39. Matahari dan Rembulan (Awal Babak ketiga)

344 49 77
                                    

Suamiku masih sangat antusias membicarakan penampilan Monic dan bahkan dia menyanyikan sebait lagunya bersama dokter Dio dengan gembira. AKu dan Mamanya Amelia hanya bisa tertawa dan sedikit malu , karena sadar beberapa orang tua mulai memperhatikan kelakuan dua bapak-bapak random itu.

Setelah itu beberapa kelas juga tampil hingga rangkaian acara selesai. Kepala sekolah menutup dengan ucapan terimakasih dan mengundang beberapa orang tua yang turut aktif membantu persiapan pentas seni kali ini.

Aku menggigit bibir bawahku dan meremat ujung blouse yang kupakai.

Aku memiliki firasat tidak menyenangkan tentang ini.

Flash back on

Hubunganku dengan Hagi sudah bisa ditebak, berjalan sangat lancar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hubunganku dengan Hagi sudah bisa ditebak, berjalan sangat lancar. Kami telah membereskan permasalahan-permasalahan di masa lalu yang mungkin jika dipikir dengan afeksi tidak aka nada habisnya. Untungnya manusia dibekali juga kognitif yang bisa merunutkan segala permasalahan menjadi logis.

Ya, manusia butuh perasaan untuk melembutkan hati. Tapi terus-terusan memakai afeksi tanpa logika akan menjerumuskan kita.

Dalam tiga bulan terakhir sudah banyak yang terjadi. Dua bulan yang lalu, keluarga Hartono datang ke rumahku untuk mengadakan lamaran. Saat itu untuk pertama kalinya aku dikenalkan dengan seluruh keluarga Hagi, termasuk ketiga kakak perempuannya yang menerimaku dengan sangat baik. Di rumah itu posisi Hagi seperti Grandhis, Si Bungsu yang sebenarnya dimanja, namun semenjak tahu kalau dia hanya anak adopsi, Hagi justru menjadi lebih susah diatur, begitu kata papanya, yang kemudian meminta padaku untuk bersabar dengan kelakuan putra bungsunya.

Nggak kebalik? Batinku terkekeh

Secara terbuka Pak Hartono menjelaskan silsilah Hagi, yang merupakan anak sahabatnya yang mereka adopsi ketika berusia 2 tahun, saat adiknya Kenar lahir dan keluarganya di ambang kesulitan.

Hal itu tidak menjadi permasalahan, karena bagi Pak Hartono dan keluarganya, Hagi adalah anaknya. Mami , papi dan seluruh keluarga besarku pun tetap menerima hal ini menjadi sesuatu yang baik dan tidak dipermasalahkan.

Toh keluarga kandung Hagi juga merupakan keluarga baik-baik.

Iya, Hagi baik, keluarganya baik, orang tuaku juga baik,semua baik

Hanya aku yang jahat.

Kenar tidak ikut sewaktu Hagi melangsungkan lamaran, dia beralasan masih banyak pekerjaan sehingga tidak bisa ikut hadir. Tapi dia mengirimkan hadiah untuk kami berdua. Sepasang mug yang lucu dari dari sebuah rumah tembikar eksklusif di Jepang.

Hingga tiga bulan ini aku belum bertemu dengan Kenar, meskipun aku dan Hagi tidak pernah membicarakannya, kami sama -sama tahu, bahwa aku dan Kenar masih butuh waktu.

Aku dan Hagi sering menghabiskan waktu di apartemenku. Kami tidak pernah berbuat macam-macam karena itu pesan papi sewaktu kami tunangan. Bahwa Hagi dan aku harus menjaga kehormatan kami berdua sebagai dua orang lajang, agar pernikahan kami kelak tetap sakral dan ideal.

Tiga Babak (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang