01 > Paksaan

9.4K 417 17
                                    

"APA?!" Teriak pemuda manis berambut coklat yang merupakan anak semata wayang si pengusaha. Alasan yang cukup klise, anaknya tidak ingin kuliah.

Sang ayah memijat pelan pelipisnya. Lelah dengan putra semata wayangnya itu karna sulit sekali dibujuk.

"Gak. Gak mau dan gak akan." Tegas si anak lalu meninggalkan ruang kerja sang ayah.

Membanting pintu dengan keras hingga menyebabkan debuman keras yang bahkan membuat sang ayah terkejut.

Sang ayah sendiri tidak menyangka putranya semarah ini.

Putranya, sebut saja Na Jaemin itu berjalan dengan kesal sembari menghentakkan kakinya. Dia sangat tidak ingin kuliah tapi sang ayah justru terus memaksanya. Menyebalkan.

Jaemin kemudian menyambar jaket hitam preman nya lalu keluar dari rumah menggunakan motor merah kesayangannya.

Pemuda yang baru lulus SMA itu melajukan motornya menuju klub malam yang biasa ia kunjungi bersama teman-temannya dulu.

Ada janji saat ini dan dirinya membutuhkan hiburan walau sekedar minum.

Jaemin terkenal dengan kelakuan premanisme nya bersama sahabatnya yaitu Huang Renjun saat sekolah dulu. Mereka berdua adalah yang terparah dari circle mereka.

Jika ditanya seberapa berandalan si pemuda Na ini, jangan terkejut kalau dia merayakan kelulusan dengan pergi ke klub dan menghabiskan hampir sepuluh juta won hanya untuk semalam bersama teman-temannya.

Selain itu, Jaemin selalu membolos dan bersikap santai seolah tak ada apapun yang terjadi. Jaemin juga memakai seragam dengan pilok yang menghiasi pucuknya.

Rambut yang ia warnai berulang kali, dan juga sepatunya yang selalu melanggar ketertiban sekolah. Jaemin adalah anak bandel yang sulit diatur dan akhirnya kau yang akan mengangkat tangan menghadapi bocah itu.

Hari sudah gelap, Jaemin tetap menarik gas kendaraan bermotornya dengan dalam dan penuh. Dirinya ingin pergi ke klub bersama teman-temannya yang sudah sampai di sana.

Jaemin memarkirkan motornya kemudian membuka pintu tempat laknat tersebut dengan kasar. Toh, juga mereka tak dengar karna musik mengalun dengan keras menyebabkan mereka asik berjoget sana sini dengan gaya yang menggoda.

Jaemin mengabaikan orang-orang mabuk aneh itu dan obsidian nya mengedar mencari letak teman-temannya berada.

Setelah menemukan objek yang ia cari, dirinya berjalan ke arah tersebut lalu mendudukkan tubuhnya di sofa berwarna merah terang di sebelah Haechan.

"Ngapain dah ini anak?" Tanya Hanjis yang membuat Jaemin hanya melirik. Sekilas dan sedetik.

Renjun terkekeh lalu menyalakan rokok yang sudah ia genggam semenjak Jaemin datang. Renjun menghisapnya lalu mengepulkan asap putih tersebut ke udara bebas.

"Kenapa lo?" Jaemin kini menghadap ke Renjun yang berada di depannya.

"Gue dipaksa kuliah." Gotcha! Tebakan Renjun benar. Jaemin paling benci belajar terlebih dia sudah menghabiskan dua belas tahun lamanya untuk belajar.

Jaemin mana mungkin mau belajar. Dia tidak peduli dengan resiko dia tak bekerja atau tak berpendidikan. Jaemin benar-benar sebenci itu.

Renjun tertawa renyah lalu menatap sahabatnya itu.

"Woi!" Teriak seseorang dan dua orang dibelakangnya dengan setelan urakan khas nya. Teman sekolah Jaemin tentu saja.

"Widihh, tumben lo dateng telat?" Kata Renjun sembari bertos ria ala mereka.

"Set dah, tadi gue hampir nabrak orang." Kata Hyunjin dengan memutarkan bola matanya.

Pemuda berkulit gelap itu meminum wine Renjun dan kini si pemilik minuman melotot tak terima.

"Anjing." Ucapnya sambil merebut gelas kaca tersebut dan membuat Haechan menatapnya jengah.

"Dikit doang."

"Mahal goblok." Renjun memukul kepala Haechan dan membuat korban mengaduh keras menyebabkan semua orang disana tertawa dengan kelakuan mereka.

"Tuh, kenapa?" Matanya melirik Jaemin yang daritadi diam menekuk wajahnya. Renjun menyesap rokoknya lalu menatap balik Hyunjin.

"Dipaksa kuliah, padahal kalo mau bareng gue." Jaemin kini menoleh pada Renjun.

"Kenapa?" Tanya Jaemin dengan alis terangkat dan membuat Renjun terdiam sambil mengepulkan asap putih rokoknya.

"Suruhan suami gue." Kini giliran teman-teman Renjun yang terdiam setelah mendengar penuturan temannya itu.

"APA?!" Teriak teman-temannya yang bahkan tak mengubah raut wajah Renjun sedikitpun.

"WTF, SUAMI?!" Jaemin berteriak di depan Renjun dan membuat decakan keluar dari belah bibir pemuda mungil tersebut.

"Ck, biasa aja kali." Santainya yang kini mendapat tatapan tajam dari seluruh orang di meja bundar besar berwarna hitam itu.

"Biasa? Bangsat lo Ren, rahasia segede ini lo gak kasih tau kita? Ck ck, temen macem apa lo." Ketus Haechan sembari bersedekap dada dan menatap pemuda tan itu tak kalah datar.

"Lo semua ember, jadi gue kasih tau kalian pas udah lulus aja. Lagian gue nikah dari kelas sebelas." Semuanya kembali tercengang dengan fakta yang baru saja dibeberkan pemuda cantik dan manis itu.

"Bukannya lo waktu itu masih sama Guanlin?" Tanya Felix yang membuat Renjun sedikit tersenyum tipis jika mengingat seniornya dulu.

"Ya gue selesai pas gue dijodohin." Jawabnya sambil menyesap tembakau yang tersemat di jarinya.

"Suami gue dosen di salah satu kampus besar, lo mending kuliah bareng gue aja biar ada temen." Kata Renjun kepada pemuda Na yang membuat Jaemin berpikir.

"Oke, gue akan bilang ke papa." Ujarnya yang membuat semua orang di meja tersebut berdecak malas.

Jaemin dan Renjun belum menyudahi aksi premanisme nya.

No, Sir [Nomin]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang