16 - Egois

820 129 15
                                    

"Kau sedang memikirkan apa?"

Kecupan di bahunya membuat Hinata langsung tersadar dari lamunannya. Ia hanya tersenyum dan menggeleng.

Tapi bahunya justru dicengkram dan dihadapkan pada pria berambut hitam itu, "Katakan padaku."

"Aku rasa sudah seharusnya kita berhenti, Sasuke."

Sasuke mendengkus, "Aku tidak mengerti apa maksudmu."

Hinata melepas cengkraman di bahunya dan menggenggam tangan Sasuke.

"Kita harus mengakhiri hubungan ini, Sasuke. Aku tidak sanggup lagi. Naruto sudah melamarku dan aku-".

Sasuke memegang tangan mungil wanita itu. "Terlambat, Hinata. Kita sudah jatuh terlalu dalam."

Hinata hanya mampu menghela napas beratnya, apa yang harus ia lakukan untuk membebaskan mereka dari lingkaran setan ini?

Mereka tahu, kalau hubungan mereka jelas salah. Hubungan mereka tidak akan pernah termaafkan oleh siapapun yang mengetahuinya.

Tapi apa yang Sasuke katakan sepenuhnya benar, mereka terlambat. Mereka sudah jatuh terlalu dalam sampai mereka tak tahu lagi bagaimana caranya untuk kembali ke permukaan.

Apabila Naruto sampai mengetahui ini, dia tidak bisa membayangkan bagaimana perasaan pria itu. Naruto adalah orang yang baik, dan Hinata merasa begitu jahat karena mengkhianati cinta tulus yang pria itu berikan.

Bagaimanapun, sebelum pernikahan terjadi, hubungannya dengan Sasuke harus berakhir, Hinata hanya tinggal memikirkan cara apa yang mampu membuatnya lepas dari cengkraman bungsu Uchiha itu.

Benar. Kemarin malam, Hinata memutuskan untuk menerima lamaran kekasihnya. Itu terjadi begitu cepat, menikah dengan Naruto, adalah sebuah impiannya sejak lama mereka berpacaran. Ketika kesempatan itu datang, maka Hinata tidak akan menolaknya.

Hinata tahu dia egois, menerima lamaran dari seseorang namun begitu malam tiba dia menghabiskan malam bersama pria lain. Semua wanita yang melihat ini mungkin akan memakinya dengan sebutan jalang tak tahu diri.

Ya, Hinata tahu itu dan dia tidak peduli.

____________________

Di sisi lain, bukannya Sasuke tidak marah atau keputusan yang Hinata ambil, melainkan dia juga tidak punya pilihan lain. Dari awal, Sasuke hanya ingin memiliki Hinata, walaupun dari luar Hinata terlihat menjadi milik Naruto, namun dibalik itu semua hanya Tuhan dan mereka berdua yang tau bahwa Hinata adalah miliknya seutuhnya.

Lagipula, mencoba memberi tahu Naruto sama saja dengan bunuh diri. Mereka akan bertengkar hebat, memukul satu sama lain hingga salah satu dari mereka mungkin mati. Belum lagi jika Hinata marah dan kecewa padanya karena keputusannya yang gegabah.

Sasuke tidak mau itu terjadi. Orang lain mungkin berkata bahwa Sasuke adalah orang yang bodoh, terlalu buta akan cinta Hinata yang dia sendiri tahu kalau itu terbagi menjadi dua.

Dia tahu kalau tanpa sadar Hinata telah mempermainkannya, memonopoli kehidupannya, seluruh dunianya hanya berporos pada Hinata, Hinata dan Hinata.

Hanya Hinata.

Ini bukan sepenuhnya kesalahan Hinata, karena dirinyalah yang sejak awal nekat mengungkapkan perasaannya padahal dia tahu kalau Hinata adalah kekasih dari sahabatnya sendiri.

Oh Ya Tuhan, mendengar kalimat sahabatnya sendiri membuat sudut hati Sasuke tercubit. Bagaimana dia bisa lupa? Dirinya dan Naruto sudah bersahabat sejak lama, sejak mereka kecil, dan sekarang ia rasa hubungan pertemanannya akan segera berakhir.

Ya, Sasuke tahu itu akan terjadi nanti namun dia tidak peduli.

____________________

Naruto tahu ada yang aneh di antara Sasuke dan Hinata sejak dia pulang dari Amerika, tapi dia tidak tahu apa itu. Entahlah, perasaannya mengatakan ada sesuatu yang disembunyikan darinya dan Naruto rasa itu bukan hal yang baik.

Sebenarnya muncul sebuah dugaan dari dirinya, tapi Naruto terus pemikiran itu jauh-jauh karena dia pikir itu mustahil.

"Tidak, tidak, tidak mungkin mereka berdua begitu kan?" monolognya ketika dia duduk di ruang tamu apartemennya sambil menatap langit-langit.

Pikirannya kembali menerawang ke masa lalu, Naruto sering kali memergoki Sasuke menatap Hinata begitu intens. Sasuke mampu menghabiskan bermenit-menit tapi berkedip jika yang ia lihat adalah Hinata.

Naruto juga sadar bahwa Sasuke dan Hinata menjadi akrab dengan begitu mudahnya. Seharusnya itu menjadi hal yang bagus, mengingat keduanya adalah orang yang paling penting dan orang yang paling ia sayangi. Tapi, baru-baru ini Naruto sadar bahwa ada yang janggal.

Sebelumnya meskipun Naruto mengenalkan beberapa teman perempuannya kepada Sasuke, pria itu cenderung menjauh dan sangat menutup diri bahkan tak jarang mengucapkan kalimat menyakitkan yang membuat semua temannya tidak nyaman.

Namun dengan Hinata, Sasuke bisa menjadi orang yang sangat cerewet, pria itu bersikap di luar karakternya yang biasa dan awalnya Naruto pikir itu hanya sekedar kebetulan atau karena Sasuke menganggap Hinata adalah orang yang sama sepertinya, pendiam dan suka ketenangan.

Walaupun lamarannya diterima oleh gadis pujaannya, Naruto sekilas melihat ekspresi panik dan cemas di wajah Hinata dan dia tidak tahu apa penyebabnya.

"Pasti ada sesuatu yang aneh," gumamnya. Instingnya mengatakan dia harus mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi sebelum semuanya terlambat.

Ya, Naruto tahu ada yang aneh dan dia memutuskan untuk peduli.

Tangannya meraih handphonenya, mengetik beberapa angka nomor seseorang sebelum telpon itu diangkat.

"Halo?"

"Tolong aku, aku butuh bantuanmu."

"Hoaam~ malas~"

"Ayolah, Shikamaru! Hanya kau yang bisa membantuku!"

"Ck, ya, ya, baiklah."

"Nah, jadi bisakah kau-bla bla bla...."

To Be Continued.

Yuhuu! Mendekati puncak dari segalanya 🤌

jujur dari dalam hati, aku gak sabar pengen namatin cerita ini huehuehue 😌

Aku juga mau tanya dong, menurut kalian, karakter dari Naruto, Hinata sama Sasuke itu gimanasih? Jujur ya dari sudut pandang kalian masing-masing, aku tunggu komennya.

Makasih udah baca chapter ini, semoga suka dan stay happy and healthy! 💖💖💖

29 Juni 2022

[1] I Know What You Did Last Summer ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang