10 > Surprise

2.6K 253 9
                                    

Dua minggu.

Artinya waktu hukuman Jaemin akan berakhir beberapa hari lagi. Tapi bukannya senang karna terbebas dari hukuman yang menyesakkan otaknya ini, dirinya justru dibuat bimbang.

Memikirkan kedekatannya dengan sang dosen membuat nya tidak ingin menyudahi hukuman itu. Tapi dirinya juga ingin membuat otaknya fresh kembali.

Dia butuh healing.

Jaemin kini sedang uring-uringan di ranjang. Jaemin hanya menggulung tubuhnya menggunakan selimut dan hanya bergerak ke kanan dan ke kiri dengan gumanan tak jelas seperti orang meracau.

Jam sudah menunjukkan pukul setelah 6, tapi Jaemin rasanya tidak ingin berdiri dari ranjang empuk kesayangannya. Terlalu malas walau menggerakkan tangan.

Drrtt drrtt

Handphone itu berdering, membuat si pemilik menyembulkan kepalanya ke nakas untuk melihat siapa yang menelpon nya sore-sore begini.

Ka Jen is calling...

Jaemin mendengus menatap nama kontak yang tertera pada layar benda pipih elektronik itu. Jaemin tau seharusnya dia berangkat ke rumah Jeno.

Jaemin mengganti nama kontaknya beberapa hari karna dia merasa alay menggunakan emot love seperti sebelumnya.

Ewh, ini bukan diri Jaemin.

Setelah bergelut dengan pikirannya, Jaemin akhirnya memilih mengangkat telfon tersebut.

"Kenapa lama banget angkatnya?" Kata si penelepon yang dengan cepat menyela.

"Hehe, lagi mandi kak." Bohongnya yang membuat meringis tak bersuara.

Apakah iya Jaemin harus jujur kalau dia uring-uringan dan hanya bergelung pada selimut abu-abunya, bergerak secara abstrak kesana kemari hanya memikirkan perasannya pada si dosen.

"Yasudah, ke rumah saya aja ya. Apartemen lagi dipake Mark buat ngajar Haechan."

Bodohnya, Jaemin mengangguk dan jelas-jelas tidak dapat dilihat oleh sang lawan bicara.

"Okey Capt!"

Hanya terdengar kekehan halus dari Jeno dan selanjutnya sambungan telepon itu terputus.

Jaemin menghela nafasnya lalu berjalan ke kamar mandi untuk ritual membersihkan dirinya. Tak lama karena Jaemin juga akan belajar ke rumah sang dosen tampannya itu.

Setelah memakai celana levis hitam dan kaos putih dengan coretan abstrak itu, Jaemin membawa tas dan mengambil ponselnya yang baru saja dicabut dari charger itu.

Sebelum pergi, Jaemin menyambar jaket dari balik pintu lalu pergi dengan motornya.

- - -

Jaemin memarkirkan motornya tepat di depan rumah sang dosen. Melepaskan helm merahnya lalu memasuki rumah milik Jeno yang tidak dapat dibilang kecil itu.

Depan rumahnya hanya ada garasi dan kolam ikan emas yang sangat memanjakan mata Jaemin. Indah. Satu kata yang mendefinisikan rumah bagian depan milik Jeno.

Jaemin langsung masuk ke dalam lalu mengirimkan chat pada Jeno kalau dia sudah sampai bahkan sudah menduduki sofa berwarna biru tua miliknya.

Jaemin terkekeh pelan saat mendengar suara gaduh dari atas tangga. Benar saja, Jeno dengan pakaian rumahannya itu turun dengan tergesa dan rambut yang masih lepek.

Jaemin tebak, pasti dosennya ini sedang mandi dan terkejut melihat massage dari muridnya, akhirnya Jeno cepat-cepat menyelesaikan ritual membersihkan diri itu.

"Kamu bikin saya kaget aja, saya lagi mandi tadi." Tutur Jeno yang membuat Jaemin terkekeh.

"Hehe, ya maaf kak." Canda si murid yang membuat Jeno menggelengkan kepalanya. Muridnya ini memang sangat jahil, tapi sialnya sangat cantik.

"Yaudah, sekarang-

"Jeno?"

Suara itu berasal dari arah pintu. Terlihat seorang wanita tua dengan rantang di tangannya memanggil nama Jeno.

Jeno yang melihat itu terkejut dan membulatkan matanya.

Panik.

Jaemin hanya diam melihat wanita tadi.

Wanita tadi menghampiri Jeno dan Jaemin. Senyumnya yang manis membuat Jeno semakin panik dan berkeringat, sedangkan Jaemin hanya menatap bingung wanita di depannya.

"Ini, mama udah bawain makanan kesukaan kamu. Sebenernya mama gak tau makanan kesukaan kamu, Renjun juga ditanya gak jawab dan malah dimatiin, jadi mama nanya ke papa kamu."

Jaemin mengerutkan keningnya.

Renjun?

"Sebagai mertua yang baik, jadi mama bawain sekali-kali makanan ke kamu." Katanya yang membuat kedua pria disana diam dengan raut berbeda.

Wanita itu menatap pemuda di sebelah Jeno dari atas sampai bawah. Kemudian menatap Jaemin datar.

"Kamu?"

"Na Jaemin." Jawab Jaemin cepat membuat si wanita yang mengatakan dirinya 'mertua' itu menganggukkan kepalanya paham.

"Ini Lee Jeno, suami dari anak saya Huang Renjun."

Surprise yang menyakitkan untuk pemuda Na.

No, Sir [Nomin]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang