Aksi Heroik Gas Elpiji

182 58 61
                                    


Mari kita mulai dengan yang tamvan tamvan

Akibat ulah Jeffrey yang berseru di bawah tangga mengenai kesukaannya terhadap gadis berambut pendek

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Akibat ulah Jeffrey yang berseru di bawah tangga mengenai kesukaannya terhadap gadis berambut pendek. Nadine jadi bulan-bulanannya Pak Monang saat kelas. Ketika dosen Akuntansi Keuangannya itu memberikan contoh soal, beliau langsung menunjuk Nadine tanpa ragu.

"Nah kamu yang berambut pendek, maju ke depan selesaikan soal." Sontak seruannya bikin Diksa yang berada di sebelah Nadine menghela nafas lega.

Soal di depan mengenai Lessie dan Lessor, soal sewa menyewa. Nadine diminta untuk membuat jurnal dari kedua belah pihak. Selagi ia menulis di papan tulis, Pak Monang kembali berujar di depan kelas, bercerita pada mahasiswanya. "Tadi sewaktu saya naik tangga. Mbak berambut pendek ini lagi ngobrol sama pacarnya. Kata pacarnya, dia suka banget sama cewek rambut pendek."

Wah, lambe turah banget Bapak ini.

Johnny dan Diksa langsung tertawa paling besar diantara mahasiswa lainnya. Jelas mereka berdua tahu siapa pemuda yang Pak Monang maksud, tak lain tak bukan pastilah Jeffrey Artha Winata.

Ya begitu deh. Nadine yakin setelah ini Pak Monang akan terus mengingat wajahnya, dan ia akan selalu dijadikan tumbal kelas untuk menjawab soal di depan. Selepas kelas berakhir Diksa langsung berujar, niatnya meledek. "Lo makan siang bareng Jeffrey kan Nad?"

"Mending lo mingkem aja deh."

Di lain sisi, Johnny sibuk menceritakan soal Jeffrey yang menyukai cewek berambut pendek, tentu hal itu membuat Yure nggak bisa untuk tidak ketawa. Pokoknya Nadine merasa terbully. Selesai kelas kedua, Nadine mendapati Jeffrey sudah berdiri di ujung tangga menungguinya turun.

Pasti pemuda itu mau menagih janjinya soal makan siang bareng.

Tak terelakkan, kedatangan Jeffrey yang menunggui Nadine tentu menjadi buah bibir yang menyenangkan teman sekelasnya. Sebab mereka semua langsung tahu siapa pemuda yang dimaksud oleh Pak Monang tadi pagi.

"Gara-gara lo ya, gue jadi bulan-bulanannya Pak Monang tadi pagi! Dan gue yakin akan terus begitu sampai ujian akhir." Nadine nggak tahan untuk tidak mengomel ketika mereka sudah sampai di gerbang kampus.

"Ya bagus dong." Ujar pemuda itu enteng, bikin Nadine ingin banget menendang tungkainya. "Coba jelasin darimananya yang bagus?"

Mereka menyusuri jalanan depan kampus sambil mencari tempat makan yang sekiranya nyaman dan tak terlalu ramai. Tempat makan berada di seberang jalan, membuat mereka harus menyebrang. Untuk itu Jeffrey meraih tangan Nadine, menggenggamnya tanpa izin membuat Nadine hendak menariknya kembali, namun ia urungkan ketika niat Jeffrey baik.

Ia mau membantu Nadine menyebrang.

Selepas sampai di ujung jalan Jeffrey lanjut bicara. "Dikenal sama dosen itu privilege. Percaya sama gue. "

SimpanganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang