43

207 37 0
                                    

Suara teriakan putus asa terdengar dari banker tua tersebut, sekelompok orang dengan wajah lebam terikat satu sama lain. Mereka menunduk lesu dengan tubuh yang gemetar hebat, terlalu takut untuk sekadar menatap pelaku yang membuat mereka seperti ini.

"Membosankan..." Sanzu menatap bosan pada lima orang penghianat ini, matanya memincing tidak senang saat salah satu di antara mereka balik menatapnya tanpa rasa takut.

Sedetik kemudian ia tersenyum, lalu tertawa riang saat mendapati mainan barunya. "Heee, aku suka pada tikus kecil ini."

Mochizuki yang melihat tingkah laku pria berambut pink itu hanya bisa menghela nafas pelan, menjalani misi bersama sudah buat ia paham jika pria ini memang aneh.

Tidak sekali tapi lebih dari itu, jika Sanzu menemukan sesuatu yang menarik hatinya maka ia akan bermain sampai ia merasa puas. Yah, ia memang jahat tapi Sanzu sudah lebih dari itu.

Mikey yang sedari tadi duduk manis sembari memakan taiyakinya hanya menatap anak buahnya tanpa minat, ia terlalu malas sebenarnya untuk urusan seperti ini. Seharusnya ia berada di mansion saja dan biarkan anak  uahnya yang mengambil alih, atau mungkin dirinya bisa pergi ke tempat Takemichi.

Dari arah belakang, dua kembar Haitani datang dengan wajah tak bisa ditebak. Mereka berdua saling lirik satu sama seolah berkomunikasi lewat tatapan, Ran menepuk bahu sang adik lalu berjalan ke sisi bosnya. Saat sudah dekat, ia berbisik di telinga Mikey. Awalnya tidak ada masalah, namun setelahnya ada tatapan tidak percaya darinya.

Taiyaki yang tinggal setengah itu ia lempar, Takeomi yang tidak jauh keberadaannya mendapati sisa taiyaki yang dilempar Mikey. Alisnya mengkerut heran, tidak biasanya makanan kesukaan bosnya ini tidak habis. Atau mungkin?

"Brengsek!" Mikey beranjak turun dari tempat duduknya. Ia berjalan dengan langkah lebar menuju satu orang, dengan matanya memancarkan aura kematian siap untuk membunuh siapa saja.

"Kakucho," mendapati suara bosnya di belakang, Kakucho segera berbalik. Belum sempat ia bertanya, tendangan nuklir milik bosnya sudah menyapa wajahnya. Ia terbanting cukup jauh, segera saja hal itu menjadi perhatian bagi yang lain.

Takeomi berniat mendekati Mikey, namun langkahnya tertahan oleh Rin yang ternyata sudah ada di sampingnya sejak tadi. Ia heran, tidak biasanya Mikey menghajar mereka begitu saja dan tanpa alasan. Apalagi bisa terlihat jelas jika Mikey sangat marah sekarang, "Apa yang terjadi?"

"Kau akan tahu segera," ujar Rin terdengar misterius.

"Mikey—"

"—apa yang kau perintahkan pada orang-orang tolol mu itu?"

"A-ah, maksud ketua?"

Mikey menarik kerah baju Kakucho, ia cengkram erat kemeja tersebut dan pandangi mata Kakucho tajam. "Mereka yang kau suruh untuk menakut-nakuti Michi, kenapa mereka malah menghajarnya?"

Kakucho terdiam, ia tidak tahu harus berkata apa. Ia yakin sekali sudah memerintahkan preman tersebut untuk membuat Takemichi takut, tapi kenapa malah menjadi menghajarnya?

"Aku tidak—maaf bos, tapi aku yakin sekali tidak menyuruh mereka untuk menghajarnya atau apapun itu. Aku hanya—"

"—dan kau tahu bagian terparahnya? Mereka berniat memperkosa Takemichi, apa kau yakin tidak menyuruh mereka melakukan itu?" Mikey memukul wajah Kakucho dengan kuat, ia pandangi tubuh Kakucho dari atas dan kembali menendangnya.

"Selesaikan semua tugas selama seminggu ke depan, dan jangan menunjukkan wajahmu lagi selama itu." Mikey menatap anggotanya, "Tidak ada yang aku izinkan untuk membantunya, sekarang kalian semua pergi dari sini. Biar brengsek ini yang mengurus semuanya," Mikey kembali menatap Kakucho, tidak ada kasihan sedikitpun saat melihat wajahnya yang telah terluka tersebut.

"𝘚𝘰𝘳𝘳𝘺 sobat, tapi perintah bos adalah mutlak."

Dua kembar Haitani berlalu begitu saja dari hadapan Kakucho, begitu pula dengan Takeomi, Mochizuki dan juga Sanzu. Mereka tidak menoleh sedikitpun atau sekadar menawarkan bantuan untuk berdiri, bagi mereka perintah Mikey adalah sesuatu yang tidak bisa dilanggar. Dan lagi, membantah malah akan menambah amarah Mijeu yang ada.

Mereka hanya mencari aman, karena bagaimanapun mereka masih ingin hidup untuk melihat hari esok.
.
.
.
.
.
𝐍𝐠𝐞𝐭𝐢𝐤𝐧𝐲𝐚 𝐬𝐚𝐦𝐛𝐢𝐥 𝐧𝐚𝐡𝐚𝐧 𝐬𝐚𝐤𝐢𝐭 𝐤𝐞𝐩𝐚𝐥𝐚 𝐝𝐚𝐧 𝐧𝐠𝐚𝐧𝐭𝐮𝐤. 𝐍𝐚𝐧𝐭𝐢 𝐛𝐚𝐤𝐚𝐥 𝐝𝐢𝐩𝐞𝐫𝐛𝐚𝐢𝐤𝐢 𝐤𝐚𝐥𝐚𝐮 𝐚𝐝𝐚 𝐭𝐲𝐩𝐨. 𝐊𝐫𝐢𝐭𝐢𝐤 𝐝𝐚𝐧 𝐬𝐚𝐫𝐚𝐧 𝐬𝐚𝐧𝐠𝐚𝐭 𝐝𝐢𝐩𝐞𝐫𝐬𝐢𝐥𝐚𝐡𝐤𝐚𝐧, 𝐬𝐞𝐥𝐚𝐦𝐚𝐭 𝐦𝐞𝐦𝐛𝐚𝐜𝐚...

Wabi-Sabi [MAITAKE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang