07 - Bertengkar

1K 149 5
                                    

"Hinata? Kau baik-baik saja?"

Di sana, Naruto berdiri dan menatap kekasihnya khawatir. Sasuke langsung berdiri, menyingkir dari hadapan Hinata.

Naruto berjalan mendekati Hinata, ekspresi cemas terlihat jelas di wajahnya. "Apa yang baru saja terjadi? Kudengar kau bertengkar dengan Shion?"

Naruto menyentuh pipi Hinata, hatinya sedikit tercubit ketika melihat pipi gembil yang biasanya memerah karena merona sekarang berubah menjadi memerah karena ditampar.

"Aku tidak apa-apa, Naru."

"Apa maksudmu? Lihat pipimu yang memerah ini? Astaga, sayang! Maafkan aku karena tidak ada di sisimu waktu hal ini terjadi, Hinata."

Sasuke mendengkus, tidak suka melihat keduanya bermesraan.

"Kau harus urus sepupumu itu, Dobe. Dia baru saja mempermalukan kekasihmu di depan umum."

Naruto mendengar apa yang sahabatnya itu ucapkan, tapi dia tidak tahu harus merespon apa.

"Ck, kau memang tidak bisa diharapkan,"sinis Sasuke kemudian dia pergi keluar.

Naruto mengelus puncak kepala Hinata, "Maaf ya Hinata. Aku memang bukan kekasih yang baik untukmu. Kau tenang saja, aku akan mengatakan pada Shion untuk berhenti menganggumu, ya?"

Hinata menggeleng, "Aku tidak peduli pada Shion. Aku hanya ingin kau lebih sering berada di sisiku, Naru. Bisakah?"

"Aku...."

"Tidak bisa, ya? Ya sudah kalau begitu," balas Hinata sambil tersenyum. Memang dia tersenyum, tapi di dalam hatinya dia merasa kecewa. Hinata membutuhkan Naruto ketika keluarga bahkan sepupu kekasihnya itu membuatnya merasa sangat tidak diinginkan.

Hanya Naruto yang mampu menenangkannya, dia butuh Naruto untuk mengetahui bahwa dia berarti di hidup pemuda itu.

"Bukan begitu, Hinata. Kau tahu kan kalau aku—"

"Ya. Aku tahu, kau tidak akan bisa melawan permintaan Shion ataupun keluargamu itu. Kalaupun keluargamu tahu tentang apa yang terjadi hari ini, mereka tetap akan membelanya."

"Hinata—"

"Sampai kapan, hubungan kita akan terus seperti ini? Aku pikir setelah kita bersama bertahun-tahun, aku menjadi orang penting di hidupmu."

"Kau penting, kau berarti untukku, sayang."

"Aku lelah, Naru. Apa kau tidak merasakan hal itu?"

Firasatnya menjadi buruk ketika mendengar Hinata berkata bahwa dia lelah. Hanya satu kemungkinan yang terlintas di pikiran Naruto saat itu.

"Jangan, Hinata—"

"Bagaimana kalau kita berpisah untuk sementara ini?"

Tidak.

"Tidak, Hinata. Dengarkan aku dulu—"

"Apa lagi yang harus kudengarkan?! Sudah terlalu banyak hal yang kudengarkan dan itu hanya membuat hatiku semakin sakit, Naruto!"

"Jangan seperti ini, Hinata. Kau tidak berpikir jernih saat ini!"

"Untuk apa hubungan ini bertahan jika kita selalu seperti ini, kau selalu sibuk bersama Shion, keluargamu, pekerjaanmu, kau melupakanku. Kau tidak ingat bahwa ada aku yang selalu menantimu di sini, aku...kesepian, Naruto. Apakah kau sudah tidak menginginkanku lagi? Kenapa kau melakukan ini padaku? Kenapa—"

"AKU HANYA MENCINTAIMU, HINATA!"

Racauan Hinata yang begitu panjang langsung berhenti ketika mendengar empat kata yang sudah lama sekali ia rindukan.

Bahunya langsung bergetar, dia menangis.

"Dengar, sampai kapanpun, walaupun keluargaku tidak menginginkanmu, aku akan tetap bersamamu. Hm? Jauhkan semua pikiran buruk dari kepalamu yang cantik ini, sayang."

"A-aku, juga mencintaimu, Naru. Hiks! Aku hanya ingin kau lebih sering bersamaku daripada Shion, hatiku sa-sakit ketika melihat kau terus bersama dengannya."

"Ssst, jangan menangis, Hinata. Baiklah, aku berjanji, aku akan lebih sering menghabiskan waktu bersamamu, hmm?"

Hinata menatap Naruto dengan matanya yang masih berair, "Kau berjanji?"

Naruto mengangguk, lalu membawa Hinata ke dalam pelukannya. Pemuda itu mencium puncak kepala Hinata sayang, "Aku mencintaimu, Hinata."

"Hm, aku juga, Naru."

To Be Continued.

Drama bgt ga si ini chapter 🥺 tapi kalo ga gini ga bakalan jadi huhu

Semoga suka ya, hehe. Makasih udah mampir! 💞

Stay happy, healthy, and have a g'day!

13 Januari 2022.

[1] I Know What You Did Last Summer ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang