J.

596 124 90
                                    

100 comments?

Jeffrey Artha Winata Fakultas Ekonomi, Manajemen

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jeffrey Artha Winata Fakultas Ekonomi, Manajemen.

***

"Guys, please listen to me. Did you see that man with Indonesian flag?" Nadine berujar heboh setelah dua jam nyasar bersama Jeffrey dan Excell, lepas dari mereka berdua Nadine sempat berbaur dengan anak kampus lain. Hingga membuat dia biru sendirian di antara kuning.

Untungnya tak lama kemudian rombongan kampusnya mulai kelihatan, dengan secepat kilat ia kembali ke dalam barisan dan bertemu ketiga sahabatnya.

"Yang mana? Yang pegang bendera kan ada dua." Tanya Diksa keheranan melihat barisan depan dipandu empat orang dengan toa dan bendera.

"Itu yang sambil pegang toa merah di tangan kanan." Tunjuk Nadine lagi dengan semangat.

"Who's that?" Johnny mengernyitkan dahinya.

"Jeffrey!" Ujar Nadine dengan nada tinggi, hingga beberapa mahasiswa lain menatapnya tak heran, pasti berpikir kalau Nadine ini salah satu anggota fansclub nya Jeffrey Artha Winata.

"Oh Jeffrey." Diksa menyahut santai

"Dia temen kita Nadine." Kali ini Johnny yang bersuara.

Nadine sontak menoleh. "Apa gue salah denger?"

"Kuping lo sehat, dan lo denger itu."

Nadine masih melotot, begitu juga dengan Yure.

"Excell yang disebelah Jeff juga temen kita." Johnny nyeletuk lagi.

"Lo punya temen blasteran surga kenapa nggak ngomong-ngomong ke kita?!" Protes Yure penuh emosi. Yaiya dong jelas dia protes, ibarat kata kalau SMA mereka tuh punya jalur prestasi buat deket sama cowok blasteran surga, alias lewat penghantar saudara Johnny dan Diksa bung!

Peluang itu harus dimanfaatkan  sebaik-baiknya.

"Percayalah apa yang gue lakukan itu untuk kebaikan kalian." Diksa memberikan petuah sambil menepuk kepala kedua temannya.

"Jangan sampai demokrasi Indonesia mati hanya karena dimanipulasi. Para petinggi yang sedang duduk di bangku ber-AC. Menikmati kursi empuk, terlelap dan terbuai sampai berat mata. Mengapa kami justru gelisah ketika kalian bekerja dengan giat? Apakah ini yang dinamakan hilangnya kepercayaan? Jika rakyat sampai hilang kepercayaan bagaimana nasib negeri ini yang susah payah merdeka dari para penjajah?!"

Jeffrey berdiri di atas podium buatan, menyuarakan orasi nya sebagaimana tugas kaum intelektual. Sorak demi soral berbunyi nyaring seiring kalimat semakin tegas.

Walau didominasi jeritan para kaum hawa. Alasan sampingan karena isi dari orasinya, alasan utama karena Jeffrey keren sekali bung! Bayangin punya muka aduhai pahatan sempurna ditambah pake almet dan berdiri sambil mimpin demo.

SimpanganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang