42. Hagi (dan Tiga Babak Kehidupannya)

377 42 38
                                    

Aku terbangun lagi dengan mimpi buruk itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku terbangun lagi dengan mimpi buruk itu. Mimpi buruk yang sayangnya adalah nyata.
Benar kata Soe Hok Gie, nasib terbaik adalah tidak dilahirkan, tapi menurutku nasib tersial adalah terlahir cacat dan miskin.

Babak Pertama

Sedari kecil aku dibesarkan dengan gelimangan harta juga dimanja. Tidak pernah kurang kasih sayang kedua orang tua dan kakak-kakakku. Di usia remaja aku sungguh populer di kalangan
teman-teman.

Aku sadar aku punya segalanya, tampan, kaya, otakku juga encer, belum lagi skill skill lain yang ku miliki.
Teman dan anak perempuan? Tinggal tunjuk saja, dengan mudah aku memilikinya.

Beranjak SMA aku semakin menjadi-jadi. Aku sering pulang malam dan teler di apartemen temanku. Entah sudah berapa kali mama papa menyidangku dan hanya berakhir dengan anggukan serta janji-janji palsuku.

Young Wild and Free adalah semboyanku waktu itu dan hanya akan menjadi penyesalan seumur hidup yang sia-sia.
Puncak kenakalanku adalah meniduri salah satu teman perempuanku. Perempuan pertama yang aku perawani bernama Imelda.

Aku kenal baik dengannya, kami berkenalan di sebuah pesta ulangtahun salah seorang teman di Club balap motorku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku kenal baik dengannya, kami berkenalan di sebuah pesta ulangtahun salah seorang teman di Club balap motorku. Dia anak seorang konglomerat yang sangat terhormat di negara ini. Imelda seumuran denganku, dia bersekolah di Boston dan kami selalu bertemu saat dia liburan.

Imelda berbeda dengan gadis kaya lainnya, dia sering meminta bantuanku untuk diam-diam pergi ke daerah kumuh kota J untuk bertemu anak-anak di sana, sekadar memberikan mainan, snack, dan memberikan sejumlah uang pada orang tua mereka.

Belakangan aku ketahui, Imelda mencuri uang-uang itu dari kakaknya yang suka judi di Las Vegas dan Maccau. Api penyucian kalau dia bilang. Ya itu terserah dia. Yang jelas aku menyukai apapun yang dilakukannya.
Meskipun sangat menaksirnya, aku tidak pernah punya keinginan memacari Imelda, dia terlalu tinggi untuk ku gapai, dia perempuan pertama yang membuatku gagap bicara padahal kata teman-temanku aku ini seorang buaya rawa rawa.

Malam itu kami baru saja selesai memberikan bantuan, kali ini Imelda bilang dia baru saja mencuri uang dari kakaknya yang habis bertransaksi narkoba.

Entah keluarga macam apa yang dimiliki perempuan mungil berhidung bangir itu.
Sepanjang perjalanan Imel memelukku, tahun lalu juga begitu, karena dia tidak pernah mau ku antar memakai mobil.

Tiga Babak (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang