47

209 38 7
                                    

Malam menyapa Tokyo, seorang anak muda berambut hitam legam, berjalan sendirian dengan kantung mata yang menghitam.

Takemichi menatap kosong pada jalanan yang dipenuhi lautan manusia, nafasnya mengeluarkan uap pertanda dingin sebab hujan. Ia bahkan tidak repot-repot untuk memakai alas kaki, dan lagi, celana seperempat serta kaos oblong yang dilapisi jaket hitam tipis tidak cukup untuk menghalau dinginnya udara.

Ia layaknya orang bingung, hilang arah dan tidak tahu harus ke mana melangkah. Mendengar suara yang ia kenal, Takemichi hentikan langkahnya. Lalu ia tatap dengan kosong, sebuah layar LED raksasa dengan berisi berita yang memuakkan. Tiga hari semenjak acara pertunangan antara kekasih—mantan kekasihnya—dan juga Senju, menjadi berita hangat seolah tidak bisa berhenti.

Yang ia tahu, jika Senju adalah seorang model dunia dan berasal dari Keluarga Akashi. Memangnya siapa sih, yang tidak tahu keluarga tersebut?

Ha-ha, berbanding terbalik dengan dirinya yang bukan siapa-siapa. Pantas saja Mikey memutuskan dirinya, toh, ia juga sudah dapat yang lebih baik ketimbang manusia sampah seperti dirinya.

Perlahan hujan turun lagi, para pejalan kaki yang ada di sekitarnya buru-buru untuk mencari perlindungan. Takemichi seolah tidak peduli, ia kembali berjalan bertelanjang kaki menuju tempat yang ingin ia datangi. Mungkin untuk sekarang ini ia akan bersembunyi di tempat itu, Takemichi ingin sendiri dan memenangkan dirinya sebelum membawa kekacauan bagi sekitarnya. Ia harus bisa berpikir jernih jika ingin membalas perlakuan mereka, tidak hanya satu tapi mereka semua yang telah membuatnya seperti ini.

Ya, Takemichi hanya menginginkan keadilan baginya.

"Hanagaki."

Tubuh Takemichi seakan tertarik dari dunia hayal, ia berbalik dan mendapati seorang pria tinggi besar yang tengah memayungi dirinya dari hujan. Kepalanya mengadah, mencoba mencari tahu siapa gerangan yang berbaik hati memayungi dirinya yang telah basah kuyup.

"S-siapa?"
.
.
.
.
.

South menatap geli pada pria yang tengah menatapnya dengan pandangan tidak bersahabat, ia bisa melihat dengan jelas kilatan penuh amarah yang disimpan dalam manik birunya. Dengan menahan tawanya, ia berikan segelas coklat panas dari nampan yang ia bawa, Terano bergabung dengan Takemichi untuk duduk di sofa depan perapian rumahnya.

"Yo, 𝘭𝘪𝘵𝘵𝘭𝘦 𝘱𝘪𝘨. Jangan menatapku seperti itu, aku hanya ingin meluruskan kesalahpahaman yang sempat terjadi."

Takemichi hanya memandang pria yang duduk di sofa 𝘴𝘪𝘯𝘨𝘭𝘦 tersebut, mulutnya terbuka kecil dan matanya memandang aneh padanya.

Apa ia tidak salah dengar?

Kesalahpahaman?

Wah, lucu sekali manusia raksasa ini. Apa dia sehat?

"Jika yang kau maksud adalah; dengan menjualku," Takemichi membuat tanda kutip terhadap kalimatnya, "Maka itu tidak lucu. Aku belum bisa memaafkanmu, jadi—berhentilah menatapku—atau aku colok mata itu dengan ranting ada di genggamanku."

"Haha, kau menarik sekali Takemichi!" Terano meneguk 𝘸𝘪𝘯𝘦 miliknya yang tinggal setengah, "Apa kau tidak penasaran dengan rumor 𝘬𝘰𝘯𝘺𝘰𝘭 itu?"

Kedua alis Terano terangkat menggoda Takemichi, ia tersenyum licik saat melihat gerak tidak nyaman dari pemuda kecil yang tengah menyelimuti dirinya itu dengan selimut.

"𝘊𝘩𝘦, aku kira kau akan bertanya tentang diriku yang terlihat seperti orang bodoh malam ini."

Itu bukan gumamam, tapi lebih ke isi hati kecil Takemichi yang ia ungkapan secara langsung. Perduli setan dengan gengsi, ia hanya ingin menyuarakan betapa sakitnya hati dan dirinya saat ini.

Terano memutar mata bosan, "Tidak tertarik. Hanya saja, aku sedikit menyayangkan karena si bodoh itu lebih memilih wanita itu ketimbang kau."

"Benar, dia memang bodoh. Menurutmu, siapa yang mempengaruhi Mikey?"

Mata Terano memincing sengit, "Hah? Kau kira aku tahu? Dan lagi, bagaimana bisa mereka tidak menyelidiki dulu tentang keluarga Akashi? Seingatku dulu, mereka pernah terlibat dengan kasus pengeboman distrik Shibuya tujuh tahun lalu."

"Benar, mereka—APA MAKSUDNYA?"

Takemichi menatap tidak percaya pada Terano, tujuh tahu yang lalu di distrik Shibuya? Pengeboman yang menyisakan luka bagi banyak orang dan juga Kakucho.

𝘛𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘮𝘶𝘯𝘨𝘬𝘪𝘯, Takemichi menggeleng liar. Ia meyakinkan dirinya jika itu semua tidak berhubungan, tapi akan jadi masuk akal jika Kaku ingin membalasnya. Tunggu, jadi semua ini telah direncanakan?

Kakucho teman semasa kecilnya, tidak mungkin yang menyarankan Mikey untuk membalas dendamnya, iya kan?
.
.
.
.
.

𝐊𝐚𝐥𝐢𝐚𝐧 𝐥𝐚𝐠𝐢 𝐚𝐩𝐚?
𝐒𝐞𝐦𝐨𝐠𝐚 𝐡𝐚𝐫𝐢 𝐤𝐚𝐥𝐢𝐚𝐧 𝐬𝐞𝐥𝐚𝐥𝐮 𝐛𝐚𝐢𝐤, 𝐣𝐚𝐮𝐡 𝐝𝐚𝐫𝐢 𝐩𝐞𝐫𝐚𝐬𝐚𝐚𝐧 𝐛𝐮𝐫𝐮𝐤 𝐚𝐭𝐚𝐮 𝐚𝐩𝐚𝐩𝐮𝐧 𝐢𝐭𝐮 💕

𝐉𝐢𝐤𝐚 𝐚𝐝𝐚 𝐭𝐲𝐩𝐨, 𝐦𝐨𝐡𝐨𝐧 𝐝𝐢𝐦𝐚𝐚𝐟𝐤𝐚𝐧. 𝐀𝐤𝐚𝐧 𝐝𝐢𝐩𝐞𝐫𝐛𝐚𝐢𝐤𝐢 𝐧𝐚𝐧𝐭𝐢, 𝐨𝐤𝐞...

𝐒𝐚𝐫𝐚𝐧 𝐝𝐚𝐧 𝐤𝐫𝐢𝐭𝐢𝐤 𝐝𝐢𝐩𝐞𝐫𝐬𝐢𝐥𝐚𝐡𝐤𝐚𝐧...

Wabi-Sabi [MAITAKE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang