Haechan bertatapan dengan seorang anak laki laki yang tidak sengaja menabrak nya itu karena sepertinya berlari terburu buru.
Dengan sekali lihat pun haechan tau, anak kecil itu baru saja habis menangis. Bukti dari bekas air mata di sekitar matanya. Atau mungkin justru akan kembali menangis?! Astaga.
"Hiks. I'm sorry, ii- was- aniya, aku sedang terburu buru. Hiks, jaeongmal mianhae."
"Aaa gwenchaannaa, jangan menangis okey? Nanti hyung belikan eskrim?" panik haechan dan disusul redaan tangis anak lelaki yang astaga, TAMPAN itu. Haechan sejenak spechlees.
"Daddy say, tidak boleh menerima pemberian orang asing. Mianhe.."
Ucap anak itu dengan wajah tertunduk nya yang sangat terlihat lucu. Astaga. Haechan gemasssss sekali."Benar sekali. Oleh sebab itu sekarang kita harus berkenalan. Nama ku haechan. Kamu bisa panggil aku, haechan hyung."
Anak kecil itu mendongak, dan menatap uluran tangan haechan ragu.
"Nama adik kecil siapa?" tanya haechan lagi masih dengan senyuman hangat khas nya.
"Jay. Jay lee." Ucap jay membalas menggenggam tangan hangat yang seolah menawarkan jay segalanya kecuali kesedihan. Jay sangat menyukai nya. Haechan benar benar berbeda dengan daddy.
Kring! Kring!
Haechan terus menatap ponsel jay yang berdering sepanjang mereka menyantap cone eskrim di taman kampus haechan.
Jay terlihat tak terganggu sama sekali. Dan haechan pun enggan merusak suasana hati anak lelaki yang tadi begitu sedih itu.
"Jay tadi kenapa berlari begitu? Kalau yang jay tabrak bukan aku melainkan tiang lampu atau parahnya kesrempet kendaraan bagaimana?"
Jay yang mulutnya belepotan eskrim pun mendongak menatap haechan. Astaga, haechan tertampar visual! Jay benar benar tampan!
"Daddy. I don't want to meet him. Karena itu aku langsung kabur saat pulang sekolah, agar tak pulang dengan daddy."
Mata haechan membulat sempurna. Astaga, dia dulu pulang tidak ada yang menjemput saja tangisan nya entah seberapa kencangnya.