06 - Lagi

976 157 5
                                    

"Sssh," ringis Hinata ketika merasakan sensasi dingin pada pipinya yang tadi ditampar oleh Shion. Dalam hati gadis itu merutuk, bersumpah akan membalas perilaku Shion yang kurang ajar terhadapnya.

"Sakit?" tanya Sasuke yang mengoleskan salep pada pipi gadis itu.

Hinata hanya menggeleng, enggan menunjukkan pada pemuda di depannya bahwa apa yang ia katakan itu benar.

"Aku tidak mengerti apa yang Namikaze lihat dari jalang murahan seperti Shion. Apakah mereka buta?"gerutu Sasuke sambil membereskan kotak P3K yang dia pinjam.

Hinata sendiri tidak menanggapi, hanya diam dan menatap Sasuke.

"Naruto harus tahu bagaimana kelakuan sepupunya itu padamu, Hinata."

"Sudahlah, Sasuke. Tidak ada gunanya, bagaimanapun juga, aku hanyalah orang asing yang kebetulan menjadi kekasihnya. Aku tidak ada apa-apanya jika dibandingkan Shion di mata Naru dan keluarganya."

Sasuke's POV.

Naruto itu bodoh.

Bagaimana bisa dia menyia-nyiakan Hinata yang jelas lebih berharga dibandingkan Shion? Bahkan orang asing pun bisa melihat dengan jelas bahwa Hinata lebih baik daripada Shion.

Namikaze dan segala kebodohannya. Cih,

Mereka tidak tahu saja kalau kelakuan gadis, oh maksudku wanita, itu yang sebenarnya. Bepergian ke klub malam, menghabiskan malam panas bersama pria-pria asing, belum lagi dengan sifatnya yang tempramen, mudah emosi dan manja itu.

Lihat saja Hinata, dia adalah definisi menantu idaman yang sesungguhnya. Dia cerdas, lemah lembut tapi dia juga tegas, pekerja keras, pintar mengurus rumah—masih banyak lagi sampai aku tidak bisa menyebutkan semuanya.

Sayang sekali mereka tidak bisa membedakan mana yang berlian asli dan mana yang palsu.

"Lalu kau hanya akan diam saja ketika Shion menindasmu seperti itu?"tanyaku.

",,,"

Sudah kuduga. Hinata pasti hanya akan diam jika seperti ini. Aku tahu betul segalanya tentang Hinata. Termasuk sikapnya yang selalu diam dan enggan mengadu pada Dobe karena tahu Dobe akan membela Shion.

"Kalau kau tidak akan melakukan apapun, maka biarkan aku yang mengatakan semuanya pada Dobe."

Sasuke's POV end.

Hinata's POV.

Mendengar Sasuke yang begitu membelaku bahkan ketika kekasihku sendiri tidak melakukannya membuatku ingin menangis. Kenapa harus orang lain dan bukan kekasihku sendiri yang mendukungku?

"Kau tidak perlu melakukan itu, Sasuke."

"Tidak. Aku akan melakukannya. Supaya Dobe itu sadar bahwa dia harusnya lebih mempercayaimu dibanding Shion."

Ya, aku harap juga begitu.

"Sudah kukatakan padamu, itu sia-sia."

Sasuke berjalan mendekatiku dan menumpukan satu kakinya di lantai sambil menatapku.

"Aku juga sudah bilang padamu, seharusnya kau jadi kekasihku saja. Lihat pipimu yang bengkak ini, Hinata. Aku bisa menjagamu lebih dari yang Dobe bisa lakukan untukmu."

Tangannya yang dingin menyentuh pipiku yang masih terasa kebas.

"Sampai kapan kau akan terus mengatakan lelucon itu, Sasuke?"

Dahi dan alisnya mengkerut, "Aku tidak pernah becanda, Hinata. Sudah kukatakan 'kan sejak dulu?"

Oh, Sasuke. Jika kau terus melakukan ini, aku akan goyah.

"Hinata, kau baik-baik saja?"

Aku dan Sasuke langsung menoleh pada sumber suara. Astaga, apakah dia melihat tindakan Sasuke barusan?

To Be Continued.

Eyo, telat update lagi (hehe)

Aku baru bisa nulis hari ini gara-gara dua hari lalu aku masih sibuk sama book report kuliah dan karya2 ilmiah kampret, jadi maaf ya kalau baru up sekarang 🙏

Semoga kalian suka sama chapter ini, jangan lupa vommentnya ya hehe

Stay safe, happy and healthy luv! 🙆‍♀️❤️

11 Desember 2022. 

[1] I Know What You Did Last Summer ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang