Bab 8: Our Story

99 43 5
                                    

"Kau salah berharap pada seorang Pangeran yang kabur dari kerajaannya karena akan dijodohkan. Seharusnya kau tahu jika dia pasti akan kembali," ucap Liana.

Isabela hanya diam sambil memainkan jarinya diatas lantai penjara, lalu berkata, "tapi aku sudah terlanjur menyukainya."

"Setidaknya baru menyukai bukan, belum mencintai?"

Isabela terdiam, raut wajah terlihat kecewa. Liana yang tahu arti dari raut wajah kecewa Isabela itu pun menepuk dahinya pelan. "Kau seperti remaja yang baru mengenal soal cinta, atau mungkin kau memang orang yang mudah jatuh cinta pada orang lain."

"Dia pria yang baik, salah kah jika aku mencintainya?"

"Tidak, tapi untuk sekarang cinta mu tak ada gunanya, Isabela. Bahkan karena Pangeran Justin kau jadi berada di dalam penjara bawah tanah yang kotor ini." Ucap Liana.

Isabela menghela nafas gusar, semua yang diucapkan Liana itu benar. Tak ada gunanya lagi sekarang. "Kau benar Helena, seharusnya aku mendengarkan kata mu waktu itu, seharusnya aku tak menolongnya."

***

"Kau ini, Victoria itu calon tunangan mu. Jangan bersikap dingin seperti itu padanya, Justin." Ucap Ethan.

"Lalu apa peduli ku? Kau tahu bukan jika aku tidak mencintainya bahkan menyukainya sama sekali? Kenapa tidak kau saja?" Cerocos Justin. Ethan menghela nafas dan berniat ingin membalas namun suara Arion menghentikannya.

"Kau tidak tahu ya jika Ethan bukan penerus tahta selanjutnya?" Celetuk Arion.

Justin melotot lalu menatap ke arah saudaranya itu, "kau serius?! Bukankah kau itu anak sulung?!"

"Apa gunanya anak sulung jika dia itu anak dari Sang Raja dan rakyat jelata?" Ujar Arion. Xyon yang juga ada disana menyenggol lengan kakaknya dan menatapnya tajam. "Jangan berbicara seperti itu." Bisik Xyon.

Ethan menghela nafas, "Arion benar, Justin. Kau adalah anak satu-satunya dari Yang Mulia Ratu di kerajaan ini, bukan aku." 

Justin terdiam, kalau bukan Ethan, itu berarti dia lah penerus tahta selanjutnya. Dia jadi teringat oleh perkataan Helena waktu itu, peramal tua itu benar.

"Tapi tidak apa, lagipula aku percaya kau bisa jadi penerus tahta yang baik, benar bukan?" Ucap Ethan sambil menepuk bahu Justin.

"Benar jika dia tidak menimbulkan masalah lainnya selain ini," ucap Arion.

"Arion! Lebih baik kau diam saja! Provokator sekali kau ini!" Pekik Xyon kesal pada kakaknya.

"Apa? Aku hanya mengatakan sebuah fakta, Xyon. Sepupu mu itu terlalu kekanak-kanakkan, dia seharusnya sadar diri kalau dia itu penerus tahta kerajaan dan mulai merubah kebiasaan buruknya." Ujar Arion.

Xyon baru saja ingin membalas namun melihat gelengan dari Justin membuatnya mencebik kesal. "Ku pikir kau benar, Arion. Seharusnya aku mengubah kebiasaan buruk ku dari sekarang." Ucap Justin.

***

"Aku tidak akan mengatakan jika pemerintahan kerajaan ini sangat kejam, karena bagaimana pun juga, Raja Roosevelt sepertinya hanya ingin keadaan di istana terkontrol dengan stabil." Ucap Liana.

"Kau tahu banyak tentang kerajaan ini," balas Isabela kagum.

"Tentu saja, dulu aku adalah seorang pelayan di istana ini, jadi aku selalu mempunyai seputar info-info menarik dan gelap tentunya," 

"Kau seorang pelayan? Lalu bagaimana bisa kau berada disini?" Tanya Isabela.

Liana menghela nafas, "Itu sudah lama sekali. Sekitar 4 tahun yang lalu, aku dituduh ingin meracuni Raja Roosevelt dan berakhir aku terkena hukuman. Awalnya hukumannya adalah hukuman mati, tapi Ratu Roosevelt meminta keringanan untuk hukuman ku."

Isabela mengerutkan keningnya, "kenapa Yang Mulia Ratu melakukan itu?"

"Entah lah, mungkin karena dia percaya jika aku ini pelayan yang baik? Lagipula masalah tuduhan itu belum sepenuhnya terselesaikan tapi Panglima Cleovanno mendesak jika aku lah yang meracuni Yang Mulia Raja."

 "Bagaimana bisa dia melakukan itu?! Panglima yang jahat.." Ujar Isabela.

Liana tertawa, "ya, jahat untuk ku dan kau. Tapi tidak bagi para penghuni istana ini, bagi mereka, Panglima Cleovanno adalah yang terbaik setelah para pangeran. Dia sangat disegani, tapi percaya lah pada ku, jangan pernah berurusan dengannya, dia orang yang cukup egois."

"Mendengar cerita mu saja aku sudah malas dengannya, dia pasti orang yang kejam juga." Ucap Isabela.

"Kenyataannya begitu, bahkan kabarnya tak ada satu pun wanita yang berani mendekatinya, orang-orang bilang dia punya aura iblis." Ucap Liana. Isabela ber'oh'ria, "kalau begitu dia pasti sangat jahat, tak heran jika orang-orang segan padanya."

"Tidak semua, ada satu orang yang tak mempunya rasa hormat sama sekali padany. Pangeran Justin, hanya dia yang berani menantang Panglima Cleovanno."

"Si tukang buat onar itu?" Tanya Isabela dengan raut wajah tak percayanya.

Liana mengangguk. "Dia lah satu-satunya orang yang tidak menyukai Panglima Cleovanno, sepertinya memang keduanya ditakdirkan untuk menjadi rival. Setiap bertemu, pasti ada saja pertengkaran yang dibuat."

"Bukankah Pangeran Justin memang selalu membuat pertengkaran dengan orang-orang yang disekitarnya? Bahkan saat kami berdua tinggal di hutan dulu, dia selalu membuat ku kesal dan beradu mulut dengannya." Ujar Isabela.

"Apa kau sudah sedekat itu dengan Pangeran Justin?" Tanya Liana penasaran.

"Ya, lumayan. Tiga minggu cukup untuk membuat kami berdua nyaman dengan satu sama lain, kita melakukan semuanya bersama dan itu terlihat jadi mudah. Tapi tetap saja aku selalu dibuat kesal karena rasa penasarannya yang kelewat tinggi. Dia selalu hampir celaka karena itu." Jelas Isabela.

"Kau benar, dia memang mempunyai rasa penasaran yang tinggi. Dan itu berhasil membuat sepupu dan saudara tirinya menyebutnya tukang onar karena selalu membuat masalah karena rasa penasarannya itu." 

"Tunggu, dia punya saudara tiri?" Liana mengangguk, "dia punya satu saudara tiri. Pangeran Ethan, kakak tertua, dia lahir dari ibu yang berasal dari rakyat biasa. Lalu Pangeran Arion dan Pangeran Xyon adalah sepupunya dari kerajaan Malvern."

"Jadi, Pangeran Justin adalah anak satu-satunya Yang Mulia Ratu?" 

Liana mengangguk membenarkan, "satu-satunya, dan dia lah yang akan menjadi penerus tahta kerajaan Roosevelt. Itu sebabnya dia dijodohkan oleh Putri Victoria dari kerajaan Fallon." 

"Kenapa seperti itu?"

"Karena peraturannya, seorang Raja di kerajaan Roosevelt harus mempunyai darah bangsawan murni dan harus menikahi sesama bangsawan. Jika tidak, maka kau tak akan berhenti bisa menjadi Raja, dan tahta itu diberikan kepada Pangeran yang lainnya." Jelas Liana.

"Lalu bagaimana dengan Pangeran Ethan? Dia hasil dari ibunya dan Raja Roosevelt bukan kata mu? Lalu kenapa Raja Roosevelt bisa naik tahta?"

"Itu karena Raja Roosevelt tidak sampai menikahi ibu Pangeran Ethan. Lagipula, kehadiran Pangeran Ethan adalah sebuah kesalahan yang dibuat oleh Yang Mulia Raja, sehari sebelum dia menikahi Ratu Roosevelt."

"Jadi dia anak haram?" Tanya Isabela dengan wajah tak enaknya.

Liana sedikit meringis, "ya, tidak sekasar itu juga menyebutnya. Kehadirannya tetap menjadi sukacita bagi kerajaan ini, dia pangeran yang baik hati dan tampan, bahkan Ratu Roosevelt sendiri menyayanginya. Tapi entah bagaimana ceritanya jika kelakuannya seperti Pangeran Justin, mungkin dia sudah dibuang dari kerajaan sejak lama."

"Kesimpulannya dia hanya sedikit beruntung, begitu?"

"Ya, bisa dibilang begitu."

"Apa kalian sudah selesai menggosip?" Celetuk seorang prajurit membuat Liana dan Isabela terkejut.

"Kami tidak menggosip, hanya bercerita saja." Ucap Liana santai.

Prajurit itu berdecih, "sama saja." Kemudian, dia membukakan pintu penjara itu dan berkata, "Panglima Cleovanno ingin bertemu."

"K-kau berbicara pada siapa?" Tanya Isabela pelan, dia takut karena melihat wajah datar milik prajurit.

"Tentu saja kau, bodoh. Cepat keluar!"

***

The AntagonistTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang