Paginya, seperti biasa Isabela bangun lebih awal daripada Justin. Hari ini tampak sangat mendung dari biasanya. Isabela merasa akan ada sesuatu yang terjadi.
"Apa yang kau lihat?" Celetuk Justin.
"Awannya tampak sangat mendung, Tuan. Sepertinya akan terjadi hujan." Jawab Isabela.
"Benarkah?" Justin melihat ke arah Isabela yang seperti bersiap-siap untuk pergi. "Kau mau kemana?"
"Ke rumah Helena, kemarin dia bilang jika saya setidaknya harus berkunjung sebelum dia pindah."
"Tapi sebentar lagi akan hujan, Isa. Kau bisa saja kehujanan di tengah jalan nanti."
"Saya tahu, tapi saya ingin tetap kesana, Tuan. Helena mungkin akan marah jika saya tidak berkunjung ke rumahnya sekarang." Kukuh Isabela.
Justin sendiri bingung, Isabela ini sudah tahu akan hujan tapi tetap kukuh ingin ke rumah Helena. Sepertinya ada sesuatu yang wanita itu sembunyikan. "Kau bisa berkunjung ke rumahnya saat sore atau malam nanti, cuaca pagi ini sedang tidak bagus."
"Tapi Tuan—
"Isabela. Sekali ini saja, tolong dengarkan kata-kata ku, kau bisa saja benar kehujanan di tengah jalan nanti dan terjatuh karena tanah yang licin dan berlumpur. Cari aman saja. kau bisa mengunjungi Helena nanti sore." Potong Justin tegas, raut wajahnya sudah agak kesal.
Wanita itu pun menghela nafas dan mengangguk. Isabela duduk di kursi kayu sambil menatap keluar jendela. "Saya merasa ada sesuatu yang terjadi, sebuah bahaya."
"Kau mengkhawatirkan Helena?" Tanya Justin yang diangguki oleh Isabela.
"Kenapa mengkhawatirkannya? Aku yakin Helena baik-baik saja, dia kan kuat dan punya sihir." Ucap Justin dengan nada santai yang sebenarnya bermaksud untuk menenangkan Isabela.
"Walau begitu, bukan berarti dia bisa jauh dari bahaya, Tuan."
Justin terdiam, benar juga. Tapi siapa yang bisa melukai seorang peramal seperti Helena, lagipula di hutan ini hanya ada mereka bertiga saja dan juga para binatang dan tumbuhan. Dan tak ada manusia yang bisa masuk ke hutan ini.
Tapi entah kenapa Sang Pangeran menjadi ikutan tidak tenang, sepertinya memang akan ada sesuatu berbahaya yang terjadi. Dan tepat saat itu lah hujan lebat turun disertai dengan kilat yang menyambar langit.
***
Hujan berhenti sekitar setengah jam yang lalu, dan seperti kata Justin tadi, Isabela berkunjung ke rumah Helena saat sore harinya. Bersama Justin, pastinya. Sang Pangeran sudah siap dengan senjatanya.
"Anda tidak perlu membawa senjata, Tuan. Kita hanya pergi ke rumah Helena, bukan berburu hewan." Ucap Isabela,
"Siapa peduli? Bisa saja nanti ada hewan buas yang menyerang kita, iya kan?"
"Anda benar-benar bisa menggunakan senjata?"
"Tentu saja! Kalau tidak bisa kenapa aku membawa senjata-senjata ini? Dan perlu kau tahu, aku ini sangat hebat dalam panahan."
Dia mulai sombong lagi..
"Ya, Anda memang hebat, Tuan." Balas Isabela.
Keduanya pun mulai berjalan pergi, keadaan masih agak gerimis tapi itu tidak membuat mereka menyerah ke rumah Helena. Namun hampir beberapa kali Justin terpeleset karena tanah licin dan membuat Isabela mau tak mau harus memegang tangannya agar tak jatuh lagi.
"Anda ini, sekali saja bisa tidak menyusahkan saya, bisa? Seperti anak kecil saja," cibir Isabela.
"Ini karena tanahnya licin, Isa! Salahkan tanahnya!"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Antagonist
FanfictionPertemuan keduanya yang sudah direncanakan entah oleh siapa, mengundang banyaknya kematian orang-orang. *** Jika saja Justin tidak kabur dari kerajaan, mungkin saja dia tak akan bertemu dengan gadis misterius seperti Isabela yang nyatanya malah memb...