After Years : Sasuke

1.1K 144 15
                                    

Waktu masih menunjukkan pukul 10 pagi, tapi semua orang sibuk dengan tumpukan berkas bernilai jutaan dolar dan layar komputer berisi nominal dan tulisan yang memusingkan.

Mereka beranjak berdiri ketika melihat bahwa direktur mereka masuk, berjalan dengan angkuh dalam balutan jas mahalnya. Auranya sebagai seorang direktur menguar, wajahnya terlihat begitu tampan, seperti pahatan patung yunani meskipun gaya rambutnya yang sedikit aneh dan nyentrik.

"Selamat pagi, Pak Direktur." Ucap beberapa karyawan sambil membungkuk. Pria itu hanya melirik kemudian sedikit mengangguk, kembali berjalan menuju lift yang ada di depan sana mengabaikan para karyawan wanita yang memandang dirinya dengan tatapan memuja.

Salah satu karyawan bername tag Ino Yamanaka duduk dan menghela napas lega, "Kau lihat tadi? Dia begitu tampan!" ucapnya pada temannya—Tenten—yang hanya bisa menghela napas mendengarkan itu.

"Setiap hari kau bilang begitu, Ino."

"Ish, kau ini! Saat ada ciptaan Tuhan yang begitu sempurna di depan matamu, kau harus mengaguminya!" protes Ino. Ino sungguh tidak mengerti kenapa sahabatnya Tenten terlihat sangat-sangat tidak senang kalau dirinya mengungkit pembahasan tentang Sasuke, direktur perusahaan mereka.

"Ya, ya, terserah kau saja. Aku tidak peduli," kata Tenten lalu kembali melanjutkan pekerjaannya, membuat Ino mendengus kesal karena diabaikan begitu saja.

Dia pun kembali melanjutkan pekerjaannya, namun baru beberapa menit dia kembali berkata, "Tidakkah kau penasaran, apakah direktur kita sudah memiliki pasangan?"

"Hentikan, Ino!"

"Oke, oke, baiklah!"

___________________

Waktu makan siang telah tiba, Sasuke memutuskan untuk rehat sejenak dari tumpukan berkas-berkas yang memenuhi meja besarnya.

Dia menyandarkan tubuhnya pada kursi dan memejamkan matanya, dia merasa sangat lelah. Tatapannya beralih pada sebuah bingkai foto yang ada di samping papan namanya.

Foto itu adalah foto dirinya bersama Hinata saat mereka berada dalam satu kepanitiaan yang sama. Pikirannya melayang ke masa lalu ketika mereka sibuk mengurus persiapan ospek mahasiswa baru sampai-sampai tidak memiliki waktu untuk istirahat.

Setelah semuanya selesai, semua anggota berkumpul untuk melakukan foto bersama. Namun sebelum mereka semua pulang, Hinata memaksa Shikamaru—selaku tukang foto—untuk memfoto mereka berdua dalam balutan almamater biru langit. Hinata tersenyum begitu lebar, sementara Sasuke hanya tersenyum tipis yang terlihat sangat-sangat dipaksakan.

Hanya itu satu-satunya foto berdua yang ia miliki. Dia bukan orang yang suka berfoto, begitupun juga Hinata. Mereka jarang memfoto diri mereka masing-masing atau mengabadikan momen ketika mereka hanya berdua.

Mengingat hal itu membuat Sasuke tersenyum lembut, tapi di dalam hatinya pria itu merasa sakit.

Sampai sekarang dia tidak mengerti, kenapa Hinata memutuskan untuk pergi meninggalkannya. Hidupnya seolah tidak memiliki cahaya saat gadis itu pergi begitu saja dan meninggalkan semua kekacauan ini.

Sasuke sama sekali tidak menyalahkan Hinata, dia menyalahkan dirinya sendiri. Andai saja dia mampu menahan perasaannya, mungkin saja Hinata masih berada di sini, menikah dengan Naruto dan memiliki beberapa anak-anak yang menggemaskan.

Andai waktu bisa diputar, Sasuke akan rela dan ikhlas untuk memendam perasaannya dalam-dalam atau memilih dia yang pergi menjauhi Hinata, daripada gadis itu yang pergi dan ia sama sekali tidak tahu dimana keberadaannya.

Bertahun-tahun Sasuke mencoba mencari gadisnya, tapi Hinata begitu pintar memainkan perannya sebagai seseorang yang bersembunyi. Dia meminta Ayahnya dan Hyuga untuk menutupi semuanya rapat-rapat dan membuatnya kesulitan mencari Hinata.

Dia masih ingat saat dirinya menerima surat dari tangan Hiashi Hyuga. Sasuke menahan diri untuk tak langsung membaca surat itu, firasatnya buruk.

Maka setelah mengantarkan surat yang ditujukan untuk Naruto, Sasuke bergegas menuju mansion rumahnya ditemani dengan Suigetsu sebagai supirnya.

Karena tak lagi mampu menahan rasa penasarannya, Sasuke memutuskan untuk membuka surat itu. Rasa sedih, marah, dan kecewa bercampur aduk menjadi satu setelah membaca surat dari Hinata.

Bagaimana bisa? Bagaimana bisa Hinata tega meninggalkannya setelah membuatnya jatuh cinta begitu dalam?

Begitu sampai di rumah, Sasuke tak lagi bisa menahan emosinya. Dia abaikan teriakan dari Ibunya yang sarat akan kekhawatiran, Sasuke butuh pelampiasan dan berakhir dengan menghancurkan seisi kamarnya.

Hidupnya seketike terasa hampa, dia sama sekali tidak ingin hidup lagi jika Hinata tidak ada di sisinya.

Sasuke tidak mau makan, minum, atau melakukan apapun selain melamun dan terkadang kembali mengamuk. Tak jarang ia melakukan percobaan bunuh diri yang membuatnya harus diberi suntikan penenang oleh keluarganya.

Keluarganya sudah menyerah, tidak tahu apa lagi yang harus mereka lakukan untuk membuat Sasuke kembali. Pilihan terakhir yang mereka punya hanyalah meminta Hiashi Hyuga untuk memberikan putra mereka kesempatan satu kali lagi untuk bertemu dengan Hinata.

Hiashi menolak, tentu saja. Tapi pria itu juga mengirimkan sebuah surat berisikan foto Hinata yang sedang berkebun dengan rambut panjang terikat rendah di sebuah taman.

Hiashi tidak banyak bicara, dia hanya menuliskan beberapa kalimat, 'Sebaiknya kau menjalani hidupmu dengan baik, aku tidak mau memiliki menantu pengangguran atau bahkan gila.'

Berkat itu, Sasuke mau menjalani hidupnya lagi. Perlahan-lahan dia kembali ke kampus untuk meneruskan perkuliahannya yang sebenarnya hanya tinggal sidang skripsi.

Setelah itu, Sasuke belajar mengurus perusahaannya dibantu oleh Itachi dan Fugaku. Mungkin karena bakat, atau memang seluruh keturunan Uchiha itu luar biasa, pria itu mampu membawa perusahaannya menjadi perusahaan dengan penghasilan tertinggi setiap tahunnya.

Sasuke bersyukur karena Hiashi setidaknya mau memberikan foto Hinata walaupun tidak memberi tahu dimana keberadaan gadis itu, setidaknya Sasuke tahu kalau gadisnya hidup baik-baik saja. Kadang jika ia rindu, dia bisa tidur dengan memeluk figura berisi foto Hinata di pelukannya.

"Permisi Pak, para dewan direksi sudah menunggu Anda di ruang rapat."

Suara itu membuat Sasuke tersadar dari lamunannya tentang Hinata, pria itu pun berdiri dan melangkahkan kakinya keluar dari ruangannya.

Untuk saat ini, biarlah semuanya tetap seperti ini sampai Hinata siap untuk kembali ke pelukannya lagi. Tidak ada yang tahu pasti kapan itu akan terjadi, tapi Sasuke akan menunggu waktu itu untuk tiba.

To Be Continued.

KEMARIN AKU LUPA NGETIK WKWKWK MAKANYA GA UPDATE 😭🙏

hari ini dah inget langsung ngetik ges ntar malem insyallah yang punyanya Hinata juga kupublish. Maaf ya hehehehe

Btw abang sasuke kasian yah, nunggu ayangnya yang lagi main petak umpet sampe bertahun-tahun lagi :(

Yah, semoga Hinata terketuk hatinya untuk kembali.

Terimakasih sudah membaca sayang-sayangku 💖

[1] I Know What You Did Last Summer ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang