula aku ini kan Pangeran, memang sudah seharusnya kau melayaniku," ucap Justin sombong.

Isabela mengaduk adonan makanannya kasar, memasang wajah muak karena ucapan Justin. "Ini yang terjadi jika kau menyalahgunakan jabatan untuk memperbudak seseorang," monolognya.

"Lagipula, Nona, selama ini kan kau selalu bilang jika pekerjaan berat itu pekerjaan laki-laki. Maka sama saja dengan pekerjaan rumah itu adalah pekerjaan perempuan."

"Cih, apa yang anda tahu tentang diskriminasi gender sebenarnya, Tuan? Saya selama ini selalu meminta anda untuk membawa barang berat karena saya tidak cukup kuat untuk membawanya." Ujar Isabela.

"Kalau begitu kau sudah mengakui bukan jika aku ini kuat?" Ucap Justin bangga sambil tersenyum miring. Senyum yang menyebalkan bagi Isabela.

"Ya ya, terserah anda saja. Lebih baik anda pergi tangkap ayam di halaman belakang sebelum saya usir dari rumah ini." Balas Isabela.

Justin menoleh ke arah halaman belakang. "Kau serius? Kenapa harus aku?"

"Itu karena anda laki-laki, dan karena sekarang saya sudah mengakui jika anda kuat, jadi tolong tangkap ayam itu setidaknya dua ekor." Jawab Isabela.

"Lalu bagaimana dengan kau? Apa yang akan kau lakukan?"

"Saya? Saya akan menyiapkan bumbu untuk ayam-ayam itu selagi anda menangkap mereka, supaya tidak memakan waktu lama untuk memasaknya. Lagipula tidakkah anda ingin makan sesuatu yang enak di siang yang panas ini, Tuan?"

Justin menghela nafas, demi makan siang, dia harus sabar dan tegar. "Baiklah, lihat saja, aku akan menangkap lebih dari dua ekor ayam."

Setelahnya, Sang Pangeran pergi ke halaman berangkat. Ah, entah lah apa kita masih bisa memanggilnya Pangeran atau tidak tapi sejak sampai di hutan dan rumah ini, Justin merasa statusnya sebagai Pangeran sudah tak ada gunanya.

Justin hanya bisa menatap pasrah ke kandang ayam, tampak salah satu dari mereka seperti mengejek kedatangan Justin. Entah lah, mungkin ini hanya perasaan Justin saja.

"Kau bisa, Justin, ingat kata kakakmu, seorang Pangeran harus terampil dan hebat dalam segala hal. Termasuk menangkap ayam tentunya."

***

Isabela yang tengah memasak bumbu untuk ayam nantinya menatap langit yang tampak sangat cerah dan panas sekarang. Sudah hampir satu setengah jam Justin berada di halaman belakang, tapi belum juga kembali.

The AntagonistTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang