1. Wisata Masa Lalu

769 84 33
                                    

How many special people change?
How many lives are livin' strange?
Where were you while we were getting high?

Lagu lama itu mengalun dan ...

Aku menepikan mobil ku ke pinggir sebuah kios bunga kecil yang setiap hari ku lewati. Sudah lama aku ingin membeli bunga untuk diriku sendiri tapi selalu aku urungkan niatku dengan alasan yang bermacam-macam. Suamiku pun bukan tipe manusia romantis yang sukarela tiba-tiba membelikan bunga. Harus aku dulu yang meminta dan dia akan membelikan apa saja. Ya tapi bukan itu yang sebenarnya ku inginkan. Ah ... perempuan memang rumit, kadang aku sendiri tidak paham apa yang aku maui.

Sore ini cukup terik, hawanya sangat tidak bersahabat. Bahkan angin yang berembus ketika aku keluar dari mobil pun terasa panas.

Bunga – bunga ini masih cukup segar meskipun sudah seharian dipajang. Aku tidak tahu nama-nama bunga kecuali krisan, rose, carnation, dan sedap malam. Tapi apa peduliku dengan nama-nama bunga jika mereka semua indah dan bisa ku miliki dengan beberapa lembar uang.

Aku tersenyum cerah memandang sebongkok carnation yang bisa aku dapatkan dengan harga murah. Dengan hati – hati aku menaruhnya di jok penumpang di sampingku.

Aku senang senang sekali dengan bunga carnation, entah sejak kapan. Padahal namaku Orchid, iya namaku Orchidia, yang artinya Anggrek , bahkan aku tidak punya satupun tanaman anggek di rumahku.

Mungkin sejak seseorang memberiku bunga carnation.

Mari pergi ke masa itu ....

20 tahun lalu, ketika aku mahasiswa baru di Kota S

Setelah berpikir berkali – kali aku mengambil jurusan Sastra Inggris, sejujurnya aku tidak tahu mau jadi apa. Aku hanya merasa kalau jurusan ini tidak akan menyusahkanku. Aku bisa Happy Happy , everyone ... should be happy . Cuma belajar bahasa "What is your name?" "How are you?" "I'm fine thank you and you"

Nyatanya tidak semudah itu ferguso, aku langsung gagal pada ujian integrated course yang berisi gabungan basic grammar, reading, writing , dan listening, sialnya bobot mata kuliah itu 8 sks, tapi bagusnya masih ada satu kesempatan remedial meski pol polan akan mendapat nilai B saja. Trimester pertama aku berkuliah, rasanya langsung menjadi manusia paling gagal sedunia.

Iya, aku baru kuliah selama 3 bulan. Waktu itu fakultasku menganut sistem trimester. Tiga bulan ini rasanya waktu hanya aku habiskan untuk beradaptasi satu minggu, selebihnya main-main dengan teman kuliah dan teman kos ku. Ini sangat menyenangkan.

Aku berasal dari kota B. Kotaku terkenal dengan pantai-pantai dan tempat hiburan malam yang luar biasa. Tapi sungguh, aku tidak pernah mencicipinya. Orang tuaku cukup konservatif hingga mereka mengirimku ke Kota S, kota kecil yang sejuk yang dikelilingi pegunungan, hingga cocok untuk belajar (menurut mereka sih). Mereka menganggap di kota kecil ini aku bakalah khusyuk belajar, jadi anak alim , karena hiburan juga tidak terlalu banyak. Hmmm... rasanya mereka salah, aku masih puny acara untuk bersenang-senang.

Setelah 17 tahun hidup bersama orang tua akhirnya aku hidup mandiri tanpa seorang pun bisa mengekang. Menonton bioskop, pergi ke mall (yang jauh lebih kecil dari yang ada di kota ku), main ke angkringan sampai malam, nonton konser, bahkan aku sudah ikutan kakak kakak tingkat pergi ke pantai di Kota Y (pantai terdekat dari Kota S), dan camping di gunung. Betapa sibuknya aku bersenang senang.

Tapi sekarang aku sungguh menyesal.

Berita kelulusan mata kuliah itu diumumkan di secarik kertas yang ditempel di papan pengumuman fakultas. Meski hanya memuat nomor induk mahasiswa aku sungguh sangat malu. Dari 148 teman seangkatan 50 dinyatakan tidak lulus , dan itu salah satunya aku.

Tiga Babak (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang