14. Jia dan Malik

360 63 51
                                    

"Kamu butuh liburan" Ujarku setelah melihatnya tidak tidur semalaman dan sangat kusut di pagi harinya.

"Gimana bisa libur, kerjaan banyak banget, masalah banyak banget" Ujarnya tidak lepas dari tab, entah mengawasi apa.

Hari sudah pagi lagi dan seperti biasa Monica sudah berangkat. Kami sedang berada di walk in closet, akhir-akhir ini aku dan suamiku lebih sering mengobrol di sini ketika pagi.

Dia super sibuk

"Tapi kamu butuh penyegaran, sayang"

"But I don't have time!" Ujarnya dengan nada tinggi

"Breaking the routine aja kalau gitu!" Ujarku

"Maksudnya?" Akhirnya dia mengalihkan pandangannya ke arahku

"Ya, melakukan hal yang tidak biasa"

"Give me some examples" Ujarnya

"Biasanya kita sarapan di rumah, kali ini kita bisa sarapan di luar, atau biasanya kita berangkat sendiri-sendiri, kali ini aku yang mengantarmu, bagaimana?"

"Such a preety idea, aku suka yang terakhir!"

"Lets go!" AKu pun segera turun untuk memanaskan mobilku.

..............

Flash Back On

Hari berlalu dengan sangat baik. Aku mendapatkan nilai A untuk kelas Woman Literature, Bussiness English, dan Syntax, luar biasa ... nilaiku yang cukup memuaskan trimester membuat mami lupa menanyakan kelanjutan hubunganku dengan Kenar sehingga aku tidak perlu repot-repot menjelaskan apalagi kami sudah berbuat banyak dosa rasanya akan semakin tambah tegang kalau ditanya-tanya. Hagi masih (pura-pura) berkutat dengan skripsinya dan menerima tawaran menjadi asisten dosen untuk kelas Speaking 2 untuk mahasiswa tahun pertama, ya ... bisa ditebak, dia mengasisteni kelas pacarnya sendiri. Fans nya pun tambah banyak, tak ayal kelasnya full ciwi-ciwi yang memenangkan perburuan kelas selama registrasi. Kondisi keuangan Kenar kian membaik, dia tidak perlu bekerja paruh waktu yang tidak berhubungan dengan studinya sehingga mempunyai waktu yang lebih banyak untuk dirinya sendiri dan aku, Malik baru saja dibelikan ayahnya yang pengusaha Batu Bara itu sebuah mobil keluaran terbaru, tidak hanya Jia yang bahagia, kami pun ikut senang karena bisa nebeng jika perlu.

Tapi seperti prinsip soal matematika itu berlaku; jika sesuatu berjalan terlalu mudah, pasti ada kesalahan di dalamnya.

Sore ini Kenar menjemputku di stasiun, seperti yang sudah - sudah dia membantuku membawakan barang sampai ke dalam kamar kos. Kami berdua selesai beberes dan hendak pergi ke luar karena Kenar perlu membeli beberapa alat tulis baru ketika kami menemukan Jia baru pulang dalam keadaan tidak baik baik saja. Seperti biasa, jika liburan trimester, Jia akan kembali ke Kota S beberapa hari sebelum aku kembali.

Jia sungguh kusut dan terlihat jelas dia sedang menangis. Aku dan Kenar hendak menyapanya tapi dia sudah masuk dan membanting pintu kamarnya.

Aku dan Kenar pun saling berpandangan heran sekaligus khawatir. Jia itu selalu ceria, bahkan mungkin baru kali ini aku melihatnya menangis. Apapun keadaannya dia selalu pecicilan dan meriah.

"Ji ... buka pintu Ji" Aku mengetuk pintunya tapi tidak ada jawaban

"Jia kenapa?" Tanyaku lagi tetap tidak ada jawaban

"Chi, mungkin Jia pengen sendiri dulu, kita nggak usah lama-lama perginya habis ini kamu temenin Jia aja" Ucap Kenar dan aku menuruti idenya.

"Jia, aku sama Kenar pergi bentar ya..." Kataku berpamitan , agar Jia tidak merasa diacuhkan padahal dia sedang sedih.

Tiga Babak (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang