Bab 10: Another Story

104 35 5
                                    


Isabela hanya diam saja selepas kembali dari interogasi dengan Panglima Cleovanno. Suasana hatinya menjadi buruk, bahkan makan malamnya pun tidak ia makan sejak tadi.

"Jika kau tidak mau makan makananmu, berikan saja padaku—

"Dasar pria brengsek, lihat saja suatu hari nanti, akanku bunuh kau ditanganku sendiri." Gumaman Isabela membuat Liana terpaku, siapa yang ingin bunuh?

"Kau menggumamkan siapa?" Tanya Liana penasaran. Isabela berdecak, "tentu saja Leo!"

"Leo? Panglima Cleovanno?" Beo Liana.

"Wah, aku bahkan baru sadar jika dia mengganti namanya menjadi lebih bagus." Balas Isabela dengan wajah tak percayanya.

"Kau mengenal Panglima Cleovanno?"

"Tentu saja! Kami itu teman, dulunya. Sudah hampir 18 tahun aku tidak bertemu dengannya, dan bisa-bisanya dia dengan mudah berganti identitas dan mendapatkan kehidupan yang lebih baik dariku."

Liana mengerutkan keningnya tidak mengerti, agak bingung kenapa Isabela berkata seperti itu. Apa berarti mereka sudah kenal dari lama?

"Dan sekarang dia yang telah menjebakku untuk masuk ke penjara ini, gila."

"Sepertinya kau memiliki dendam kesumat dengannya, ya." Tukas Liana.

Isabela hanya diam saja, masih meratapi bagaimana pertemuannya dengan Cleovanno setelah belasan tahun, oh atau mungkin lebih. Entah lah, Isabela sendiri lupa kapan terakhir kali dia bertemu Cleovanno setelah pria itu meninggalkannya sendirian didepan perapian hutan.

Persis seperti yang hampir ia lakukan pada Justin.

"Sudah kuduga, setiap orang pasti selalu punya dendam kesumat pada Panglima Cleovanno. Dia memang pantas dijadikan bahan dendam."

"Setiap orang?" Beo Isabela bingung.

"Walaupun dia dia sangat dikagumi dan disanjung di kerajaan ini, tetap saja ada beberapa orang yang dendam padanya, bahkan beberapa rakyat pun."

"Memangnya kenapa?" Tanya Isabela yang mulai tertarik dengan pembicaraan ini.

"Menurutku, dia itu pembunuh berantai berkedok Panglima yang paling kejam. Dia sudah membunuh sekitar 100 orang lebih mungkin, diantaranya dari mereka adalah orang miskin, penjahat, buron kerajaan, bahkan sampai orang bangsawan. Dia bahkan melakukan pembantaian besar-besaran terhadap orang-orang yang menentang Raja Roosevelt." Jelas Liana dengan serius.

"Aku bahkan masih bingung kenapa jabatan Panglima diberikan kepadanya, padahal menurutku masih banyak yang lebih baik dari Panglima Cleovanno."

"Dia membunuh lebih dari 100 orang sekaligus membantai orang? Wah, gila, menyeramkan."

Liana tersenyum miring, "dia melakukan itu di kastil kecil yang letaknya tak jauh dari kerajaan. Dan orang-orang berasumsi jika kastil itu angker karena sering mendengar teriakan yang diyakini adalah teriakan para korban."

Bulu kuduk Isabela langsung berdiri mendengarnya, dia sudah tidak bisa berkomentar apa-apa lagi tentang Cleovanno yang sama setannya dengan diri pemuda itu yang dulu.

"Ya, tapi kau tahu, setiap orang pasti akan mendapatkan karma atas perbuatan jahat yang dia lakukan. Dan aku yakin Panglima Cleovanno juga akan mendapatkan karma itu nanti." Ucap Liana.

***

"Kau bilang ingin berubah agar dapat menjadi penerus tahta yang baik, tapi kenapa masih saja bertingkah seperti ini?" Gerutu Xyon yang jengah melihat Justin yang berusaha untuk berjalan setelah seminggu penuh berbaring di kasur.

The AntagonistTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang