46

219 44 24
                                    

Asanya melayang jauh, semua cita dan cinta manis yang telah ia susun jauh-jauh hari harus rela ia buang. Semuanya tidak lagi sama, bayangan akan mereka yang akan menghabiskan waktu tua bersama tidak ada lagi.

Takemichi harus menelan pilu sendirian, mata biru miliknya menyaksikan hal yang tidak seharusnya ia lihat. Lima tahun bersama nampaknya tidaklah cukup, ia harus merelakan kekasih hati berbagi kasih dengan yang lain.

Sebenarnya apa yang terjadi?

Ia hanya pergi sekitar enam menit, meninggalkan kekasihnya sebentar karena hal sepele. Tapi, saat ia kembali untuk menemuinya, kenapa malah adegan tukar cincin yang ia dapatkan?

Jika ini lelucon tolong segera hentikan, ia tidak suka dengan candaan yang menyakiti hati dan perasaannya. Dan lagi, siapa orang bodoh yang merencanakan ini semua?

"Bukankah mereka cocok?"

Suara dari belakangnya buat Takemichi balikkan badan, ia tidak terkejut saat mendapat Kakucho ada di sini juga. Yang ia pertanyakan adalah; maksud kalimat yang di sampaikan olehnya.

"Memangnya siapa wanita itu?" alih-alih bertanya apa yang terjadi, Takemichi lebih tertarik pada perempuan yang menjadi tunangan Mikey.

"Adik Takeomi dan Sanzu, namanya Senju." Kakucho melirik Takemichi melalui sudut matanya, bisa ia lihat dengan jelas jika tubuh kecil itu gemetar menahan amarah. "Mereka akan menikah dua bulan lagi, bagaimana menurutmu?"

"Bagaimana menurutku?" Takemichi tertawa mengejek, "Apa itu diperlukan sekarang? Aku rasa tidak," Takemichi berbalik menatap kosong pada dua insan yang terlihat bertolak belakang tersebut.

Kedua tangannya mengepal menahan amarah, matanya memandang benci pada mereka berdua. Dan saat mata Mikey bertemu pandang dengannya, Takemichi mengucapkan sepatah kata yang hanya bisa dipahami oleh pria itu.

Takemichi alihkan pandangan darinya, ia tidak boleh terlihat lemah setelah ini. Sekalipun dunianya sudah hancur, Takemichi harus masih berjuang.

"Oh, aku baru ingat sesuatu." Kakucho menyerahkan sebuket bunga padanya, seperti tidak asing baginya. Ditambah dengan adanya bunga anyelir kuning tepat di tengah karangan bunga tersebut.

𝘖𝘩, 𝘭𝘶𝘤𝘶 𝘴𝘦𝘬𝘢𝘭𝘪. 𝘈𝘱𝘢 𝘪𝘯𝘪 𝘮𝘢𝘬𝘴𝘶𝘥𝘯𝘺𝘢 𝘴𝘢𝘢𝘵 𝘪𝘵𝘶?

"Kalian sepertinya sangat senang dengan keadaanku yang sekarang, apa aku benar Kakucho?"

Takemichi mengambil bunga itu, ia remat dengan keras buket tersebut guna melampiaskan amarahnya. Ia balik tatap Kakucho dengan pandangan kecewa, "Aku harap kak Iza tidak kecewa melihatmu di atas sana, aku permisi."

Dengan langkah berat, Takemichi pergi meninggalkan ruangan tersebut. Tidak perduli dengan tatapan para eksekutif Bonten yang ajaibnya ada di luar ruangan, sekilas ada tatapan puas dari beberapa mereka. Sisanya hanya permintaan maaf tak bersuara, "Kalian salah mencari musuh. Aku harap kalian tidak menyalahkanku jika ketua kalian mati dengan cara yang paling menyakitkan."

Sanzu berteriak marah, ia hampir mengeluarkan pistolnya jika Ran tidak menahan dirinya.

"Pergilah, secara tidak langsung ketua telah membuangmu."

Takemichi mengiyakan permintaan Mochizuki, ia tidak berkata lagi dan membuang buket bunga yang sedari tadi ia pegang tepat di hadapan mereka.

"Jaga ketua kalian dengan baik, atau..." Takemichi membuat gerakan menembak kepalanya sendiri, "Piuu... hehe."

Oke, Takemichi berhasil menarik amarah dari para eksekutif Bonten. Terlebih Sanzu yang sudah mengeluarkan sumpah serapah padanya, mereka sepertinya tidak tahu sedang berurusan dengan siapa.
.
.
.
.
.
𝐒𝐞𝐝𝐢𝐤𝐢𝐭 𝐛𝐞𝐫𝐜𝐞𝐫𝐢𝐭𝐚, 𝐤𝐚𝐲𝐚𝐤𝐧𝐲𝐚 𝐜𝐡𝐚𝐩𝐭𝐞𝐫 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐚𝐝𝐚 𝐬𝐨𝐬𝐦𝐞𝐝 𝐤𝐮𝐫𝐚𝐧𝐠 𝐝𝐢𝐦𝐢𝐧𝐚𝐭𝐢. 𝐒𝐞𝐛𝐞𝐧𝐚𝐫𝐧𝐲𝐚 𝐢𝐭𝐮 𝐣𝐮𝐠𝐚 𝐛𝐚𝐠𝐢𝐚𝐧 𝐝𝐚𝐫𝐢 𝐜𝐞𝐫𝐢𝐭𝐚, 𝐤𝐚𝐫𝐞𝐧𝐚 𝐚𝐰𝐚𝐥𝐧𝐲𝐚 𝐚𝐤𝐮 𝐮𝐩 𝐜𝐞𝐫𝐢𝐭𝐚 𝐢𝐧𝐢 𝐝𝐢 𝐭𝐰𝐢𝐭𝐭𝐞𝐫 𝐭𝐚𝐩𝐢 𝐩𝐢𝐧𝐝𝐚𝐡 𝐤𝐞 𝐬𝐢𝐧𝐢 𝐚𝐤𝐡𝐢𝐫𝐧𝐲𝐚. 𝐓𝐚𝐩𝐢 𝐲𝐚, 𝐨𝐤𝐞 𝐝𝐞𝐡, 𝐠𝐚𝐤 𝐦𝐚𝐬𝐚𝐥𝐚𝐡 𝐣𝐮𝐠𝐚 𝐬𝐢𝐡 𝐰𝐤𝐰𝐤𝐰.

𝐉𝐢𝐤𝐚 𝐧𝐞𝐦𝐮 𝐭𝐲𝐩𝐨 𝐛𝐚𝐤𝐚𝐥 𝐝𝐢𝐩𝐞𝐫𝐛𝐚𝐢𝐤𝐢 𝐧𝐚𝐧𝐭𝐢, 𝐠𝐚𝐤 𝐬𝐞𝐤𝐚𝐫𝐚𝐧𝐠. 𝐈'𝐦 𝐬𝐭𝐢𝐥𝐥 𝐥𝐞𝐚𝐫𝐧𝐢𝐧𝐠 𝐭𝐨𝐨 👍

𝐊𝐫𝐢𝐭𝐢𝐤 𝐝𝐚𝐧 𝐬𝐚𝐫𝐚𝐧 𝐝𝐢𝐩𝐞𝐫𝐬𝐢𝐥𝐚𝐡𝐤𝐚𝐧...

Wabi-Sabi [MAITAKE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang