11 > Frustasi

2.8K 262 5
                                    

Selepas kejadian dimana 'mertua' Jeno itu datang ke rumah si dosen, Jaemin menjauhi mereka. Jeno dan Renjun.

Setiap acara berkumpul bersama teman-teman pun, Jaemin tidak ikut karna alasan yang berbeda-beda setiap kalinya.

Mulai dari acara keluarga, menghadiri pesta kolega ayahnya, menemani ibunya berbelanja, belajar dengan dosen, mendapatkan hukuman, dan banyak lagi.

Teman-teman Jaemin awalnya curiga dengan pemuda Na ini. Jaemin tidak seperti ini sebelumnya dan selalu meluangkan waktunya bersama teman-temannya.

Jaemin seperti kesal pada salah satu di antara mereka.

Pemuda bersurai coklat itu baru saja selesai memanjakan tubuhnya dengan berendam di bath up apartemen nya. Niatnya ingin menjernihkan pikirannya dan melepas semua bebannya walaupun itu masih bersifat sementara.

Jaemin menatap ponselnya yang menyala. Membuat aplikasi chatting miliknya dan menatap kontak Jeno.

Ka Jen
21 unread massage, 8 misscall...

Jaemin membiarkannya. Membiarkan pesan dan telepon Jeno dari kemarin.

Jika Jeno sudah menikah, lalu apa yang dikatakan Jeno selama ini? Apakah hanya sebuah bualan untuk menghibur Jaemin? Sungguh, apakah wajah Jaemin terlihat memelas meminta jawaban yang sama pada sang dosen itu?

Jaemin tak pernah mengharapkan kata-katanya dibalas sama dengan Jeno. Dia hanya mengungkapkan isi hatinya yang merasa selalu berdebar dan aneh ketika bersama pria itu.

Jaemin tidak menyangka dosennya itu akan menyembunyikan fakta besar dan seolah menjadikan pemuda Na ini sebagai tersangka karena berani merebut Lee Jeno dari Huang Renjun.

Oh tidak, Lee Renjun.

Dia sebenarnya hanya ingin menjernihkan pikirannya dari kedua oknum yang dekat dengannya itu. Jaemin tidak membenci sang sahabat, dirinya hanya belum sepenuhnya mencerna apa yang dikatakan ibu Renjun atau mertua Jeno kemarin sore.

Kemarin juga Jaemin dengan cepat mengambil tas dan kunci motornya. Melenggang pergi menjauhi kediaman sang dosen yang membuatnya sampai terbawa perasaan.

Juga, Jaemin sempat menangis karena kisah cintanya berakhir buruk. Buruk dan sangat miris. Kenapa cinta pertamanya harus berjalan seperti ini?

Padahal Jaemin ingin cerita cintanya seperti pada novel-novel terkenal, dimana banyak adegan romantis dan sering berkencan. Namun, yang dialami Jaemin justru berbanding terbalik.

Alih-alih seperti novel, kisahnya justru seperti coret-coretan yang rumit dan berantakan. Semuanya.

Jaemin menghembuskan nafasnya sambil memejamkan matanya. Semua ini membuat Jaemin muak dan ingin melampiaskan rasa emosinya yang membumbung tinggi pada siapa saja. Tapi dirinya tidak akan berbuat apa yang otaknya muat.

Jaemin belajar dari Jeno kalau,

"Tutup matamu, hembuskan nafas sampai emosi mu sedikit berkurang lalu pukul guling atau bantal, anggap mereka musuh kamu dan lampiaskan semuanya pada benda itu. Kalau kamu melampiaskannya pada benda keras atau orang lain, takutnya kamu malah terkena masalah dan malah membuat kamu hilang kendali."

Sialan.

Pikiran sang dosen terus terputar di otaknya. Jaemin menghembuskan nafasnya. Matanya beralih pada bantal di sebelahnya. Jaemin tidak berniat memukulnya, dia tidak ingin menuruti ucapan si dosen itu lagi walaupun hatinya terus memerintahkan tangannya mendaratkan pukulan di gumpalan kapuk itu.

Jaemin mengalihkan pandangan, matanya menangkap kunci mobil yang sudah lama tak ia gunakan. Ah, dia jadi merindukan balapan bersama Felix.

Dirinya akan melakukan hal yang dia pernah lakukan dulu.

No, Sir [Nomin]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang