07 > Mama dan kebiasaan Jeno

3.1K 263 7
                                    

Jam sudah menunjukkan pukul 5 sore, tapi Jaemin masih terlelap dalam tidurnya. Dirinya tengah bermimpi menjadi penguasa dunia dan bisa membeli apa saja. Katakanlah Jaemin aneh yang ingin menjadi penguasa tapi tak mau berusaha.

KRING!!

Bruk.

Gedebug!

"ANJING!"

Slrupp..

Jaemin lupa jika dia menyetel jam nya pukul lima lebih lima belas menit. Hingga dirinya yang sudah tertidur di pinggir ranjang harus terjatuh menimpa guling yang sudah lebih dulu meluncur ke lantai.

Jaemin menyedot liurnya saat dirinya berada di atas gulingnya dan kepalanya terkena buntalan yang terbalut kain itu. Guling yang ia gunakan cukup keras omong-omong!

Teriakannya itu spontan karna kepalanya terantuk guling keras kesayangannya itu. Sakit dan membuatnya langsung tersadar dari mimpinya.

Padahal ia sedang bermimpi kalau kedua dosen sialan nya itu berlutut di bawah singgasana nya.

"BANGSAT JAM LIMA?!" Dengan segera Jaemin berlari ke kamar mandi karna teringat perintah Jeno tadi pagi. Sial, dosennya itu seperti membuat neraka VVIP untuk Jaemin.

Jaemin yang sudah selesai mandi kini mengedarkan pandangannya ke sekeliling. Bangsat, handuknya dimana?!

Jaemin mengintip dari balik pintu, takut-takut ada yang mengintip nya setelah mandi dan badan polosnya yang tak tertutup sehelai kain pun. Memalukan, kenapa dia harus melupakan kain putih persegi panjang itu sih?!

Dengan cepat dirinya berlari menuju gantungan yang menggantungkan handuk miliknya di gagang benda coklat tersebut.

Dia mengelap seluruh badannya lalu mengobrak-abrik isi lemarinya- yang tanpa diobrak-abrik pun sudah terlihat berantakan- itu dengan cepat.

"ASTAGA JAEMIN?!!!" Jaemin mematung lalu melihat kebelakang. Sang ibu yang melihat tubuh telanjang anaknya itu berbalik dan menutup matanya.

"Eh?" Jaemin dengan segera menggunakan pakaian dengan asal lalu menatap ibunya dengan cengiran bodohnya.

"Kamu kok pake baju disini, lupa bawa baju pas mandi?!" Tanya ibu dengan nada kesal dan menyedekapkan tangannya ke dada.

"Hehe, buru-buru ma." Sang ibu menaikkan alisnya.

"Mau kemana kamu sore-sore gini? Kumpul sama temen-temen mu yang urakan itu?" Jaemin langsung melotot dan tergagap.

"Eng-enggak ma! I-itu anu mau ke rumah dosen." Jawabnya dengan menunduk karna sungguh, ibunya sangat menyeramkan sekarang.

Jaemin tidak takut pada ibunya, tapi dia khawatir akan diberi hukuman juga oleh wanita itu.

"Beneran?" Tanya sang ibu yang kurang yakin dengan jawaban si anak. Tapi Jaemin segera mendongak dan mengangguk cepat.

Wanita itu lantas tersenyum dan mendekati anak kesayangannya. Membelai surai coklat Jaemin lalu menatap anaknya yang lebih tinggi darinya.

Pikirannya tertuju pada Jaemin saat masih kecil dan bahkan hanya mempunyai tinggi setara dengan lututnya. Saat Jaemin berusia 4 tahun dan sekolah tadika.

Drtt Drrttt

Ponsel Jaemin yang berada di ranjang bergetar dan menampilkan kontak seseorang.

Jenouuu bangsat Lee >/3

Jaemin lantas mengambil barang pipih tersebut lalu menggeser tombol hijau untuk menerima panggilan tersebut. Memang dosennya ini bar-bar sekali, kenapa telfon jika chat saja sudah masuk ke lock screen Jaemin.

No, Sir [Nomin]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang