03 > Hari pertama

3.6K 302 6
                                    

Hari pertama masuk kuliah, Renjun, Jaemin beserta geng mereka memasuki area kampus dan melaksanakan kegiatan menjemur para mahasiswa di bawah matahari pagi.

Keenam pemuda yang saling berjejer itu memutar matanya jengah saat ditempatkan di bawah sinar matahari pagi yang panas ditambah celotehan yang sama saja tidak mereka laksanakan.

Hey, walaupun ini matahari pagi, suhunya tentu sangat panas!

Dan siapa yang berceloteh hampir satu setengah jam di depan para mahasiswa dengan mic yang ia pegang?!

Apa ia tidak tau Jaemin dan geng nya yang emosional dan tidak sabaran?!

Hingga akhirnya setelah dua jam lebih delapan belas menit, orang tersebut menyudahi acara pidatonya dan membuat Jaemin bersama teman-temannya berucap banyak syukur dalam hatinya.

Semua mahasiswa dibubarkan dan diistirahatkan. Jaemin dan para temannya kini berada di kantin umum tepatnya di fakultas yang diambil Felix, hukum.

"Lama amat anjing itu pak tua, bosen sama panas kuping gue dengerin bacotan tu orang." Kesal Hyunjin sambil melempar kulit kacang ke sembarang arah.

"Nah, eneg gue liat mukanya bangsat." Tambah Haechan yang menyambar es teh di depannya.

"Mulutnya lemes banget buset dua jam kaga berhenti ngoceh tu bapak." Hanjis kini ikut meluapkan rasa kesalnya.

Mereka membicarakan hal random hingga tak menyadari jika bel masuk berbunyi sepuluh menit yang lalu.

Kantin yang mereka tempati kini hanya tersisa keenam serangkai itu yang masih asik bercanda tawa juga menjahili satu sama lain.

Tapi tak lama, satu gebrakan keras mendarat di meja mereka.

"Sudah dengar bel?" Kata nya yang memakai pakaian lengkap dan terlihat seperti dosen itu dengan nada dingin.

Tapi keenam oknum tersebut tentu tak terpengaruh sedikitpun oleh aura si dosen.

"Ck, hari pertama pak, masa udah ada jam." Protes Haechan yang dihadiahi tatapan tajam dari dosen berwajah garang tersebut.

"Kamu tidak lihat pengumuman di mading sebelum apel pagi dimulai?" Haechan mengetuk-ngetuk dagunya. Berpura-pura berpikir padahal ia tidak membacanya, melirik saja tidak berminat.

"Gak, eneg liat tulisan." Ungkap Haechan yang membuat si dosen menaikkan sebelah alisnya. Bingung dengan perilaku anak di depannya yang begitu berani pada dosen disini.

"Saya tidak mau tau. Kalian balik ke ruangan atau saya suruh membersihkan semua gedung selama sebulan tanpa terkecuali."

Semua mahasiswa baru tersebut melotot tak terima dan membuat Hyunjin melayangkan protes. Tapi baru saja membuka mulut sang dosen lebih dulu menyela.

"Protes artinya ditambah satu bulan." Mendengar itu sontak membuat mereka berlalu dari meja kantin dan menuju ke kelasnya.

"Sialan." Umpat salah seorang dari keenam pemuda itu dan membuatnya tersenyum tipis.

Akhirnya enam pemuda tersebut mau tak mau menyudahi acara nongkrongnya dan kembali ke fakultas masing-masing dengan wajah kesal.

Si dosen yang diam itu akhirnya membatin.

'Usaha yang bagus, Mark Lee.'

- - -

Renjun dan Jaemin berjalan menuju fakultas manajement. Sedikit jauh dari fakultas hukum yang ditempati Felix karna terpisah dengan fakultas ekonomi dan kedokteran.

Jaemin dan Renjun satu fakultas. Mereka seperti tak terpisahkan sampai kapanpun semenjak SMA dulu.

Jaemin dan Renjun berjalan sembari mengumpati dosen yang memarahi dan pak tua yang berceloteh tadi pagi. Hey, mereka bahkan hanya beristirahat sepuluh menit?!

"Bajingan, mana jaraknya jauh lagi." Umpat si pemuda Na itu dengan wajah kesalnya di koridor kampus.

Jika bertanya dimana Renjun, pemuda itu lebih dulu memasuki kelasnya. Mereka memang tak terpisahkan, tapi mereka dipisah dengan kelas yang berbeda.

Jaemin yang merasa kesal kini menendang udara di depannya. Menyebalkan. Kenapa hidupnya semenyebalkan ini?!

Jaemin yang sedari tadi berjalan menunduk dengan segala umpatan-umpatan yang terlontar, kini malah menabrak dada seseorang.

Bruk.

"Bangsat." Pekik nya ketika dirinya sedikit terhuyung ke belakang akibat tabrakan tersebut.

Jaemin mengusap dahinya lalu mendongak. Terdapat pemandangan sosok gagah dengan kemeja biru muda dan jas hitam. Juga jangan lupakan rambut coklat madu nya yang membuat Jaemin sempat terdiam menikmati pahatan Tuhan yang tersuguh di depannya.

"Kenapa tidak masuk ke kelasmu? Kamu membaca mading kan tadi?" Tanya dosen di depannya yabg membuat Jaemin menggeleng cepat dan sadar dengan dunianya.

Jaemin kembali menetralkan wajahnya lalu menatap si dosen datar. Sangat datar.

"Gue gak baca mading, jangankan mading liat abjad aja eneg." Katanya sambil menatap jengah dosen di depannya.

"Lalu, kenapa kamu malah berkuliah?" Balas si dosen yang menaikkan sebelah alisnya pada si mahasiswa.

Masih baru, bukannya mematuhi agar tidak di drop out, malah sudah membangkang seperti ini.

"Ya apa? Kalo ga dipaksa juga gue gak akan kuliah." Jawabnya jujur disertai putaran malas di kedua bola matanya.

"Ke ruangan saya." Tekan si dosen dengan menekankan setiap katanya pada Jaemin yang membuat Jaemin mengikuti langkahnya dengan tidak minat.

Ck, apalagi sekarang?!

Dosen dengan rahang tegas itu memasuki ruangannya dengan Jaemin yang mengekor di belakang. Masa bodoh, Jaemin lebih memilih di drop out lebih cepat.

"Duduk." Suara mengintimidasi itu tak membuat datarnya wajah Jaemin berubah. Nyatanya dia hanya menuruti perintah itu sambil mendengus kasar. Apalagi sekarang?!

Sang dosen ikut mendudukkan tubuhnya di kursi kantornya. Menatap sama datarnya dengan Jaemin yang kini justru balas menatapnya bosan.

Baru semenit mereka duduk dan sudah banyak kali dengusan serta helaan nafas kasar terdengar dari Jaemin.

"Ngapain sih pak?!" Teriak si yang lebih muda pada si dosen.

Bukannya marah, si dosen malah menunjukkan seringainya.

'Sinting nih dosen.' Batin si Na sambil menatap aneh pria ber jas di depannya.

"Bersihkan ruangan saya dua puluh kali dan jangan berhenti sampai kamu selesai karna kamu melewatkan jam saya." Katanya lalu membuat Jaemin menjatuhkan rahangnya.

BANGSAT!

No, Sir [Nomin]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang